Chapter 2

878 44 9
                                    



"Gue sayang sama lo Rayn." Bisik Dinda pelan. Ia meraih pakaian yang berhamburan dibawah ranjang-semalam Rayn terus saja menyentuhnya seolah tak puas-puas.

Gara-gara terlalu mencintai Rayn ia rela memberikan harta yang paling berharga seorang perempuan.

Entah ia buta atau terlalu bodoh-hingga ia terjebak terlalu jauh seperti ini.

Dinda memakai kemeja putih miliknya, ia ingin berdiri namun Rayn menahan tubuhnya hingga ia terlentang kembali disamping Rayn.

"Lo mau kemana?" Ucap Rayn dengan suara seraknya.

"Gue mau kebawah." Dinda menahan tangan Rayn yang mulai lancang melepaskan kancing kemeja miliknya.

"Ngapain?" Rayn membuka matanya menatap tajam Dinda yang menahan tangannya.

Dinda menoleh kearah samping-tak sanggup rasanya ditatap seperti itu. Tubuhnya gemetar ketika tangan Rayn menyentuh pahanya terus keatas hingga menyentuh daerah intimnya yang tak terhalang celana dalam. "Rayn stop!" Dinda memejamkan matanya ketika tangan itu sudah tenggelam pada bagian intimnya-tubuhnya melengkung ketika tangan jahil Rayn yang bermain-main disana.

"Rayn." Lirih Dinda mencengkram kuat tangan Rayn yang menahan kedua tangannya. "Berhenti." Dinda mengigit bibir bawahnya ketika tatapan mata itu seolah mampu menembus matanya.

Bagian bawahnya berdenyut-denyut ketika tangan Rayn terus mempermainkannya. Ia tak tahan-tangannya meraih kepala Rayn menciumnya agar menghentikan setiap desahan yang ingin keluar dari mulutnya.

Lagi-lagi Rayn meluluh lantakkan tubuhnya.

Tangannya menjambak rambut Rayn ketika tangan itu semakin mempermainkannya.

Sialan.

Rayn benar-benar sialan.

Rayn menarik jarinya dari daerah intim Dinda. Matanya menyeringai lebar melihat perempuan dibawahnya- terengah-engah atas service yang telah ia berikan.

Ia menyukainya ketika perempuan itu-kehabisan nafas ketika serangan tangannya yang tepat sasaran.

Cup.

Rayn mencium kening Dinda dan mengusap keringat dingin yang mulai membasahi wajah cantik Dinda.

"Rayn, lo gila." Ucap Dinda dengan kesal. Ia ingin beranjak dari atas ranjang tapi tangan Rayn kembali menahan pinggang miliknya hingga ia kembali terbanting keatas ranjang.

"Lo apaan si!" Ujar Dinda menyolot.

Namun Rayn mengabaikan tatapan tajam yang diberikan Dinda padanya-menurutnya itu tidaklah penting yang penting ia bisa bersenang-senang bareng Dinda. Semua bagian tubuhnya membuat ia candu-membuat ia ingin lagi dan lagi.

Kapan ia akan berhenti?

Entahlah, ia pun tak tahu. Yang pasti tubuh Dinda mampu memuaskan hasrat miliknya.

"Gue nggak bisa berhenti buat nyentuh tubuh lo." Tangan Rayn membuka kancing depan kemeja putih milik Dinda-ia tersenyum ketika dada itu terlihat. Ini dia benda empuk favoritnya sebelum bagian bawah yang membuatnya kenikmatan.

"Rayn." Dinda menjambak rambut Rayn ketika mulut lelaki itu terus mempermainkan dadanya dengan bibir dan lidahnya.

Rayn lagi-lagi berhasil memporak-porandakan tubuhnya. Bahkan sekarang kedua kakinya melingkar di pinggang lelaki itu.

"Rayn.."

"Yaa." Rayn mendongak menatap pelipis Dinda yang dipenuhi keringat.

"Gimana kalau Ranty datang lagi dikehidupan lo." Ujar Dinda hati-hati. Ia takut jika nanti ucapannya ini bisa menyinggung Rayn.

Dia menyudahi aktivitas panasnya. Tangannya menarik selimbut dan menyelimuti tubuh Dinda setelah itu ia berbaring disampingnya. "Itu bagus buat gue."

Hah.

Dinda menatap Rayn dengan rasa penasaran. "Maksudnya?" Tanyanya penuh ingin tahu.

"Dengan dia pulang kesini. Gue mau bilang-gue masih sayang dia. Gue juga mau ngajak balikan sama dia. Sumpah ya Din, gue kangen banget ama dia. Rasa sayang gue nggak pernah pudar sedikitpun walaupun dia ninggalin gue udah lama."

Nyut.

Sesak sekali rasanya..

"Mm, gitu yaa." Ringis Dinda sambil membelakangi Rayn.

Lagi-lagi harapan Dinda pupus mendengar ucapan Rayn.

Sadarlah Dinda—dia mencintai Ranty bukan kamu.

***

TBC!

Rabu, 26 Agustus 2020












 Sleep FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang