Part 8

4.9K 398 14
                                    

"Kalian akan pindah?" tanya Kae pada tetangga sebelah flatnya yang sedang sibuk memindahkan barang.
"Ya, kami mendapat tempat yang cukup bagus dan murah, selain itu juga dekat dengan tempat kerja kami. Oh ya, bagaimana dengan lamaran pekerjaanmu?"
Salah satu tetangga Kae adalah sepasang suami istri muda dengan satu putra yang sudah menempati flat itu lebih lama dari Kae.
"Aku sudah melewati beberapa wawancara tetapi gaji yang mereka tawarkan bahkan tidak cukup membayar sewa flat."
"Oleh karena itu kamu sekarang saat malam pun mengambil kerja sambilan? Sabarlah, dengan kepandaianmu pasti ada perusahaan yang akan menghargainya. Yang penting jaga kesehatanmu, kami sudah pindah dan tidak tahu bagaimana tetangga barumu nanti, apakah bisa membantumu jika kamu kesulitan, tapi kamu bisa tetap menghubungi kami jika memang memerlukan bantuan kami."
"Aku pasti akan menjaga diri. Oh ya, apakah sudah ada penghuni baru yang akan masuk?"
"Ya, karena itulah pemilik mendesak kami untuk segera pindah."
"Semoga kalian senang ditempat yang baru." Kata Kae.

Kae memang hampir tidak pernah bersosialisasi dengan penghuni flat lainnya karena kesibukannya bekerja sepanjang hari, tetapi karena setiap bertemu dia selalu bersikap sopan, penghuni lainnya tidak mempermasalahkannya, terutama tetangga sebelah flatnya yang dengan ringan tangan membantu Kae jika ada yang perlu diperbaiki atau jika Kae sakit, karena mereka kasihan melihat Kae hidup sendiri.

Buat orang-orang yang mengenalnya Kae adalah gadis ceria sehingga mereka yang mengenalnya juga secara tidak langsung menyukai dan menyayanginya dengan mudah.
Hanya saja kesibukannya membuat Kae terlihat seperti gadis yang dingin, apalagi dia bukan orang yang banyak bicara.

2 hari setelah kepindahan tetangganya, saat pulang malam itu dia melihat beberapa orang pekerja keluar dari flat disebelahnya itu. Kae hanya berpikir pemilik flat melakukan perbaikan sebelum ditempati penghuni baru, dan langsung masuk kedalam flatnya.
Yang tidak disangka Kae adalah keesokan malamnya, saat dia akan memasuki flatnya, pintu flat tetangganya itu kembali terbuka.
"Selamat malam, apakah kamu yang tinggal disebelahku?" Seorang pria berkacamata tebal dan kuno, menyapanya.
Kae menoleh dan hanya mengangguk.
"Oh, tunggu sebentar." pria itu kembali masuk dan tidak lama dia keluar membawa sebungkus biskuit.
"Ini sebagai ucapan syukur karena aku akhirnya mempunyai tempat tinggal tetap. Perkenalkan saya Kevin, pekerjaan serabutan, dan tenaga lepas sebuah perusahaan property."
"Terima kasih, saya Kae." Sebenarnya Kae tertawa mendengar bagaimana tetangganya menggambarkan pekerjaan sebagai sales property sebagai tenaga lepas, tetapi jika dia tertawa maka akan menyinggung tetangganya jadi dia tetap memasang wajah datarnya.
"Bolehkah kita bertukar nomor telepon? Mengingat kita bertetangga dan kurasa ada banyak hal yang harus kupelajari disini."
"Maaf, saya bekerja sepanjang hari jadi mungkin tidak akan bisa membantu anda. Saya masuk dulu." Kae memang tidak ingin memberikan nomor teleponnya pada sembarang orang, selain karena tidak ingin diganggu alasan lainnya adalah tidak ingin orang mengingatnya, apalagi jika dia ternyata harus pergi diam-diam seperti dulu.

Kevin hanya tertegun melihat punggung Kae yang menghilang dibalik pintu.
Kevin berbalik dan tersenyum kecil, dia memang tidak diberi kesempatan berkenalan dengan tetangganya tetapi saat melihat senyum yang muncul sekilas dari sorot mata Kae, entah mengapa membuat perasaannya senang sekali.
Dia memang menunggu kedatangan Kae sejak sore, diam-diam dia memasang cctv tersembunyi di lorong tempat flat mereka berada, dia tahu semua kebiasaan Kae dari laporan harian yang diterimanya dan dia ingin tahu sampai kapan Kae bisa menerimanya sebagai tetangga atau teman tentunya.

***

Bangun pagi bukan hal sulit untuk Kevin, apalagi pagi ini ada yang harus dikerjakannya. Dengan cepat dia bersiap-siap, dan tepat perhitungannya, saat dia membuka pintu, pintu tetangganya juga terbuka.
"Selamat pagi, mau pergi lari pagi?" kata Kevin.
"Pagi." jawab Kae singkat, sejujurnya dia terkejut dan tidak menyangka ada yang bangun sepagi dirinya mengingat selama tinggal disana dapat dikatakan dia selalu bangun paling awal.
Kae hanya menunduk singkat dan langsung berjalan menuju lift.

Kevin mengikutinya masuk dalam lift yang sama, "Pagi sekali. Apakah kamu terbiasa bangun sepagi ini? Oh ya, kamu belum mengatakan apa pekerjaanmu."
Kae melihat pantulan pria yang bernama Kevin dari pintu lift, pria itu lebih tua dari dirinya, kacamata tebalnya membuatnya lebih seperti kutu buku daripada sales property. Kaos, celana olahraga pudar yang kebesaran serta sepatu olahraga yang terlihat sudah sering dipakai, menandakan dia memang sering lari pagi.
"Aku bekerja serabutan." jawab Kae akhirnya.
Kevin tahu Kae mengamatinya tapi dia berusaha mengabaikannya, kelihatannya memang tidak mudah bisa berteman dengan tetangganya ini.
"Serabutan? Apakah sama sepertiku, mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan?"
"Kurang lebih seperti itu."
"Wah, kalau begitu kita bisa saling membantu jika ada lowongan."
Lift tiba dilantai dasar, "Saya duluan." pamit Kae, tapi Kevin sudah mentetapkan tidak akan melepas kesempatan mengenal lebih jauh sosok gadis yang akan menjadi calon istrinya itu sebelum memutuskan apakah gadis itu memang layak menjadi istrinya.
"Tunggu, bagaimana jika kita berolahraga bersama?"
"Maaf, aku pergi bekerja bukan olahraga."
"Bekerja? Sepagi ini? Dimana?"
"Mengantar koran dan susu."
"Jam segini belum ada angkutan umum, bagaimana kamu pergi bekerja?"
"Berjalan kaki."
"Baguslah, artinya kita bisa pergi bersama. Ayo..." Ajak Kevin santai dan Kae hanya menatapnya tidak percaya.

***

"Jadi kemana bosmu?" tanya Larry dengan kesal pada Ben yang menyambut kedatangannya didepan Lift dan mengatakan jika Kevin sedang tidak ada dikantor.
"Beliau sedang pergi memeriksa proyeknya." jawab Ben sopan.
"Dan kamu tidak menemaninya?" tanya Larry curiga.
"Ada pekerjaan yang harus saya selesaikan disini, jadi saya tidak bisa menemaninya."
Jawaban Ben membuat Larry semakin kesal, dia sudah berusaha menghubungi sepupunya 4 hari yang lalu dan tidak diangkat ataupun ditanggapi kiriman pesannya.

Tiba-tiba saja aunty tercintanya datang ke kantor dengan membawakan makan siang hasil karyanya, dan dengan santai menungguinya menghabiskan makanan itu, sekaligus mengatakan jika Larry tidak perlu iri pada Kevin karena dia juga sayang pada Larry. Saat itulah dia sadar jika Kevin mengerjainya, dan ketika dia menghubungi sahabat sekaligus sepupunya itu, teleponnya tidak diangkat.

"Jika kamu menghubunginya, sampaikan padanya jika dia tidak segera menghubungiku maka dia akan bertemu denganku dipemakamanku." kata Larry.
"Saya rasa anda tidak perlu mengkuatirkan kesehatan anda, terbukti kesehatan tuan Kevin selama dua minggu kemarin tetap sehat." Ben tahu apa yang menyebabkan Larry kesal pada atasannya.
"Apakah dia memakan semuanya?" tanya Larry dengan tidak percaya.
"Beliau makan dibawah pengawasan nyonya Madeline." Ben mengatakan hal yang sebenarnya hanya saja dia tidak menjelaskan lebih detail jika atasannya hanya mengicip dan memberi komentar.
"Dan dia bertahan 2 minggu, sebelum kabur?"
"Beliau tidak kabur, beliau sedang tugas luar dan kebetulan proyek ini tidak bisa ditunda."
"Kelihatannya kamu memang pendukung setianya, sampaikan padanya untuk segera menghubungiku." kata Larry yang semakin kesal.
"Baik tuan." jawab Ben dengan tenang.

Ben menyampaikan kedatangan Larry dan semua pesan Larry pada Kevin ketika atasannya muncul dikantor keesokan paginya, karena memang ada pertemuan yang harus dihadirinya dan tentu saja menyelesaikan beberapa pekerjaannya.

"Apakah aku harus menyiapkan karangan bunga yang besar untuk pemakamanmu?" kata Kevin ketika teleponnya diangkat tanpa memberi kesempatan Larry berkomentar lebih dulu.
"Kamu menjebakku, dan dimana kamu sekarang?"
"Aku sedang mengurus proyekku, dan aku tidak menjebakmu, hanya mengatakan pada nyonya besar apa yang kamu katakan padaku."
"Katakan bagaimana kamu bisa melewati dua minggu memakan hasil karya nyonya besar dibawah pengawasannya?"
"Aku berusaha menikmatinya dan memberi komentar sejujur-jujurnya."
"Tunggu, apakah dia mengantarkan sendiri dan menungguimu secara langsung?"
"Tentu saja tidak, kupikir kamu lebih banyak akal mengingat dan melihat bagaimana mulut manismu memikat para wanita, masa mengatasinya kamu tidak bisa."
"Pantas saja kamu bisa melewati saat-saat mengerikan itu, dan wanita ini bukan wanita biasa, salah berucap atasanku bisa mengirimku ke Antartika."
"Bukankah itu bagus, kamu akan selamat dari kematianmu." jawab Kevin santai dan dia tahu jika Larry ada dihadapannya maka sepupunya itu pasti akan meleparnya dengan benda yang ada dihadapannya.
"Aku heran bagaimana bisa bersahabat denganmu, baiklah jangan salahkan aku jika membuat nyonya besar kembali mencarimu."
"Tenang saja, dia tidak akan mencariku. Aku sudah mendapat ijinnya selama 2 bulan kedapan, selain itu dia juga tahu selain mengurus pekerjaanku, aku juga sedang mencari calon menantunya."
"Kamuuuuu...." Larry tidak bisa berkata-kata, kelihatannya Kevin memang sudah mempersiapkan semuanya dan dia kalah langkah, sekarang semua sudah terjadi dan mungkin sepupunya itu benar, dia harus mencari akal untuk bisa terbebas dari penderitaan.
"Aku harus kembali ke lapangan, selamat berjuang." kata Kevin sambil memutus sambungan telepon meninggalkan Larry yang hampir saja melemparkan telepon genggamnya.

I Love My FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang