Prolog

193K 16.1K 798
                                    

23 September 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23 September 2020

Selesai: 10 Juni 2021

Gue Fadhil. Anak kedua dari lima bersaudara keluarga Gardira. Saat ini, gue lagi pada fase hidup yang bikin tepok jidat. Kalo aja waktu bisa diputer, gue nggak bakal setuju sama rayuan maut dedemit satu ini. Dedemit yang sekarang lagi nyanyi-nyanyi dengan sok syahdu di teras rumah kami.

"BIASANYA TAK PAKAI MINYAK WANGIII, BIASANYA TAK SUKA BEGITUUU. SAYA CEMBURUUU. SAYA CURIGAAA. TAKUTNYA ADA MAIN DI SANAAA."

Kalo membunuh tidak dilarang dan tidak dosa, dedemit yang lagi nyanyi itu sudah terkapar tak berdaya di sana.

"Kamila!" desis gue memanggil anak curut satu itu.

Kamila menoleh dengan wajah tanpa dosa. "Ada apa, Cinta?"

"Sini!" desis gue lagi.

Ibu-ibu depan kompleks yang lihat pertengkaran kami jadi desas-desus. Percayalah, di antara memegang dan mengukur sayuran, gosip ibu-ibu bakal cepat menyebar kayak video viral di medsos.

Gue berdeham. "Sini, Cinta," tambah gue berusaha lebih lembut. Gue nggak mau ada rumor kalo gue jahat sama pasangan sendiri.

Mendengar itu, Kamila hepi. Dia mesem-mesem sendiri dan datengin gue. Kamila melihat gue dari atas sampe bawah, lalu dia nyengir bangga. "Duh yang pagi-pagi udah ganteng...."

Mau muntah....

"Jangan nyanyi depan teras sambil sok-sok bersihin mobil. Bersihin daleman sendiri aja lo males," peringat gue pas kita berdua udah sampai di ruang makan. "Apalagi nyanyi kayak tadi."

Kamila yang nyeduh teh di mugnya kini menengok ke arah gue dengan alis naik sebelah. "Anda ngatur-ngatur, ya. Yang nyanyi gue, yang punya mulut gue, biarin dong gue nyanyi kayak apa juga."

"Entar dikiranya gue selingkuh!" gue berseru frustasi.

Kamila tersedak tehnya karena tertawa. "Ya emang kalo lo beneran selingkuh, kenape?"

"Kamila!"

"KABEYOOO!" seru Kamila, kemudian ngakak sendiri. Kamila memberi sun di pipi gue, kebiasaannya tiap pagi sebelum gue berangkat kerja, lalu naik ke lantai dua dengan langkah ringan. "Fadhil kalo udah mau berangkat, kunci pintunya, yaaa!"

"Kamila, sini!" seru gue frustasi. "Gue belum selesai ngomong. Lo mau ngapain?"

"MAU TIDUR PAGIII," seru Kamila. "SAMPAI JUMPA, DUNIAAA."

"KAMILA!"

Gue Fadhil. Dan ini cerita pernikahan ngaco gue sama Kamila.

Iya. Gue nikah sama dedemit satu itu.





PrivilegesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang