🍁3

181K 6.6K 69
                                    

Happy Reading!

Deby menatap ibunya yang sibuk memotong dan menata kue di atas piring. Pestanya sebentar lagi, tapi semua makanan belum tertata dengan rapi di atas meja. Bisa Deby lihat jika ibunya kewalahan mengerjakan semuanya sendiri.

"Deb, tolong ibu bawa semua piring itu ke luar. Tata yang rapi di atas meja!"

Deby mengangguk lalu mengambil meja dorong di sudut dapur. Dengan meja itu, ia bisa membawa banyak piring sekaligus.

Setelah selesai, Deby mendorong meja itu ke luar dapur. Bisa Deby lihat ruang tamu yang sudah dihias begitu cantik. Lampu kerlap kerlip serta bunga-bunga yang indah.

Deby menghela napas lalu mulai menata piring-piring kue di atas meja.

"Deby."

Deby menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya. Dan ternyata itu adalah nyonya Widura.

"Iya nyonya?" Tanya Deby sopan.

Widura mendekat lalu memberikan sebuah paper bag kepada Deby

Deby menerimanya bingung. "Apa ini nyonya?"

Widura tersenyum."Gaun pesta. Pakai itu dan nikmati pestanya nanti malam."

Deby menggeleng."Tapi saya harus membantu ibu di dapur, nyonya. lagipula tidak pantas anak pembantu seperti saya ikut pes_"

"Semua pekerja di rumah ini akan menjadi tamu di pesta penyambutan putraku termasuk ibumu Deb, jadi jangan pikirkan masalah dapur dan rias wajahmu secantik mungkin."

Setelah mengatakan hal itu, Widura langsung berlalu membuat Deby tak lagi mendebat. Lagipula itu tidak mengherankan mengingat nyonya Widura memang terkenal sangat baik dengan pekerja di rumah ini.

Selesai menata piring, Deby bergegas menuju dapur untuk mengambil sisa piring lainnya. Namun saat tiba di dapur, Deby dibuat heran dengan kehadiran banyak orang berseragam pelayan. Mereka semua bergerak cepat mempersiapkan makanan dan minuman.

Karena tak menemukan ibunya akhirnya Deby memutuskan kembali ke kamar.

Ceklek.

"Ibu." Panggil Deby saat melihat ibunya tengah mencoba pakaian baru.

Asih menoleh lalu tersenyum."Apa nyonya Widura juga memberimu pakaian baru, nak?" Tanya Asih membuat Deby mengangguk lalu menutup pintu kamarnya.

"Nyonya memang sangat baik, dia memberi semua pekerja di rumah ini pakaian baru dan mengijinkan kita  bergabung di pesta tuan Zayn malam ini." Ucap Asih lalu menyimpan pakaian barunya di dalam lemari kemudian bergerak mengambil botol minyak pijat.

"Kemarilah! Biar ibu pijat kakimu." Ucap Asih membuat Deby berjalan mundur kemudian menggeleng.

"Tidak perlu bu, lagipula tidak sakit lagi." Ucap Deby panik.

Asih menatap Deby. "Benarkah?"

Deby mengangguk membuat Asih meletakkan kembali botol minyaknya. "Kalau begitu istirahatlah! Ibu akan membersihkan kamar mandinya." Ucap Asih lalu berjalan memasuki kamar mandi.

Deby menghembuskan napas lega lalu berbaring di atas tempat tidur hingga tanpa terasa ia malah tertidur.

"Deby, ayo bangun!" Panggil Asih membuat Deby membuka matanya perlahan.

"Iya bu?" Tanya Deby serak.

Asih tersenyum."Cepat mandi dan bersiap nak, pestanya sebentar lagi."

Deby bangun lalu menggeleng."Bu, Deby nggak ikut ya. Tubuh Deby rasanya sakit semua."ucap Deby yang memang tak sepenuhnya berbohong. Tubuhnya memang sangat lelah.

Zayn's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang