22

82.3K 4.4K 203
                                    

Happy Reading!

"Arrghh" Teriak Selvia kesakitan saat tangannya ditarik secara paksa hingga tubuhnya jatuh ke lantai. Sedang Widura langsung bergerak mendekati tubuh Deby.

"Mama dan papa akan membawa Deby ke rumah sakit." Ucap Widura sedang Baskoro langsung bergerak cepat menggendong tubuh Deby kemudian berlalu dari sana diikuti oleh Widura.

Dan Zayn hanya membiarkan kedua orang tuanya membawa Deby, karena ia memang harus menyelesaikan urusannya dengan Selvia.

Selvia merintih kesakitan lalu menatap Zayn tajam."Kau jahat Zayn. Kau tidak punya hati." Maki Selvia lalu berusaha bangkit dengan pisau yang masih berada di tangannya.

"Aku akan membunuhmu lalu bunuh diri." Racau Selvia kemudian bergerak mendekati Zayn, sedang Zayn hanya menatap Selvia santai.

Selvia tersenyum licik lalu mengangkat tangannya bersiap mengayunkan pisau ke tubuh Zayn sedang Zayn masih menatap Selvia datar.

"Kau harus matiii_" Teriak Selvia keras lalu menusukkan pisau itu tepat ke perut Zayn.

"Uhh" Zayn tergerak mundur dengan pisau menancap di perutnya. Darah segar mulai mengalir keluar membuat Selvia melotot lalu menarik kedua tangannya.

"A_aku membunuhhh." Gagap Selvia sambil menatap kedua tangannya yang dihiasi percikan darah.

Zayn tersenyum tipis lalu perlahan kehilangan kesadarannya. Tubuh Zayn tumbang tepat dihadapan Selvia.

"Zayn_" Panggil Selvia takut kemudian menatap sekeliling.

"Tidak. Aku tidak membunuh siapapun. Aku harus pergi dari sini." Gumam Selvia lalu segera berlari dari sana meninggalkan tubuh Zayn yang bersimbah darah.

Namun saat Selvia hampir mencapai pintu, lima orang pria berseragam polisi menunggunya di depan pintu.

"Tidak_ aku tidak membunuh siapapun." Teriak Selvia keras saat dua orang polisi menarik kemudian memborgol tangannya. Sedang tiga lainnya masuk ke dalam rumah.

Selvia terus memberontak saat tubuhnya ditarik paksa memasuki mobil polisi."Sudah ku bilang aku tidak membunuh siapapun. Dia adalah suamiku, mana mungkin aku membunuh suamiku." Teriak Selvia keras.

"Diam! Jelaskan saja di kantor polisi." Bentak salah seorang polisi membuat Selvia terdiam.

Selvia memeluk tubuhnya sendiri dengan perasaan takut, tubuhnya bahkan bergetar kuat. Ia baru saja menusuk Zayn dengan pisau.

'Hiks.. Zayn tidak mungkin mati karena tusukan itu kan?'

***

Di rumah sakit, Widura dibuat semakin kalut saat melihat tubuh putranya bersimbah darah. Tega sekali Selvia melukai putra kesayangannya.

"Hiks.. zayn." Isak Widura keras. Belum selesai menantunya ditangani sekarang malah putranya yang harus dioperasi.

"Tenang mah, Zayn pasti baik-baik saja." Ucap Baskoro menenangkan walau sebenarnya ia juga kalut menyaksikan luka tusuk di perut putranya.

"Ini semua salah kita pah hiks.. Harusnya kita tidak membawa Selvia hiks harusnya kita tidak bersikap baik dengan wanita jahat itu." Isak Widura dipelukan suaminya.

"Iya mah iya. Papah akan minta pengacara untuk mengurus masalah ini." Ucap Baskoro membuat Widura mengangguk lalu mengurai pelukannya.

"Urus juga perceraian mereka pah hiks mama tidak sudi punya menantu seorang pembunuh." Ucap Widura dengan nada marah.

Baskoro hanya mengangguk lalu segera menenangkan Widura agar berhenti menangis karena dokter yang menangani Deby sudah keluar.

"Bagaimana menantu saya dokter?" Tanya Baskoro cepat karena Widura masih terisak walau pelan.

Zayn's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang