🍁4

177K 6.3K 172
                                    

Happy Reading!

Zayn memakan sarapannya dengan tenang. Sesekali bisa ia lihat kedua orang tuanya saling memberi isyarat untuk bicara.

"Zayn."

Zayn menatap ayahnya.

"Nanti malam akan ada acara makan malam dengan keluarga Selvi. Papa harap kau bisa meluangkan waktu."

Zayn tersenyum tipis. Seminggu berlalu setelah pesta penyambutannya dan sekarang orang tuanya kembali membahas tentamg perjodohan.

"Apa kalian benar-benar akan memaksaku?" Tanya Zayn datar.

Widura tersenyum."Temuilah Selvi beberapa kali nak. Jika tidak cocok maka ya sudah, kami tidak akan memaksa lagi."

Zayn mengambil gelas minumnya lalu menenggaknya hingga tandas.

"Kapan aku bisa menolak keinginan kalian." Ucap Zayn lalu berdiri.

"Mau kemana nak? Habiskan sarapanmu dulu." Ucap Widura membuat Zayn menatap mamanya itu.

"Aku harus bersiap ke kantor." Ucap Zayn datar lalu berlalu dari ruang makan.

"Pah.." panggil Widura pada suaminya.

"Hm?"

"Sepertinya Zayn tidak senang dengan perjodohan ini." Ucap Widura membuat Baskoro terkekeh.

"Bukankah mama yang paling ingin Zayn menikah, lalu sekarang mama mengeluhkan ketidaksenangan Zayn." ejek Baskoro membuat Widura menghela napas.

"Mama hanya ingin yang terbaik bagi Zayn. Mama ingin Zayn bahagia. Dan mama yakin Selvia adalah wanita yang tepat untuk Zayn." ucap Widura membuat Baskoro mengangguk.

"Kalau begitu kita lanjutkan perjodohan itu. Zayn bersikap seperti ini mungkin karena ia belum mengenal Selvia dengan baik. Papa rasa Zayn akan dengan cepat menyesuaikan diri setelah pertunangan nanti." ucap Baskoro membuat Widura mengangguk.

"Mama harap juga begitu pah, mama sungguh ingin melihat Zayn menikah dengan Selvia."

Sedang di dalam kamar, Zayn sedang merapikan penampilannya. Hari ini adalah hari pertama ia bekerja. Tapi sialnya saat sarapan tadi, orang tuanya malah kembali membahas masalah perjodohan setelah satu minggu bungkam.

Zayn harus bergegas memikirkan cara untuk menggagalkan rencana orang tuanya.

Deby?

Ya, hanya Deby yang bisa dijadikan alat untuk membatalkan perjodohan sialan itu. Tapi masalahnya, sudah satu minggu berlalu dan Zayn tidak pernah bertemu gadis itu lagi. Gadis itu pasti menghindarinya.

Zayn mengepalkan tangannya lalu berjalan keluar kamar. Ia akan memikirkan masalah itu nanti saja, sekarang ia harus berangkat ke kantor.

Tiba di kantor, Zayn langsung menuju ruangannya. Ruangan yang sangat besar mengingat ia langsung menduduki jabatan sebagai direktur. Tidak ada acara penyambutan atau perkenalan karena jujur saja, ia sedang tidak dalam kondisi baik untuk melakukan itu semua.

Zayn menutup dokumen terakhir yang harus ia tandatangani lalu memanggil sekretarisnya untuk mengambil dokumen tersebut.

"Apa ada lagi?" Tanya Zayn.

"Tidak ada pak."

Zayn mengangguk lalu merapikan penampilannya bersiap pulang.

"Aku akan pulang duluan." ucap Zayn lalu berjalan menuju pintu keluar.

Zayn bergegas menuju gedung parkir setelah tiba di lantai satu.

Zayn mengemudikan mobilnya dengan cepat. Ia harus segera tiba di rumah untuk mencari keberadaan Deby.

Zayn's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang