🍁7

161K 5.9K 299
                                    

Happy Reading!


Zayn menghentak kasar, menyodok kuat tubuh Deby dengan senjata besarnya dari belakang. Sedang Deby hanya bisa mendesah pasrah sembari meremas sudut meja makan.

"Hakkk ahh" Desah Deby tertahan saat Zayn meningkatkan laju hujamannya.

"Shh sedikitt lagiih" Desah Zayn sembari mengecup punggung mulus Deby.

"Ahh ahh tuann." Rengek Deby membuat Zayn tahu bahwa gadis itu hampir mencapai kepuasannya.

"Bersamaa!" Bisik Zayn lalu tiga hujaman berikutnya.

"Arghhhh" Desah Zayn dan Deby bersamaan. Tubuh keduanya bergetar hebat dengan tubuh yang dipenuhi keringat.

"Kau suka?" Tanya Zayn, masih bergerak pelan.

Deby hanya diam tidak menjawab. Ia sibuk mengatur napasnya yang ngos-ngosan. Ini sudah dua minggu berlalu sejak kejadian di dalam kemah. Dan itu berarti satu minggu lagi pernikahan tuan Zayn akan berlangsung. Mengingat hal itu membuat Deby berbalik lalu memeluk tubuh Zayn erat.

"Hiks tuan." Isak Deby membuat Zayn membalas pelukan gadis itu.

"Ada apa hm?" Tanya Zayn lembut.

Deby menggeleng lalu melepas pelukannya kemudian bergegas menaikkan celana dalamnya lalu merapikan gaun tidurnya.

"Saya mau tidur tuan." Pamit Deby lalu melangkah meninggalkan ruang makan.

Zayn hanya diam kemudian memasukkan senjatanya yang masih setengah berdiri ke dalam celana kemudian mengancing resletingnya.

Entah perasaannya saja atau Deby memang sedikit lebih sensetif dari biasanya. Gadis itu sangat mudah menangis beberapa hari terakhir ini. Bahkan terkadang langsung pergi tanpa mengatakan apapun setelah mereka bercinta.

Zayn mengelus tengkuknya pelan berusaha mencari alasan dibalik berubahnya sifat Deby.

'Apa Deby hamil?' Batin Zayn.

Zayn tersenyum akan pemikirannya lalu melangkah keluar dari ruang makan. Ia harus memastikan kehamilan Deby secepatnya. Akan sangat bagus jika gadis itu benar-benar hamil mengingat pernikahannya tinggal satu minggu lagi.

Zayn melangkah keluar dari ruang makan dan bertemu Widura di saat ia akan menaiki tangga.

"Zayn, tunggu! Mama mau bicara."

Zayn menghentikan langkahnya lalu menatap mamanya.

"Ada apa, mah?"

Widura tersenyum lalu berjalan mendekati Zayn. "Tidak. Mama hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja." Ucap Widura lembut.

Zayn tersenyum tipis."Tidak ada bedanya kan bagi mama. Toh mama akan mendapat apapun yang mama inginkan." Ucap Zayn datar lalu melanjutkan langkahnya menaiki tangga.

Widura terdiam sambil menatap punggung putranya yang perlahan menghilang dari pandangannya. Zayn, putranya mulai menjauh itulah yang dirasakan oleh Widura.

"Maafkan mama Zayn, Tapi pernikahan ini tidak bisa dibatalkan lagi." Ucap Widura pelan.

***

Zayn memasuki rumah dengan langkah tergesa kemudian langsung menuju dapur.

Zayn tersenyum saat melihat Deby sedang mencuci sayur.

"Sedang apa?" Tanya Zayn memeluk Deby dari belakang.

"Eh tuan?" Kaget Deby lalu segera mendorong tubuh Zayn.

Zayn's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang