🍁8

148K 5.5K 105
                                    

Happy Reading!

"Hiks tuan, bangun tuan!"

Isakan seseorang yang terus mengganggu tidurnya membuat Zayn membuka matanya perlahan.

"Deby." Kaget Zayn lalu segera bangun dari posisi tidurnya.

"Kenapa kau bisa ada di kamarku?" Tanya Zayn bingung.

Deby menggeleng."Lapar tuan." Adu Deby membuat Zayn terdiam beberapa saat.

"Lapar?" Tanya Zayn memastikan.

Deby mengangguk membuat Zayn menghela napas. "Kalau lapar ya makan Deb, kan ada makanan di kulkas." Ucap Zayn sedikit kesal.

Deby menggeleng."Tapi Deby mau makan nasi goreng buatan tuan hiks." Ucap Deby diakhiri isak tangis membuat Zayn menatap Deby lekat. Apa ini yang dinamakan ngidam.

"Ya sudah. Ayo kita ke dapur." Ajak Zayn mengalah. Mana tega ia membiarkan Deby dan calon anaknya kelaparan.

Setibanya di dapur, Deby berinisiatif mengeluarkan semua bahan untuk membuat nasi goreng. Kemudian menjauh membiarkan Zayn melakukan sisanya.

Zayn dengan lihai dan terampil membuat nasi goreng membuat Deby berdecak takjub.

"Tuan jago masak?" Tanya Deby senang.

Zayn mengangguk sambil mengaduk nasi gorengnya. Ia memang sering memasak saat di luar negeri terutama saat ia rindu masakan Indonesia.

Zayn menuang hasil masakannya ke atas piring lalu membawanya kehadapan Deby.

"Pelan-pelan saja!" tegur Zayn saat melihat cara makan Deby yang seperti tidak makan berhari-hari.

"Ini enak tuan." Ucap Deby membuat Zayn mengangguk lalu meletakkan segelas air.

"Ug

"Ada apa?" Tanya Zayn saat Deby tiba-tiba berhenti makan.

"Mual tuan ugh huekk"

Zayn langsung bangkit dan mengejar Deby yang sedang memuntahkan isi perutnya di wastafel cuci piring.

Zayn memijat tengkuk Deby pelan.
"Muntahkan saja semuanya." Ucap Zayn sambil merapikan rambut Deby agar tidak terkena muntahan.

"huekk hueekk ugh shhh" ringis Deby membuat Zayn khawatir.

"Ada apa?"

Deby memegang perutnya.

"Perih tuan, sakit." Adu Deby membuat Zayn segera menggendong tubuh Deby lalu membawanya ke lantai atas.

Zayn memasuki kamarnya lalu membaringkan tubuh Deby di atas tempat tidurnya.

"Masih sakit?" Tanya Zayn khawatir.

Deby mengangguk membuat Zayn mengangkat kaos yang dipakai Deby. Zayn melangkah mengambil minyak kayu putih lalu kembali dan membaluri perut Deby dengan minyak, Zayn mengusap perut Deby lembut.

"hiks sakit tuan." Isak Deby membuat Zayn semakin panik. Ia takut akan keadaan anaknya di perut Deby.

"Sakitnya gimana?" Tanya Zayn bingung.

Deby menggeleng."Mungkin karena saya belum makan tuan. Makanya perutnya sakit." ucap Deby membuat Zayn melotot. Berani sekali Deby tidak memberi anaknya makan.

"Kenapa tidak makan? Memangnya tidak ada makanan." Bentak Zayn kesal.

Deby menggeleng dengan isak tangisnya."Hiks mual tuan. Nggak bisa makan." Adu Deby membuat Zayn menghela napas.

"Ya sudah, kamu mau makan apa lagi? Biar saya masakin." Tanya Zayn lembut.

Deby menggeleng. "Nasi goreng yang tadi saja tuan."

Zayn mengangguk lalu turun dari tempat tidur."Tunggu disini!" Ucap Zayn membuat Deby mengangguk.

Tidak lama Zayn kembali dengan nasi goreng dan segelas susu.

"Mau saya suap?" Tawar Zayn membuat Deby mengangguk antusias.

Zayn dengan telaten menyuapi Deby sedikit demi sedikit hingga nasi gorengnya habis.

"Minum susunya!" Titah Zayn menyerahkan segelas susu. Deby menurut dan segera menghabiskan susu tersebut.

"Saya ngantuk tuan." Ucap Deby sambil menyerahkan gelas kosong kepada Zayn.

Zayn mengangguk lalu membantu Deby berbaring."Tidurlah di sini." ucap Zayn lalu menyelimuti tubuh Deby. Setelah itu ia juga berbaring di samping Deby dan mulai mengarungi dunia mimpi.

Pagi hatinya, Deby terbangun lebih awal dan langsung kaget saat mengetahui di mana ia berada. Deby langsung panik saat mengingat apa yang ia lakukan tadi malam. Berani sekali ia menyelinap ke kamar tuan Zayn lalu meminta dimasakan nasi goreng dan bahkan ia tidur di ranjang tuan Zayn.

Deby melirik tuan Zayn yang masih terlelap lalu bergerak turun dengan pelan. Deby berjalan menuju pintu kemudian keluar tanpa suara.

Deby menghela napas lega lalu segera turun ke lantai satu. Kemudian menyelinap menuju kamarnya yang ada di belakang.

"Deby, nak dari mana kamu? Kenapa tadi malam tidak kembali ke kamar?" Tanya Asih begitu Deby memasuki kamar.

Deby tersenyum canggung."Deby lapar bu jadi pergi ke dapur ehh malah ketiduran di meja makan."

Asih menggeleng mendengar penuturan putrinya. Memang nyonya Widura membebaskan ia dan Deby untuk melakukan apa saja di dapur. Tapi bukan berarti putrinya bisa bebas memakan makanan majikannya.

"Ya sudah, lain kali jangan begitu. Malu kalau ketahuan nyonya Widura." tegur Asih lembut membuat Deby mengangguk cepat.

"Cepat mandi lalu siap-siap. Biar nanti ibu bawakan makanan kamu ke sini." ucap Asih membuat Deby mengangguk lalu melangkah menuju kamar mandi sedang Asih langsung menuju dapur.

***

Deby yang baru pulang sekolah dibuat heran oleh banyaknya mobil di halaman rumah. Belum lagi banyaknya karangan bunga ucapan selamat tersusun di depan gerbang.

Deby menunduk saat menyadari situasinya. Ia lupa kalau tiga hari lagi tuan Zayn akan resmi menikahi seseorang. Dan seseorang itu bukan dirinya.

Deby berjalan dengan langkah lunglai memasuki kamarnya yang ada di bangunan belakang. Tidak ada siapapun di kamarnya karena ibunya pasti sedang sibuk di dapur.

Deby menghela napas lalu melempar tasnya asal. Entah kenapa hatinya terasa sakit padahal jelas ia dan tuan Zayn tidak punya hubungan apapun. Dan mungkin saja tuan Zayn hanya mempermainkan dirinya.

Deby termenung beberapa saat hingga tiba-tiba saja perutnya bergejolak hebat.

"Huekk." Deby menutup mulutnya lalu berlari ke kamar mandi.

"Huekk huekk ugh " Deby mencuci mulutnya lalu melap bibirnya dengan tisu.

Kenapa akhir-akhir ini ia sering mual. Bahkan terkadang sakit kepala dan tubuhnya juga sering sekali merasa lelah.

Deby berjalan tertatih menuju tempat tidur. Namun matanya malah tidak sengaja melihat kalender di atas meja belajarnya.

Deby berdiri dan mengambil kalendernya. Jadwal bulannya sudah telat hampir dua minggu dan itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Deby berusaha berpikir apa yang bisa menyebabkan tamu bulanannya terlambat, apa karena ia stres atau kelelahan.

"Akh" Deby spontan memekik lalu memegang perutnya.

"Apa aku hamil?" Ucap Deby tak tenang. Pasalnya ia bukan anak kecil yang tidak tahu apa konsekuensi dari hubungan antara pria dan perempuan. Terlebih ia dan tuan Zayn melakukannya beberapa kali.

Tubuh Deby terdiam kaku memikirkan masa depannya jika seandainya ia memang hamil.

Tidak mungkin meminta pertanggungjawaban mengingat tuan Zayn akan menikah tiga hari lagi. Dan lagipula siapa yang akan percaya perkataannya. Semua orang pasti akan berpikir jika ia berbohong jika menceritakan semua itu.

Deby meremas rambutnya kuat.

'Apa yang harus aku lakukan?'


-Bersambung-

Zayn's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang