[Follow me on twitter @ BoonieUwu]
••Happy Reading••
Van Tae dan Jeka kini duduk di UKS untuk mengobati luka di telapak tangan pemuda berparas cantik itu.
Akibat dari tersungkur tadi, lututnya juga luka terbentur sudut keramik.
Dia berdarah. Dan itulah yang menjadi alasan kenapa dia terdiam seperti mayat hidup. Tak berani melihat lukanya yang kini sedang di obati Jeka.
Jeka memperhatikan raut wajah pria itu sejak tadi. Lucu, karena seorang cowo yang takut sama darah. Sekaligus hebat, karena tidak kesakitan saat alkohol membalur lukanya.
"Kau takut darah ya.. Sudah sebesar ini masih takut darah." Jeka mengolok sampai Van Tae menatapnya.
"Makasih. Aku mau pulang." balasnya acuh. Tak cukup tenaga untuk meladeni candaan anak itu.
Dia lupa kalau kakinya terluka, jadi saat kaki ringkihnya menginjak tanah sontak saja pemuda itu mendesis kesakitan dan ambruk dirangkulan Jeka.
"Dasar bodoh! Udah tau kakinya sakit, bukannya pelan-pelan geraknya.."
"Bawel!"
"Sendirinya kayak gini masih bisa bilang orang lain bawel, kekanakan sekali."
"Iya Aku Kekanakan terus ngapain kau tolong. Ngapain dibantu tadi waktu jatuh, ngapain ngapain ngapain!!!!" teriaknya emosi.
Van Tae kesal setiap kali orang menyebutnya kekanakan. Diusianya sekarang ucapan itu terdengar seakan mengejeknya. Dan Van Tae paling benci diejek. Itulah mengapa dia selalu mengambil zona aman, tidak bersosialisasi, tidak banyak tingkah, suka menyendiri. Plus teman cuma Jimin, udah itu aja.
"Udah ga usah bising," Jeka tiba-tiba saja berjongkok, dan membuat Van Tae bingung harus apa.
"Berikan tas mu, biar aku gendong."
Van Tae jadi bingung. Dia sedang marah tadi, tapi seakan tidak berpengaruh pada pria itu. Malah menawarkan bantuan, lagi?
"Aku bisa sendiri kok."
"Bisa gak sih jangan bawel, mumpung aku baik mendingan naik aja deh.." saran Jeka yang tak lama kemudian mendapati Van Tae merangkulnya dari belakang. "Nah gitu dong.."
"Cih.. Pokoknya aku masih marah ya, jangan ajak aku bicara!" Van Tae masih kekeuh ngambeknya.
"Sendirinya bicara terus dari tadi."
"Diam! Jangan bicara pokoknya."
"Iya iya.."
"Sssttt!"
"Hhh..."
—mereka terus berdebat sepanjang perjalanan.
#####
Jeka mengantar Van Tae hingga kerumahnya, dia sendiri yang meminta untuk mengantar pemuda itu sampai rumah karena Tae selalu meringis kesakitan sejak tadi.
Manusia itu sudah tertidur pulas di samping kursi kemudi. Berniat membangunkan karena sudah sampai didepan rumahnya, tapi Jeka justru tertarik memperhatikan lebih lama wajah yang bak pahatan sempurna itu.
Bulu matanya yang lentik bak kipas istana, hidungnya yang mancung tegak lurus dengan alis hitamnya, garis wajahnya yang sulit untuk diduga kalau pemiliknya seorang pria. Dan satu hal lagi, bagian yang paling mencuri perhatian manik obsidian Jeka sejak tadi. Bibir pink sempurna nya seolah menguji kesabaran pria tersebut.
Menarik jiwanya untuk maju dan sekedar mencicipi disana. Ya, dibibir Kim Van Tae.
Gila? Anggap saja Jeka gila saat itu karena dengan berani dan tak tahu malu mendaratkan bibirnya disana. Dan parahnya lagi, dia tidak langsung menariknya.
Ada rasa nyaman dan manis disana, di bibir itu. Membuat jantungnya berdegub sangat kencang saat euphoria aneh bergetar di relungnya.
Hendak mengemutnya, tapi Van Tae menggerling pelan.
Tenang.. Van Tae masih terlelap. Dan Jeka beruntung karena pria itu tidak bangun saat bibir mereka menyatu. Atau Jeka bisa dituduh orang mesum nanti.
Untuk sesaat Jeka merenung, apakah ada yang salah dengannya? Kenapa hatinya hanya bergetar pada pria yang baru dia kenal beberapa jam yang lalu. Ada apa dengan orientasinya sekarang, begitu banyak wanita yang mengejarnya dan tak satupun yang sempat diterima. Dia tidak tahu alasannya kenapa, tapi Jeka tidak menaruh hatinya dimanapun.
"Tae bangun, udah sampai rumah"
"emmm lima menit lagi ma~" gumamnya.
Lucu sekali pemuda itu.
"Hei, dah sampe rumah nih. Masih mau tidur di mobil? Atau mau aku bawa ke rumahku aja?"
Dalam hitungan detik Kim Van Tae membuka matanya lebar-lebar dan bergegas turun.
"Makasih."
"Tae!" panggilnya sebelum Van Tae menjauh dari mobil.
Tae kembali menghampiri meski sedikit meringis.
"Apa lagi?"
Jeka menyodorkan sebuah ponsel, "Minta nomor wa dong."
>>>TBC
[Singkat ya? Wkwkwkkwkw
Masih suka gak ceritanya? Atau dah mulai bosan?
Hmmm 🤔 atau buat angst?
Anw, manis gak sih tadi?
Karna auhtor blm pernah merasakan yg manis2 jd takarannya masih kurang pas x ya..😂Yg jelas rasanya kayak odading mang ole...
See you tomorrow👋 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
WE GOT MARRIED • COMPLETE
Fanfiction• bxb [kookv] • Fluffy • Drama • Bahasa non baku • Kalau risih jangan baca [ Update setiap Rabu&Minggu jam 21.00-keatas Kalo ga update authornya ketiduran atau sakit ya]