Sstt! We Got Married '14

2K 231 4
                                    

••Happy Reading••

[Wahai para jomblo sekalian]


Vantae merenung dikamarnya. Menatap langit-langit yang dilapis parket coklat tua yang sama dengan lantai kamarnya. Dia jadi teringat basecamp Jeka dan gengnya yang begitu nyaman dan hangat menyapanya seperti rumah sendiri.

Kejadian siang tadi mendadak muncul di pikirannya. Menepis kehangatan yang tadi menghiburnya, mencengkram kepalanya sampai dua bola matanya serasa ditarik mundur.

Tubuhnya bereaksi seolah protes ketika melihat Jeka berinteraksi dengan wanita itu. Bukan tanpa alasan. Melainkan Vantae merasa wanita yang juga sangat populer disekolah itu punya peluang yang besar untuk mendekatinya.

Tapi lagi-lagi dia mencoba mengenyahkan ingatannya tentang ucapan Jimin. Mengusak surai coklatnya dengan kasar disusul desahan yang entah mencoba mengeluarkan apa selain napas dari dalam tenggorokannya.

Cemburu? Satu kata yang menurut Vantae tidak mungkin memasuki hidupnya.

Dia memang tersentuh dengan perhatian Jeka dan caranya berbicara. Tapi bukan berarti dirinya sampai ke titik suka atau 'jatuh cinta' yang berujung cemburu buta hanya karena seorang wanita yang belum tentu menyukai Jeka sedang mengobrol dengannya.

Sinting. Jimin memang sinting.

"Tae... Turun sini. Ada yang datang!"

Vantae membangkitkan dirinya yang tak rela berpisah dari kasur saat bunda memanggil. Menekuk bahunya dengan bibir manyun yang lucu. Ini udah jam 8 malam, dan hanya Jeka dari semua temannya yang pernah singgah ke rumah. Tapi mengingat hubungan mereka mendingin sih Tae gak yakin kalau yang datang itu dia.

"Tae cepat sedikit turunnya, ya ampun." Nyonya Kim terlalu sabar menghadapi gerakan lamban putranya yang sulit di obati. Terlalu lambat hingga rasanya dia ingin menggendong putranya kalau saja dia masih sekuat dulu.

"Ini lagi turun Bun.." cibirnya.

Vantae sontak saja membelalak terperangah karena orang yang baru saja dia pikirkan sudah duduk di sofa keluarga dengan terbalut pakaian yang cukup rame; jaket kulit hitam yang senada dengan Jogger pants dan boots hitam besar yang kelihatan berat -bisa di pakai buat lempar maling. Tampak sedikit basah karena diluar sedang gerimis.

Bunda menghampiri Jeka guna meletakkan secangkir teh hangat untuknya diatas meja kaca yang berhiaskan tabloit wanita -khas ibu-ibu gaul- sebelum mendekati Vantae yang masih terdiam kaku di ujung tangga, mengusak rambutnya lembut dan berlalu sambil berkata "Kalian ngobrol saja berdua, bunda mau nonton sinetron dulu di kamar. Dadah sayang.."

Ada apa dengan nada suara bunda. Dan sinetron katanya? Sejak kapan bunda suka nonton sinetron alih-alih main sosmed di ruang tamu sebagaimana biasanya.

Sekarang. Diruang tamu ada Jeon Jeka ;yang bunda cari pagi-pagi tadi seolah putra kandungnya adalah dia dan bukannya Kim Vantae- justru ditinggalin begitu aja. Berdua.

"Hai" sapa Jeka.

"Sorry kalau mengganggumu" ucapnya lagi saat melihat pemuda terbalut piyama putih polkadot yang menggenaskan tak kunjung bersuara dan duduk berseberangan dengannya.

"Hm. Cuma baringan aja sih tadi, jadi ga ganggu. Ada apa datang malam-malam?" tanyanya, suara Vantae terdengar cuek dari biasanya. Dan itu membuat suasana yang canggung semakin canggung dan kaku. Seolah tembok pembatas diantara mereka beranjak lebih tinggi untuk menghalangi interaksi keduanya.

Jeka meringis sebagai respon yang sudah dia duga. Mengusap tengkuknya tak enak selagi mencoba memberi alasan.

Haruskah dia bilang kalau dia datang karena siang tadi pemuda itu yang bilang bunda mencarinya dan sekarang dia ingin bertemu bunda. Atau dia jujur saja kalau dia juga rindu pemuda bersuara husky tersebut. Yang muncul disetiap mimpinya tanpa aba-aba dan meninggalkanya saat mentari tiba.

WE GOT MARRIED • COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang