—Aku melihat pelangi dimatamu. Tapi aku tahu itu bukan untukku—
dear Unknown✨✨✨🦦✨✨✨
Langit yang cerah dan sedikit berangin menghibur orang-orang yang ada di penjuru sekolah. Upacara telah usai. Mereka sibuk berkumpul ke titik-titik lomba dijalankan. Ada yang ke lapangan sekolah melihat pertandingan voli putra antar kelas, beberapa orang pergi ke ruang TU untuk memantau pertandingan catur, para gadis kebanyakan memilih ke lapangan basket untuk melihat pertandingan yang kurang bergengsi tapi cukup terkenal sejak turun temurun. Ya benar, tarik tambang.
Sudah jelas kalau gadis-gadis itu bukan secara sukarela menghabiskan waktu untuk menontonnya. Melainkan ada tujuan lain yang mungkin bisa dijadikan koleksi di dinding kamar mereka —para F6 dan tiga pria alumni Bhayangkara yang juga datang berkunjung ke sekolah.
Hiruk pikuk pun tampak tak terkendalikan saat ke sembilannya memasuki lapangan. Banyak yang ingin mendekat, namun praktis urung saat Wonwo mengibas-ngibaskan tangannya. Mereka mundur, persis seperti ayam yang di usir.
Mereka duduk dikursi penonton sembari menunggu giliran. Ada rasa ragu juga, karena lawan mereka para kakak kelas —anggota OSIS pula. Bukan berarti mereka takut, tapi lebih ke pertandingan yang terselubung. Ada maksud lain mengapa anggota OSIS meminta pertandingan khusus ke panitia untuk melawan Jeka dan teman-temannya.
Jeka meraih ponsel dari dalam saku tas-nya. Mengetikkan sebuah nama saat matanya tak melihat sosok Kim Vantae ada di pinggir lapangan.
Dia mulai resah karena sebentar lagi giliran mereka tiba. Kelompok kakak kelas itu sudah tiba di kursi jalur kanan. Meskipun tak terlihat adanya sang ketua disana, sembilan dari mereka sudah melempar tatapan sengit tanpa alasan jelas. Pertandingan sepuluh lawan sepuluh.
Manik obsidian Jeka masih melirik ke arah jalur dikirinya dengan ponsel yang dirapatkan ke telinga. Tatapannya lebih dingin dan tajam dari sesaat lalu karena mereka tak kunjung memutus tatapan sengit dari kelompoknya. Tentu saja sembilan orang tadi serentak membuang muka, mendecih walau Jeka tak mendengarnya. Tapi gerakan bibir mereka tampak jelas meremehkan kelompok Jeka.
"Aku udah disini, gak usah meneleponku"
Jeka mengerjab dan mendongak. Mendapatkan apa yang ia harapkan ada di depannya saat ini. Dia tersenyum dan berdiri, menyamaratakan tinggi dengan rambutnya yang mencuat-cuat indah. Sangat maskulin.
Ingin mendekat dan memeluk Kim Vantae saat itu juga, karena otaknya seakan rusak dan sulit berfungsi lagi melihat penampilan Kim Vantae yang memakai kostum selain dari seragam sekolah. Wajahnya cerah, bibir merah mudanya tampak lebih merah dan mengkilat. Rambutnya sedikit bergelombang dan dia memakai parfum lain beraroma manis dan dingin secara bersamaan.
Pemuda berkaos putih tipis itu terpukau padanya, tak terkecuali dengan kedelapan temannya yang masih duduk memantau dikursi panjang tersebut. Takut-takut Jeka khilaf dan menerkam pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WE GOT MARRIED • COMPLETE
Fanfiction• bxb [kookv] • Fluffy • Drama • Bahasa non baku • Kalau risih jangan baca [ Update setiap Rabu&Minggu jam 21.00-keatas Kalo ga update authornya ketiduran atau sakit ya]