Sekarang sudah mendekati waktu ujian akhir semester satu.
Murid kelas dua belas semakin sibuk dengan kegiatan belajar mereka. Dinginnya Jina semakin menjadi. Saat satu kelompok dengan Juna dirinya benar-benar hanya diam saja, berbicara hanya terkait dengan pelajaran yang dibahas. Namun, Jina sudah sedikit mengendalikan dirinya. Untuk bersikap biasa saja dengan teman-teman yang lainnya. Mulai menjadi sosok Jina yang dahulu.
"Jin nanti gue bareng kalo ke ruang BK-nya." teriak Lia yang mau ke toilet dulu.
"Kita tunggu di kantin, Li." teriak Jina kepada Lia yang udah lari keluar.
"Ayok ke kantin. Somi sama Yeji udah nunggu." kata Yuna kepada Jina dan Chaca yang sedang berdiri diambang pintu kelas.
Saat akan keluar kelas untuk menuju kantin, pergelangan tangan Jina ditahan oleh seseorang. Jina menoleh melihat siapa orang itu.
"Jin, bisa ngomong bentar?" tanya Jennifer kepada Jina.
Jina langsung memberi isyarat kepada Yuna dan Chaca untuk pergi terlebih dahulu ke kantin.
"Mau ngomong apa?" kata Jina dengan nada dinginnya. Dirinya sudah tidak mau berurusan den Jennifer. Bahkan Jina sempat bertukar kelompok agar tidak sekelompok dengan Jennifer.
"Tolong jangan ganggu Juna. Biarin dia bahagia sama gue, Jin." kata Jennifer dengan ekspresi yang dibuat sedih.
Jujur saja, Jina langsung bingung dengan apa yang Jennifer bilang. Dirinya tidak pernah mengganggu Juna sejak insiden di dalam UKS beberapa bulan yang lalu.
"Lo nggak salah tanya? Lo lagi ngehalu? Pikirin dulu kalau mau ngomong." kata Jina lalu pergi keluar kelas untuk menuju kantin.
"Mak lampor tadi kenapa, Jin?" tanya Yuna sambil menyodorkan makanan kepada Jina.
"Nggak tau mabok kadal kali. Nggak jelas banget kalo ngomong." kata Jina dengan ekspresi flatnya.
Teman-teman Jina pun tertawa. Namun, ada sepasang mata yang fokus memperhatikan meja Jina dan teman-temannya, khususnya fokus kepada wajah flat milik Jina
Dahulu saat di kantin pasti Jina melihat kearah Juna tanpa berkedip. Sekarang sebaliknya, entah terkena sihir darimana Juna melihat kearah Jina tanpa henti. Jujur saja, Juna memang sedikit rindu dengan sapaan pagi dari Jina serta senyum manis yang senantiasa Jina berikan untuk Juna. Bahkan akhir-akhir ini pikiran Juna penuh dengan Jina.
Ting!
Suara notifikasi handphone milik Jina membuat Lia kaget. Karena handphone-nya dirinya letakkan didekat Lia.
"Jin, Lo beneran udah nggak ngehubungin sianjing Juna, kan?" tanya Lia yang membuat Yuna, Yeji, Chaca, dan Jina melihat kearah Lia.
Jina menggeleng. Lia langsung menyodorkan handphone milik Jina untuk memperlihatkan notif di layar lockscreen handphone Jina.
"Juna ngapain ngehubungin Lo, Jin?" kata Somi spontan.
Jina hanya melihatnya sekilas tanpa niat untuk mengambil handphone-nya atau sekedar membalas. Jina melanjutkan kegiatan makannya dengan santai serasa tidak terjadi apa-apa barusaja.
"Parah. Jina udah fixs gagal move on ini HAHA" kata Chaca semangat.
Di meja anak ADRECOT. Juna hanya diam dan binguhg dengan pikiran serta perasaannya sendiri.
"Lo udah udah masukin air kedalam kulas. Lalu, lo perlu ngebuat es batu itu mencair. Banyak acara banget kisah lo, bro." kata Xavello yang ada di sebelah Juna. Lalu Xavello pergi meninggalkan meja. Juna hanya diam memikirkan kesalahan yang telah dirinya perbuat dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curious Feeling [Renjun ft. Ryujin]✔️
Fanfiction"Gue janji, gue gak bakal ganggu keseharian lo. Mulai detik ini." -Rujina Ralaka Radeon. "Sekali murahan tetap murahan." -Rejuna Wirangga Gefoza Finish : 12 Okt 2020 Cerita ini pernah di publish pada acc @jjyaxs Dikarenakan author lupa password dan...