4. Mulut sepedas sambal ulegan tetangga

588 91 4
                                    

Pagi ini di kediaman keluarga Radeon tengah ada pertengkaran kecil antara sang Mama dan sang Anak Perempuannya.

"Kamu bawa kemana sih tupperwere Mama, Dek? Ayo ngaku!" kata Mama Iren ke Jina.

Jina hanya diam saja. Masih sibuk dengan sarapannya.

"Mama belinya juga pake uang loh, Dek. Adek mau uang jajannya Mama potong buat ganti beli tupperwere?" ancam Mama Iren.

Memang ya emak-emak itu kalo udah menyangkut pautkan Tupperwere. Anak kayak nggak apa-apanya sama Tupperuere. Anak kalah sama Tupperwere.

"Tupperwere doang Mah, nanti juga di beliin lagi sama Papa. Ya kan, Pa?" kata Jina jelas meminta pembelaan kepada Papanya. Sang Papa hanya senyum.

"Ini bukan masalah belinya, Dek. Ini masalahnya yang kamu hilangin itu yang Limited Edition." Suara Si Mama mulai naik.

Dari arah tangga ada Felix sama Jaehun yang berjalan menuruni tangga menuju meja makan.

"Bang Jae katanya berangkat pagi, kan? Ayok berangkat bang." kata Jina langsung merangkul lengan Jaehun.

"HEH ADEK JANGAN KABUR, KAMU!" teriak Mama Iren dari dapur. Jaehun hanya diam dan mengikuti sang adik. Sambil tertawa kecil tentunya.

"Ma, Pa, aku sama bang Jae berangkat duluan yaaa." Teriak Jina lalu segera masuk ke dalam mobil.

Si Papa hanya bisa terkekeh setiap kali anak perempuannya itu menghilangkan Tupperwere Mamanya.

"Emang Tupperwere-nya hilang dimana, Kak?" tanya Papa Suho ke Felix yang sedang makan roti dengan tenang.

"Biasa buat bucinan dia Pa. Kayak nggak hafal Jina, kan udah bucin dari jaman bocil, Pa." jelas Felix lalu berpamitan berangkat ke sekolah.

.
.
.
.

Jina sudah sampai di sekolah sedari tadi. Memang tidak biasanya Jina datang sepagi ini. Biasanya juga mepet jam masuk.

"Woi, Jin! Tumben Lo berangkat pagi." sapa Bintang berjalan di sebelah Jina.

Chandra Bintang Wiguna. Kerap di panggil Bintang, satu geng dengan Felix kembarannya. Barisan cogan 12 MIPA 1.

"Eh pagi, Tang. Lagi kabur dari Mama." kata Jina sambil tertawa.

"Lo ngehilangin Tupperwere lagi?" tanya Bintang.

Jina mengangguk.

"GILA SIH LO EMANG! Nggak capek apa, Jin?" tanya Bingang lagi.

"Capek sih pasti. Namanya juga sayang. Gue duluan ya, Tang." kata Jina hendak berbelok ke kelasnya. Sedangkan Bintang terus berjalan menuju kelasnya.

"Kenapa nggak coba buka hati buat yang lain aja sih, Jin." lirih Bintang sambil melangkahkan kakinya.

Kelas masih terlihat sepi hanya ada anak yang sedang piket. Tak lama Yuna sama Lia dateng dengan murid lainnya berdatangan.

"Tumben berangkat pagi. Motor Felix belum ada di parkiran keknya." kata Yuna.

"Biasa Mama marah-marah. Gara-gara Tupperwere nya ilang lagi hehe." jawab Jina.

Lia menggeleng nggak habis pikir sama pikiran Jina.

"Edan Lo!" kata Chandra yang baru datang ikut menyaut.

"Pagi Junakuu! Gimana tidurnya semalem nyenyak?" kata Jina yang udah ngacir ke meja Juna.

Karena Juna baru saja datang. Teman-teman Jina hanya menggelengkan kepala. Sudah biasa mereka melihat kegiatan pagi Jina saat datang lebih awal.

"Mau sampe kapan itu anak kayak gitu?" kata Chaca yang baru saja datang.

"Anjir kaget Gue. Kirain siapa anji, Ca." kata Yuna kaget. Tak lama bel masuk berbunyi.

Jina kembali ke tempat duduknya. Guru sudah masuk, mulai membahas materi. Hari ini pelajaran Kimia. Diajar oleh Pak Sehun.

"Jadi saya sudah bagi kelompoknya untuk praktikum besok. Sekretaris tolong di tulis di depan." kata Pak Sehun menjelaskan.

"Anjir kok Gue sama Chaca huhuhu sedih." Yena dramatis. Chaca menggays sok jijik ke Yena. Mereka berdua itu sering satu kelompok.

"Lia sama siapa?" tanya Jina ke Lia.

"Eh, Gue sama Chandra anjritt." kata Lia terpekik kaget.

Jina tertawa terbahak-bahak.

"Iye dah, Lo yang sama Mas Pangeran tersayang Lo." kata Lia mengejek.

Iya Jina satu kelompok bersama Juna. Tidak hanya Juna namun ada Xavello, Lia dan Chandra. Satu kelompok berlima memang.

"Perhatian! Kalau kalian sudah tau anggota kelompoknya. Silahkan berdiskusi setelah istirahat. Sekian materi hari ini, kalian boleh istirahat." kata Pak Sehun lalu keluar kelas.

Jina langsung ambil kotak bekal dari dalem tasnya untuk diberikan kepada Juna.

"Dimakan ya, Juna. Jangan di buang lagi. Gue di marahin tau sama Mama gara-gara Tupperwere-nya hilang lagi." jelas Jina dengan senyum yang terukir di wajahnya.

Juna mendongak menatap Jina.

"Gue nggak nyuruh lo untuk ngebuatin gue makan siang, kan? Jadi itu bukan salah gue." kata Juna ketus lalu mengambil Tupperwere itu serta membuangnya di tempat sampah belakang kelas.

"Wah WAHH NGGAK BISA DI DIEMIN INI." kata Yuna udah agak ngegas.

"HEH JUNA!" Chaca meneriaki Juna.

Juna menghentikan langkah kakinya tepat di depan pintu kelas. Memalingkan wajahnya. Seluruh aktivitas di kelaspun tertuju kepada Chaca yang teriak tadi serta Juna yang melihat Chaca dengan tatapan dingin menusuknya.

"Lo harusnya ngehargain dikit dong pemberiannya Jina. Lo kira Tupperuere nggak mahal apa? Dia bangun pagi juga nggak pengorbanan apa? Susah emang buat bilang makasih doang??" kata Chaca yang sudah jengkel. Jina berjalan menuju ke tempat Chaca.

"Udahlah, Ca. Gue nggak papa kok." kata Jina memberi tahu Chaca agar bersabar.

"Tinggal ambil Tupperuere-nya di tempat sampah, kan?" kata Jina lalu pergi.

Chandra dan Xavello menyusul Juna keluar kelas.

"Lo tuh udah tau Juna batu kayak gitu masih aja lo pertahanin. Lo tuh goblok apa gimana sih, Jin?" kata Yuna.

"Ya belum saatnya aja kan. Yun, tunggu aja nanti juga bakal luluh kok." jawab Jina dengan senyuman di wajahnya.

"Udah udah yuk ke kantin aja gue laper" kata Lia lalu mereka berempat pergi ke kantin.

"Sini Jin duduk bareng kita." panggil salah satu cowok dari meja yang di duduki Yeji dan beberapa temannya.

"Oke, Tang. Bentar."

Curious Feeling [Renjun ft. Ryujin]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang