3. Why you?

633 106 1
                                    

Masih di hari yang sama. Seseorang yang tadi di Ruang BK sudah kembali ke kelasnya. Pelajaran sudah usai, banyak murid yang mulai mengemasi barang-barang mereka.

"Li, nanti jadi kerumah Yuna?" tanya Jina ke Lia yang  sedang mengemasi barangnya.

"Jadi dong, nanti gue bacotin di grub chat kalo udah berangkat ya. Gue pulang duluan ya, Jin. Qave udah nunggu hehe...." kata Lia berpamitan kepada Jina.

"Iya hati-hati lo, Li. Bye-bye..." jawab Jina sambil memasukkan bukunya yang ada di kolom meja kedalam tasnya.

Juna jalan melewati Jina dengan tatapan dingin. Tak lupa Jina menyapanya dengan, "Hati-hati ya Junaa kalo pulang, jaga hati jugaa..." Teriak Jina saat Juna yang berjalan keluar kelas.

Di sudut belakang kelas ada seseorang yang masih mengawasi gerak-gerik Jina.

"Xave, Lo nggak pulang?" tanya Jina yang melihat Xavello menatapnya lekat.

Xavello bberdehem, lalu jalan menghampiri Jina. Tangannya terukut memberikan selembar kertas.

"Gue di suruh ngasih ke Lo. Dari guru BK."ucap Xavello.

"Makasih, Xav." jawab Jina lalu memasukkan selembar kertas tersebut ke dalam tasnya.

Xavello enggan pergi meninggalkan Jina. Dia menunggu Jina selesai mengemasi barang-barangnya. Lalu pergi keluar kelas bersama.

"Lo pulang sama Felix, kan?" tanya Xavello.

"Iya, noh dia udah di parkiran. Gue dulung ya, Xav. Lo ttdj yaa" kata Jina sambil berjalan meninggalkan Xavello yang masih berjalan di belakangnya.

Jina sudah pergi dari area sekolah bersama dengan kembarannya Felix. Mereka memang berangkat bersama dan tentu pulang bersama juga. Hemat ongkos kalau kata Jina.

Xavello masih memikirkan kertas beasiswa milik Jina. Entah itu untuk Jina atau untuk Felix. Kalau untuk Felix kenapa harus dikasih ke Jina? Namun kalau untuk Jina, mengapa tadi Jina tidak menjelaskannya.

Close Feeling

Pulang sekolah saat di jalan Jina dan Felix bercanda seperti biasa. Sesampai di rumah Jina lagsung ke kamarnya. Jina sendiri langsung mandi dan bersiap untuk ke rumah Yuna. Sahabatnya.

"Gimana lo tadi ke Ruang BK nya?" tanya Felix yang tiba-tiba masuk ke kamar Jina.

Untung saja Jina sudah memakai baju kalau belum bisa di amuk si Felix.

"Masalah beasiswa? Oh iya tadi Xave yang bawain kertasnya. Degeun-degeun tau. Kalau dia tau gimana coba?"

"Lo kan nggak minat beasiswa bisa aja dia mikir kalo kertas itu buat gue." kata Felix menjelaskan sembari berbaring di kasur milik Jina.

"Tapi kan bisa jadi, Raloka." kata Jina agak menaikkan volumenya.

Felix diam. Termenung berpikir. Tiba-tiba Abang tertua mereka datang dan masuk. Jaehun ikut berbaring di sebelah Felix.

"Masalah beasiswa? Lo tuh kenapa sih ngebet banget ke Korea, Fel?" kata Jaehun sambil menonyor kepala Felix.

"Bukan gue ya. Noh, adek cewek lo noh" kata Felix sambil menunjuk-nunjuk Jina.

Jaehun mengerjapkan matanya kaget. Pasalnya adek perempuan kesayangannya itu tidak mau kuliah di luar negeri.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Jaehun.

"Gak tiba-tiba, Abang. Aku cuma nyoba aplikasi beasiswa aja, buat jaga-jaga." jelas Jina.

"Jaga-jaga kalau Lo udah jelas di tolak Juna terus lari ke Korsel, kan?"

SKAKMAT dari Felix mampu membuat Jina terdiam.

"Ayok Bang Jae anterin aku ke rumah Yuna." kata Jina sambil menarik tangan Jaehun.

.
.
.
.

Kale Peci

Temuin gua mlm ini di kfc dkt rmh gua

oke.

Read.

Felix langsung bergegas mandi. Sedangkan di dalam mobil Jaehun dan Jina tengah asik bercerita.

"Kamu kenapa? Sini cerita sama abang." tanya Jaehun lembut.

"Ya gitu bang. Kalo aku nggak bisa dapetin Juna kali ini. Ini terakhir kalinya, aku bakal pergi. Aku bakal nurutin apa mau Mama." jelas Jina.

Jaehun hanya mengangguk.

"Enggak...Bercanda abang. Pengen mantepin pilihan aja." jelas Jina lanjut.

Jaehun hanya tertawa tipis.

Mereka sudah sampai di pelataran rumah Yuna. Jina keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu Rumah Yuna yang bersamaan dengan Lia yang baru datang di antar oleh pacar kesayangannya. Siapa lagi kalah bukan Qavero.

"Jinaaaaa ihhh kangennn" Teriak Yeji.

Soraya Yeji Anantasya. Cewek bermata sipit namun memiliki mata serta pendengaran yang tajam. Barisan cewek cantik dari kelas 12 IPS 4. Satu kelas dengan Mark dan Jeno

Chaca Aerona Yoganda. Chaca si anak berketurunan asli Korea. Dirinya anak kelas 12 MIPA 2

Larayu Nasquna. Yuna si pemilik rumah yang sedang mereka singgahi saat ini. Dirinya sekelas dengan Chaca.

"Ih, nggak seruh banget kalian nggak ikut bolos tadi." kata Chaca.

"Untung tadi bisa lolos dari Pak Botak." kata Yuna kesenangan.

"Ya gimana, kalian nggak bilang sih." kata Lia.

Diantara mereka berlima memang hanya Yeji yang berbeda kelas. Dikarenakan Mark yang jail ngisi jurusan peminatan Yeji. Berakhirlah Yeji di kelas IPS. Namun Yeji menyukai-nya. Anak IPS santai. Orang tua Yeji? Nggak masalah karena Orang Tua Yeji sendiri seorang pembisnis.

.
.
.

Di lain tempat lagi. Felix sedang bersama Xavello.

"Kenapa, Fel?" tanya Xavello saat Felix menatapnya intens.

"Lo tadi yang ngasih kertas beasiswa ke Jina?" tanya Felix balik ke Xavello.

Xavello mengangguk dengan mantap.

"Oh jadi beneran. Lo yang mau ambil beasiswa? Gua kira si Jina." kata Xavello.

Felix lega. Xavello nggak salah mikir. Felix memandang Xavello.

"Gue mau nanya, Fel." kata Xavello sambil menyeruput cola-nya.

"Apa?" balas Felix.

"Jina suka sama Juna udah berapa lama, dah?" tanya Xavello.

"Lo suka sama Jina?" tanya balik Felix.

Xavello menggeleng cepat.

"Kalo enggak ngapain nanya BAMBANK! Inget haram hukumnya." sarkas Felix sambil ketawa.

"Siapa sih yang nggak tau kalo Jina se-BUCIN itu ke Juna. Bahkan Juna nggak pernah nganggep dia hidup." jelas Xavello agak menusuk di akhir kalimatnya.

Felix hanya tersenyum.

"Kita liat aja gimana kedepannya."

Curious Feeling [Renjun ft. Ryujin]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang