22. Lost Control

564 61 3
                                    

Langkah kaki Felix langsung menuju ke arah tangga darurat begitu dirinya masuk kedalam lobby Rumah Sakit. Secepat mungkin dirinya berlari menaiki tangga. Berharap dan berdoa jika semua yang ada di pikirannya ini tidak akan terjadi. Xavello dibelakang Felix ikut menaiki tangga dengan nafas yang sudah tersengal-sengal.

Begitu sampai tepat di atap gedung Rumah Sakit, mata Felix langsung mengenali siapa sosok yang memakai piama Rumah Sakit itu.

"JEN!" teriak Felix saat sudah sampai di atas gedung. Langkah kakinya langsung menghampiri sosok yang sedang berdiri di pinggiran
atap gedung.

"Ngapain lo kesini? Mau ngeliat gue mati mengenaskan?"

"Enggak. Gue disini mau nyelamatin lo. Turun ya.." ucap Felix lembut sambil menjulurkan tangannya dengan hati-hati

"Percuma kalau apa yang lo lakuin bakal sama kaya apa yang di lakuin KEMBARAN LO!!" kata Jennifer yang tiba-tiba menggelap pada ekspresinya.

"Gue mati atau hidup itu enggak ada  yang-" lanjut Jennifer yang tiba-tiba dipotong oleh omongan Felix. Teriakan maut dari mulut Felix lebih tepatnya.

"GUE YANG BAKAL PEDULI, GUE!! Dengan gue kesini lo pikir gue nggak peduli? Iya? Padahal lo udah nyelakain kembaran gue." ketus Felix.

Xavello baru saja sampai dan langsung mematung diam ditempatnya, kaget dengan apa yang dilihatnya.

Jennifer ngapain di atas sini? begitulah batin dan pikiran Xavello saat ini.

Jennifer menarik sudut bibirnya tertawa dengan hambar. Air matanya terus berjatuhan tanpa permisi. Dengan tiba-tiba kaki Jennifer terpeleset.

"AAAAAAAA"

"Udah jangan teriak." kata Felix lembut sambil memeluk tubuh Jennifer. Secepat kilat Felix langsung menarik tangan Jennifer untuk jatuh ke pelukannya.

"Kenapa lo selamatin gue, Felix Ralaka??!"

"Harusnya lo biarin gue mati aja!"

"Biar gua bisa ketemu Sadewa hiks...hiks..."

Felix semakin mempererat pelukannya sampai tangisan Jennifer sedikit mereda. Setelah tangisan Jennifer mereda Felix menggendong paksa Jennifer ala bridal style.

Jennifer memberontak? Jelas. Namun apa daya dia sekarang? Pikirannya sedang kacau, perasaannya tidak bisa merasakan perasaan yang menentu dan tubuhnya benar-benar sudah lemas.

Xavello mengikuti Felix yang berjalan turun melewatinya dan mereka bertiga turun dari bagian atas gedung itu menuruni satu persatu tangga yang ada.

"Enggak ke UGD aja, Fel?"

"Ini manusia sakit pikiran bukan sakit fisik." ucap Felix pedas. Ya jelas Felix masih pundung dengan sikap Jennifer.

"RSJ kalau gitu."

"Gue beli minum dulu dah." lanjut Xavello lalu pergi.

Jennifer masih setia memeluk Felix dengan erat seperti anak kecil yang tidak mau lepas dari pelukan ibunya.

"Coba lo hadap lihat gue sini."

Jennifer secara perlahan melepas pelukannya dari Felix.

"Lo pikir dengan bunuh diri Sadewa bakal seneng? Enggak lah bodoh."

"Otak lo dimana sih, Na?" lanjut Felix dengan nada pedasnya.

"Udah pindah ke dengkul beneran?" lanjutnya lagi dengan nada yang lebih pedas.

"Pikiran lo dangkal banget." lagi dan lagi Felix menusuk Jennifer dengan kata-katanya.

"Dan lo bilang sayang sama Hyunjin? Itu cuma rasa sayang karna lo anak tunggal dan akhirnya punya saudara. Tapi si Hyunjin cuek sama lo. Itu karna dia memang murni mau menganggap lo adek dia, Na. Tolong sadar diri,"

"Dia mau bantuin lo?"

"Itu dia cuma mau melindungi Jina dari kegilaan lo itu. Gue nggak bodoh kayak lo untuk sekedar tau jalan pikiran si memble satu itu."

"Lo kalau mau bunuh diri jangan di rumah sakit. Percuma. Lo jatuh bisa langsung di obatin. Noh, harusnya di jalan atau apa dimana kek."

"Tolol banget lo. Pantesan sekolah di Sma 21. Otak lo aja kayak gini. Ngatain Jina lonte sendirinya lo juga pernah jadi booking-an kan. Halah ampas!"

"Mak lo nyidam apaan dulu? Kentang? Apa terong sama cabe?"

"Apa lo kebanyakan makan gobis? Jadi otak sama kelakuan lo gobis gini? Goblok abis."

"Dah sana lo agak jauhan. Baju gue kena ingus lo semua."

Felix berbicara seperti tiada habisnya dan terus mengeluarkan kata-kata pedas, sedangkan Jennifer hanya diam saja. Air mata milik Jennifer kembali jatuh lagi dan lagi-lagi Felix dengan reflek memeluk Jennifer meskipun sudah mengomel-ngomel jika bajunya terkena ingus.

"Ma..aa..aafin gu..ee..fell...hiks...hiks..."

Felix hanya mengelur-elus kepala Jennifer dengan lembut.

"Hmmm,"

"Gue sadar emang salah hiks..."

"Hmmm,"

"Tolong anter ketemu Juna sama Jina, gue mau minta maaf sama mereka hiks..."

"Mimpi apa coba gue semalem bisa meluk makhluk macam cabe basi gini." nyinyir Felix sambil melepas pelukannya.

"Fel, maafin gue..."

"Iya...iya gue maafin. Udah jangan nangis mulu, tai. Gue ngelihatnya nyesel nyelamatin lo."

Jennifer mengusap wajahnya, membersihkan bekas ingusnya. Bersamaan dengan datangnya Xavello yang membawa dua botol akua dan tisu. Felix langsung mengambil tisu dan membukanya.

"Hadap sini, lo. Dih, jijik anjir ingus semua."

"Awas ya lo! Kalau besok enggak nyuciin baju gue. Gue sebarin berita jelek-jelek tentang lo."

"Lo pikir gue takut apa sama cewek kayak lo. Enggak ya!"

"Keluarin semua anjir. Gue ini megang tissunya udah jijik."

"Dahlah lo lap sendiri aja."

Xavello yang melihat hanya tersenyum tipis aja. Ingin tertawa keras aslinya. Melihat Jennifer yang pasrah di omelin habis-habis an oleh Felix.

"Fwl, dia cewek. Lo tuh kasar banget. Jomblo seumur idup baru tau rasa lo."

"Gue telpon Hyunjin dulu." ucap Felix sambil mengeluarkan handphone-nya.

"Fel, jangan bilang soal tadi ya.." ucap Jennifer dengan tatapan memohon ke arah Felix.

"Hak gue! Lo gaada urusan!" kata Felix lalu berjalan agak menjauh dari Jennifer dan Xavello

"Felix emang gitu tapi aslinya baik kok. Lo aja yang belum kenal sama dia. Gue udah maafin lo. Jadi nggak usah minta maaf."

"Gue enggak ada mau minta maaf sama lo. Gue enggak ada salah sama lo."

"Tau gini lo nggak usah di selametin tadi."

"Hehe...Sorry, Xav. Kalau gue ikut nyelakain lo juga." kata Jennifer lembut.

Xavello hanya mengangguk sambil tersenyum lalu memberikan sebotol akua ke Jennifer. Saat Felix datang, selesai dengan urusan menelfon si memble, Hyunjin. Di rampas sebotol akua yang di beli Xavello yang barusan diberikan pada Jennifer dan yang satunya sudah habis dirinya minum sendiri dalam sekali teguk.

"Gue haus juga. Lo pikir naik tangga ke atap enggak capek? Dipikir gendong lo enteng?" kata Felix lalu langsung meminum akua itu sampai tinggal sedikit.

Jennifer yang ngeliat Felix hanya ngerasa bersalah yang terus menghantui.

"Fel, udah kali. Anak orang masih syok."

"Salah dia ngapain segala main bunuh diri. Kayak udah siap masuk neraka aja."

"Bacot jomblo."

"NGACA!" teriak Felix lalu berjalan pergi begitu saja. Gondok dia tuh, pundung banget.

Jennifer langsung berlari menyusul Felix yang sudah berjalan terlebih dahulu. Lalu menyamakan jalannya di belakang Felix sambil memegang ujung baju belakang milik Felix. Felix hanya menghela napas sambil diam-diam mengumpat.


"Sana, lo masuk."

Curious Feeling [Renjun ft. Ryujin]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang