Suasana kantin ramai seperti biasanya. Rujin dan teman-temannya duduk bersama teman Felix yang kebetulan Changbin memanggil Rujin tadi saat mencari tempat duduk yang sudah lumayan penuh. Yang di meja itu pun makan dengan kidmat.
"Jina, Lo hari Sabtu free gak?" tanya Hyunjin yang duduk tepat di hadapan Rujin.
Wihuna Yunji Niteo. Kerap di panggil Hyunjin karena singkatan namanya. Brandalnya anak 12 IPS 3. Namun kerap menjadi langganan Peringkat Pararel kelas IPS.
"Kenapa? Mau ngajak gue jalan?" kata Jina sambil tertawa.
Yang lain hanya menyimak dan mendengarkan sambil makan makanan mereka. Anak Sekize sendiri sudah tau jika Hyunjin itu tertarik dengan Jina sejak mereka menginjak kelas 11.
"Pinter banget, Lo. Cepat tanggap hehe" jawab Hyunjin sambil nyeruput minumannya.
"Berani bayar berapa, Lo?" tanya Jina lagi.
Teman-teman Jina tertawa saat mendengar perkataan Jina.
"Anjir. Gile lo! Biasanya juga kagak bayar, Jin." jawab Hyunjin.
"Biasanya? Emang lo pernah keluar sama Jina emang, Jin?" tanya Dhika tidak percaya.
Dhika Wijaya. Dipanggil Dhika biasanya. Barisan kelas 12 IPS 3. Sekelas dengan Hyunjin.
"Ya enggak sih, terakhir pas bareng kalian-kalian kan hehe..." jawab Hyunjin dengan cengiran khasnya.
Jina sendiri sibuk melihat kearah Juna yang tengah makan dengan serius. Bahagianya Jina itu sederhana. Melihat orang
yang di sukai tersenyum tipis meskipun bukan karenanya.Dari pandangannya, Jina melihat Juna terbatuk, tersedak lebih tepatnya. Jina langsung menyambar botol AQUA disampingnya lalu berlari ke meja Juna. Yang satu meja dengan Jina pun kaget. Bahkan Felix yang tadinya masih ikut adu bacot sama Dhika dan Hyunjin langsung mengikuti arah gerak Jina. Dan benar saja, Juna penyebabnya.
"Dahlah Jin, inget kata tukang parkir. Mundur mas mundur aja, dunianya cuma Renjuna Wirangga." kata Bintang sambil menepuk-nepuk bahu Hyunjin. Di tempat Jina, Juna langsung menyambar AKUA pemberian Jina lalu meminumnya sampai tinggal seperempat. Saat tau siapa yang memberinya minum tatapan Juna langsung berubah menjadi dingin.
"Gue ganti Akua, Lo." kata Juna hendak memberikan selembar uang lima puluh ribu-an ke Jina. Tapi di tolak oleh Jina.
"Nggak usah, Jun. Aku ikhlas kok nolongin kamu, seikhlas menyayangimu." jawab Jina sambil tertawa. Anak-anak ADRECOT yang di meja itu pun ikut tertawa.
"SAE AE LO BAMBANK HAHA" tawa Qavero yang tak terkontrol. Juna hanya diam saja. Lalu berdiri dari kursinya dan pergi.
"Eh mau kemana, Jun? Juna! Ini belom habis lho, Jun!" teriak Chandra memanggil namun Juna terus berjalan seakan tidak mendengar teriakan Chandra.
.
.
.
.Sepulang sekolah Jina tengah menunggu Felix namun kata Eza, Felix ada kerja kelompok jadi Jina disuruh untuk bareng Eza aja.
"Gue pesen Grab aja deh, Za. Lo juga mau bimbel kan?" tanya Jina.
"Lo kan juga mau bimbel, Jin. Sekalian aja gapapa." jelas Eza.
"Enggak deh, Za. Buku gue di rumah. Lo nanti malah telat. Arah rumah kita kan beda." jelas Jina lagi. Jina tidak biasanya menolak memang. Jina itu tim gercep kalau masalah tebeng-menebeng.
Lalu Eza melihat arah pandang Jina di tempat parkiran. Juna disana, baru bergegas mau pulang. Yang sedang memakai helmnya.
"Yaudah, Lo bareng pangeran lo aja sana. Gue duluan ya, Jin." jawab Eza dengan paham arah pandang Jina lalu pergi ke parkiran mobil.
Eza memang membawa mobil. Holkay mah bebas. Jina langsung berlari menuju kearah Juna.
"Juna! Aku nebeng ya? Kita kan cuma beda komplek." kata Jina.
Teman-teman Jina kemana? Mereka sudah pulang duluan.
"Nggak." jawab Juna singkat.
"Pelit banget sama calon pacar, Jun. Sekali doang, Jun. Felix masih kerkom." kata Jina memelas.
"Enggak." jawab Juna dengan penolakan lagi.
Juna mulai menyalakan motornya.
"Ayolah, Juna. Sekali aja ya, Jun. Gue ganti uang bensin dehh..." kata Jina dengan aegyo-nya.
Juna menggeleng dan mulai melajukan motornya. Apes banget Jina. Akhirnya Juna berjalan ke halte depan. Menunggu bus yang datang. Jina akhirnya memilih pulang naik bus. Lalu berjalan menuju rumahnya dari gang depan komplek.
Sesampainya dirumah, Jina membuka pintu rumahnya dengan lemas.
"Loh. Kok lo nggak di anter pulang sama Eja?" tanya Felix yang sedang duduk di sofa Ruang Keluarga.
Jina menggeleng.
"Kok bisa? Wah parah nih Eza. Bentar gue telfon dia dulu." kata Felix sambil membuka handphone-nya.
"Nggak usah, emang gue yang nolak. Habis ini bimbel, gue mandi dulu ya." kata Jina menuju kamarnya.
Felix hanya mengangguk. Memang Felix tadi pas masuk jalan utama komplek ketemu Juna yang juga baru pulang. Juna itu tidak dingin kalau sama Felix. Tapi tidak tau kenapa kalau sama Jina pasti dingin.
Jina sudah siap. Lalu turun kebawah menghampiri Felix yang juga sudah mengambil buku dan tasnya di kamar tadi.
"Ayok, Fel." panggil Jina ke Felix yang asik main handphone-nya. Felix berjalan keluar rumah.
Felix memberikan helm kepada Jina ke yang punya. Mereka itu sering naik motor daripada mobil. Alasannya males karena mancet.
Jina memakai helmnya lalu Felix mulai mengendarai motornya menuju tempat bimbel. Sesampainya di parkiran tempat bimbel, mereka bertemu dengan Juna yang juga baru saja datang juga.
Jina buru-buru melepas helmnya lalu menuju ketempat Juna berdiri.
"Juna bimbel disini kok nggak bilang-bilang? Kan aku bisa barengan sama kamu, Jun." kata Jina mengintil di belakang Juna yang mulai berjalan menuju kelas.
Felix sudah berjalan menuju kelas sedari tadi. Felix memang adek, namun perannya seperti kakak. Karena dirinya laki-laki. Felix itu diam-diam mengawasi Jina meskipun tidak terlihat.
Juna dan Jina sudah tiba di kelas. Kelas itu memang ada beberapa anak 12 MIPA 2. Namun ada juga dari kelas lain. Namun, sebagian besar anak dari sekolah mereka.
"Sini, Jin." panggil Lia ke Jina sambil menepuk kursi di sebelahnya.
"Lo barengan sama Juna? Kemajuan." Kata Yuna optimis.
"Iya barengan. Bareng dari parkiran hehe." jawab Jina.
Yuna menghela napas. Terkena tipu tampaknya.
"Kirain dari rumah anjirr." kata Chaca.
"Tai ampas lahh." kata Lia.
Lalu guru bimbel masuk dan memulai materinya. Saat istirahat Jina dan teman-temannya pergi sebentar ke kelas sebelah. Kelasnya Yeji. Mereka lalu pergi ke toko market milik tempat bimbel untuk sekedar membeli roti atau minuman.
"Ji, nanti tolonb fotoin ya materi, Lo. Boleh?" tanya Jina ke Yeji.
Yeji yang semulanya fokus nyari roti langsung menengok ke belakang menatap Jina.
"Lo mau pindah IPS? utbk ambil SOSHUM?" kata Yeji agak keras.
"JINA LO NGAPAIN PINDAH SOSHUM?"
'Mampua gue lupa belum bilang ke mereka.'- batin Jina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curious Feeling [Renjun ft. Ryujin]✔️
Fanfic"Gue janji, gue gak bakal ganggu keseharian lo. Mulai detik ini." -Rujina Ralaka Radeon. "Sekali murahan tetap murahan." -Rejuna Wirangga Gefoza Finish : 12 Okt 2020 Cerita ini pernah di publish pada acc @jjyaxs Dikarenakan author lupa password dan...