23. Explanation

588 61 3
                                    

Jennifer masuk ke dalam kamar inap Juna. Iya, Juna sudah di pindahkan ke ruang inap. Di dalam ada Juna dan Jina yang sedang becanda bersama.

Ceklek

Juna langsung melihat ke arah pintu, begitu juga dengan Jina. Ruangan tiba-tiba menjadi sepi tidak ada yang berbicara dari pihak Juan ataupun Jina, mereka berdua masih tercengang dengan kedatangan Jennifer.

"Mau ngapain lo? Gue udah cukup muak sama tingkah laku lo." ucap Juna dengan nada pedas ciri khasnya.

Jina yang emang sedari tadi sedang berpegangan tangan dengan Juna langsung mengelus lembut tangan Juna dengan arti agar Juna menahan amarahnya, untuk menjadi lebih sabar.

"Maaf, Jun, Jin."

Jina tersenyum hendak menjawab.

"Gue... gue hanya belum terima aja kenapa Sadewa lebih mementingkam lo dibanding gue kadang-kadang. Setelah kepergian Sadewa, gue selalu memikirkan segala cara agar lo bisa merasakan kesakitan yang gue rasain selama ini." jelas Jennifer dengan suara rendahnya.

"Jujur aja, disaat gue menyadari kedatangan Juna, di saat itu juga gue tau kalau lo emang masih mengejar Juna. Dan gue pikir itu kesempatan gue agar lo merasakan sakit hati sama kayak yang gue rasain. Lo selalu mendapatkan apa yang lo mau. Enggak kayak gue, dark mulai yang saudara lo Felix dan lo bisa mendapat kasih sayang saudara, orang tua yang lengkap, temen-temen lo. Gue enggak tau soal Bang Jaehun itu ternyata abang lo. Setelah gue tau, gue semakin marah kalau hidup lo lebih bagus daripada hidup gue."

"Sekali lagi, gue minta maaf, Jin. Kalau lo nggak mau maafin gue. Gue dengan sadar diri dan berlapamh dada menerimanya. Oh iya, Hyunjin nggak ikut soal masalah ini, dia ngikutin gue karna dia mau ngelindungin orang yang dia sayang. Dan untuk Juna, gue minta maaf sebesar-besarnya sama lo." jelas Jennifer panjang lebar seperti rumus persegi panjang.

Juna masih menatap sinis ke arah Jennifer. Dia masih tidak terima orang yang dia sayang di aniaya seperti itu.

Jina beranjak dari tempat duduknya berjala ke arah Jennifer lalu memeluknya dengan erat.

"Gue udah maafin lo kok. Gue juga pasti bakal kayak lo kalau di posisi itu. Tapi, mungkin pola pikir kita beda jadi kemungkinan gue enggak melakukan yang lo lakukan. Dan inget, temen gue bisa jadi temen lo juga kok. Mereka bakal welcome ke lo, Jen. Lo orang baik, cuma pikiran lo masih tertutup dengan amarah. Lo belum ikhlas, Jen. Coba ikhlasin, ya? Gue tau itu berat, gue sendiri juga menyadari itu. Gue nggak pernah menyalahkan lo yang bertindak seperti ini arena sejauh dan selama ini gue memang menganggap diri gue ini pembunuh. Maaf untuk Kak Sadewa, Jennifer. Gue berharap kita bisa memiliki hubungan yang lebih baik." jelas Jina sambil mengelus punggung Jennifer dengan lembut.

Jennifer kembali menangis. Terharu, kenapa Jina masih bisa memaafkannya.

"Nggak papa kok. Lo bisa jadi yang lebih baik. Yang ini di jadiin pelajaran."

Jennifer semakin memeluk Jina erat dan melepaskan pelukan Jina.

"Makasih, Jin. Udah mau maafin gue. Gue ngerasa bersalah banget sama lo."

"Lo emang harus merasa bersalah banget." kata Juna yang tiba-tiba bersuara.

"Jun!!" ucap Jina memeperingati Juna.

"Juna, gue juga minta maaf sama lo." ucap Jennifer dengan tulus.

Juna hanya mengangguk. Juna tetaplah Rejuna.

Tiba-tiba ad yang bersuara.

"Oalah jadi gitu ceritanya. Udahlah, Jen. Kita juga bisa jadi temen lo kok."

"Iya tau, meskipun kita julid ke lo tapi kita paham kok."

"Sini...sini dedek Jennifer sama kakakk."

"Chandra jijik banget."

"Inget Chan inget Somi."

"Om om enggak jelas emang."

"Som, gue saranin putus aja."

"Maaf dan makasih buat kalian semua. Hiks....hiks...." ucap Jennifer yang lalu di peluk oleh Jina dan kawan-kawan.

Lalu mereka berpelukan sambil sedih-sedih ketawa bahagia.

"Udahan kali pelukannya. Gue lihatnya sesak napas." ucap Felix yang baru aja masuk.

"Kalian nggak mau pulang? Gue butuh istirahat." ucap Juna savage dan dengan nada ketusnya.

Mereka yang sedang berpelukan langsung melihat Juna sengit.

"Juna lo nggak asik banget."

"Bilang aja kalau mau berduaan sama Jina kan lo?"

"Juna bucin tolol."

"Itu tau. Gih, pada pulang." ucap Juna santai.

"YANG NAMANYA REJUNA SUMPA YA LO JAHAT BANGET!" Ucap Chandra sok dramatis.

"Belum official enggak boleh berduaan. Banyak setan." ucap Felix menarik Jina ke belakangnya.

"Iya lo pada setannya." jawab Juna lagi sambil menunjuk mereka semua

Ruangan itu langsug dipenuhi dengan tawa renyah mereka semua sampai kena teguran perawat di luar ruangan.

"Yaudah. Jina kamu mau kan jadi pacar aku?"

Satu ruangan yang sebelumnya ketawa langsung terdiam sunyi.

Apa-apaan Mas Rejuna ini kok membuat jantung Mbak Jina langsung terkaget. Suka sekali membuat jantung seseorang bekerja lebih cepat.

Jina langsung mematung seketika, terasa merasakan mimpi tapi begitu nyata.

"Ha? Gimana?" ucap Jina terbata-bata.

"Iya atau iya?" kata Juna lagi.

"Enggak ada pilihan lain kan?" ucap Jina sambil tersenyum dengan berjalan ke arah ranjang Juna dan langsung memeluk Juna. Tentu langsung diterima oleh Juna dengan senang hati.

"Makasih, Jin. Udah sabar suka sama aku. Padahal aku udah jahat juga sama kamu." ucap Juna sambil senyum.

"Iya, untung aja aku nggak beneran sama Hyunjin." balas Jina sambil tersenyum juga.

"Udah woi pelukannya. Ada orang jomblo disini." ucap Yeji.

"Ada yang di gantung disini." ucap Chaca.

"Ada mantannya disini." kata Jennifer sambil tertawa.

"UDAH WOI GUE ENGGAK BETAH NGELIATNYA. SODARA GUE ITU!!" ucap Felix dengan jutek.

"Nggak mau tau gue mau pajak jadian intinya." ucap Xavello dengan nada tinggi melebihi kejutekan Felix.

Juna dan Jina melepaskan pelukannya dengan saling menatap dan kembali tersenyum bahagia. Yang lain hanya ikut tertawa bahagia

RejunaGfz

RejunaGfz

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

9879❤️
💚

RejunaGfz turn off comments.

Curious Feeling [Renjun ft. Ryujin]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang