Tak ada yang bisa mengubah waktu, karena semuanya sudah berlalu, seperti kata pepatah, "Nasi sudah jadi bubur."
.oOo.
Di rumah sakit, tak henti-hentinya ayah Reval mondar-mandir sedari tadi, karena saking khawatirnya dengan keadaan keluarganya Syafira. Namun, sedari tadi Reval hanya duduk saja di kursi tunggu bersama dengan Sang Bunda. Sang Bunda mengerti, bahwa kini Reval tengah menahan phobianya terhadap darah, mangkanya sedari tadi Reval hanya diam saja dan dibantu dengan usapan lembut dari Sang Bunda di punggungnya.
Selang beberapa menit, tiba-tiba seorang pemuda datang menghampiri mereka bertiga dengan wajah yang sangat khawatir.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, afwan sebelumnya, apa benar ini keluarga yang sudah menghubungi saya tadi?" tanya pemuda itu dengan antusiasnya.
"Wa'alaikumsalam, kamu keluarga dari keluarga korban, Nak?" tanya ayahnya Reval, yang bernama Alex. "Iya, Om. Saya adalah anak mereka, bagaimana dengan keadaan ummy, abi dan adik saya, Om?" ujar Pemuda itu, yang sudah meneteskan air matanya. Pemuda yang tak lain adalah abangnya Syafira, anak pertama dari Putri dan Reza, yang bernama Hafidz Putra Syafi'i.
"Ma-maafkan kami, Nak. Mungkin, jika saya tidak ceroboh tadi, abi dan ummymu bisa selamat." ujar Alex dengan penuh penyesalan. Hafidz yang mengerti akan maksud dari perkataan Alex, langsung menegang di tempatnya. Untung saja, tidak jauh dari tempat dia berdiri ada sederet kursi tunggu yang sudah diduduki oleh Reval dan Sang Bunda. Langsung saja Hafidz duduk di sana dan mencoba menahan sesak di dadanya.
"Innalillahi wainna ilaihi raji'un. Apakah ummy dan abi akan secepat ini meninggalkan Hafidz? Yaa Allah, apakah ini memang takdir-Mu untukku?" Dalam diam Hafidz pun menangisi takdirnya sekarang ini. Dia menyesal, seandainya tadi dia mau ikut bersama dengan Sang Ummy dan Sang Abi, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Namun, apalah daya, karena semuanya sudah berlalu dan waktu sudah tidak bisa diputar kembali. Seperti kata pepatah, "Nasi sudah jadi bubur."
Akhirnya, air matanya pun tidak bisa lagi untuk dibendung. Dengan kasarnya Hafidz pun mengusap wajahnya begitu saja. Alex yang melihat hal itupun langsung menghampiri Hafidz dan duduk di samping Hafidz.
"Om minta maaf, Nak. Ini semua karena Om, Om merasa bersalah sekali dengan apa yang terjadi sekarang, seandainya Om-" ujar Alex yang langsung dipotong oleh Hafidz. "Om nggak perlu merasa bersalah seperti ini. Mungkin, memang inilah takdir yang sudah dibuat oleh Yang Maha Pencipta (Allah) untuk saya." ujar Hafidz yang berusaha untuk tetap tegar.
Mendengar hal itu, seketika Alex langsung memeluk tubuh Hafidz. Hafidz yang mendapat pelukan itupun juga langsung membalas pelukan Alex dan mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri.
Selang beberapa detik, Sang Dokter pun keluar dari ruangan UGD. "Keluarga pasien?" tanya dokter itu di depan ruangan UGD. Dengan langsung Hafidz bangkit dari duduknya dan menghampiri Sang Dokter. Sama halnya dengan Hafidz, yang lainya juga langsung bangkit dari duduk mereka dan menghampiri Sang Dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafira || End
Teen Fiction[FiksiRemaja-Spiritual] Kisah seorang gadis yang harus menerima kenyataan bahwa dia buta di tengah kehilangan sosok kedua orang tuanya sendiri. Syafira harus belajar mandiri dengan kehidupan yang akan menyulitkannya ini. Tapi, siapa kira, jika Allah...