Bukan ingin menghilang, tapi hanya ingin menggapai cintamu.
.oOo.
Hanya ada suara dentingan sendok untuk kali ini, yaitu di dalam rumah yang menjadi tempat tinggal kedua insan itu, Syafira dan Hafidz. Tanpa ada pembicaraan sedikitpun mereka menghabiskan sarapan mereka masing-masing dengan lahapnya. Sampai pada akhirnya, Syafira yang telah selesai dengan sarapannya itupun membuka suaranya.
"Hmm ... Bang, nanti habis pulang kampus Ara main ke rumahnya Kayla, ya." ujar Syafira dengan ragu-ragu meminta izin kepada Hafidz. Hafidz yang ditanyai pun hanya mengangguk setuju, tanpa banyak tanya seperti biasanya.
"Loh, kok tumben Abang nggak banyak nanya, kaya biasanya?" sindir Syafira dengan nada dinginnya. "Lah, apa salahnya? Abang banyak nanya salah, trus Abang nggak nanya juga salah. Mau kamu apa sih, Ra?" tanya Hafidz yang benar-benar nggak mengerti dengan jalan pikiran adiknya ini.
"Iihh ... Abang, mah. Ya ... 'kan, biasanya tuh Abang cerewet banget. Banyak nanya, tahu nggak?" ejek Syafira tidak suka. "Hadeh ... serahmu lah, dek." ujar Hafidz, yang seketika itupun langsung meronggoh ponselnya. Kalian tahu, apa yang dilakukan Hafidz dengan ponselnya itu? Ya, dia langsung menchat Reval dan memberitahukan jadwal kapan Reval bisa berkunjung ke rumahnya hari ini.
...
"Bunda!" teriak Reval kegirangan, sambil berlarian menuruni anak tangga dan menghampiri Riska yang tengah berada di dapur. Dan tak lupa dengan tas yang sudah bertengger di pundaknya itu.
"Astaghfirullah, Reval ...." gerutu Riska karena merasa terkejut akan kelakuan anaknya ini.
"Hehehe ... maaf, Bun." ucap Reval memelas. "Iya, eh tapi kamu kok pagi-pagi gini kamu udah rapi?" tanya Sang Bunda penasaran.
"Ya kuliah dong, Bun. Masa Reval sekolahnya cuma tamatan SMA doang, sih? Malulah Bun, sama calon istrinya Reval." ujar Reval yang diakhiri dengan kekehan kecil. "Calon istri, memangnya kamu udah punya calon apa? Umur aja masih segini, tapi pikirannya udah ke calon istri, aja." ejek Riska begitu saja dan melanjutkan aktivitas memasaknya itu.
"Yah ... Bunda mah gitu, anaknya pengen pacaran secara halal, eh malah diejek. Kan nggak masalah atuh Bun, kalau Revalnya nikah di usia dini. Biar nggak ada dosa yang mengalir, kalau mau sentuhan, bahkan lebih aja dapat pahala loh, Bun." terang Reval, yang langsung mendapatkan pukulan dari Sang Bunda.
"Otak kamu, Val." timpal Sang Bunda.
"Ya ... kan benar atuh, Bun."
"Terserah kamulah, yang jelas kalau kamu mau nikah, calonnya kenalin dulu sama Bunda. Biar Bunda bisa menyesuaikan diri dulu sama dia." titah Sang Bunda dengan begitu santainya. Mendengar itu, Reval pun langsung memeluk Sang Bunda dari belakang, lalu mencium pipi Sang Bunda dengan gemesnya.
"Kalau soal itumah, Reval nggak perlu ngenalin dia lagi ke Bunda. Karena Reval yakin, kalau Bunda pasti udah bisa menyesuaikan diri sama dia. Dan lagian, nanti sore Reval mau ngajakin ayah dan Bunda buat mengkhitbah gadis itu." jelas Reval yang tak pernah pudar dari senyuman manisnya.
"Ha? Lo nggak mimpikan, Val? Baru aja lo balik dari asrama, eh malah mau khitbah anak orang. Memang di asrama lo ada ceweknya, apa? Oh, atau jangan-jangan ...." Bukan Riska yang berbicara, namun Reno yang tengah mengendong sosok balitalah yang berbicara. Riska yang mendengar perkataan Reno itupun langsung menatap Reval dengan curiga, sehingga membuat Reval menjadi kesusahan untuk bicara sekarang.
"Kamu normalkan, Val?" khawatir Sang Bunda. Reval yang mendengar kekhawatiran Sang Bunda itupun langsung menepuk jidatnya frustasi. Sedangkan, Reno yang telah membuat Sang Bunda jadi berpikiran seperti itupun hanya tampak seperti orang tidak acuh saja, agar dirinya tidak menjadi pelampiasan Reval setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafira || End
أدب المراهقين[FiksiRemaja-Spiritual] Kisah seorang gadis yang harus menerima kenyataan bahwa dia buta di tengah kehilangan sosok kedua orang tuanya sendiri. Syafira harus belajar mandiri dengan kehidupan yang akan menyulitkannya ini. Tapi, siapa kira, jika Allah...