Masih Bisa

515 33 0
                                    

"Jika tidak bisa dengan mata, maka aku masih memiliki empat indra lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika tidak bisa dengan mata, maka aku masih memiliki empat indra lagi."

.oOo.

"Sudah-sudah, kalian ini. Baiklah, Reval, sekarang kamu duduk di pojok kiri sana, di depan meja Syafira dan Kayla!" suruh guru tersebut menengahi gelak tawa yang tengah menggema di kelas itu.

"Baik, Buk." timpal Reval yang langsung beranjak ke tempat yang ditunjuk oleh guru tadi.

"Baiklah, ananda semuanya mari kita lanjutkan pembelajaran kita tadi." ujar guru itu memberi tahu. Dan akhirnya, proses belajar mengajar di kelas ini pun kembali berlangsung seperti sebelumnya, meskipun banyak dari mereka yang hanya memperhatikan Reval yang tengah fokus mendengarkan penjelasan gurunya di depan kelas. Dan Reval sama sekali tidak mempedulikan mereka semua. Karena Reval memiliki prinsip, jika seseorang sedang berbicara dengannya, maka dia harus mendengarkan orang itu dengan baik.

Waktu berlalu begitu cepat. Bel jam istirahat pun menggema di pelantaran sekolah ini. Para siswa dan siswi pun segera berhamburan dari kelas mereka masing-masing dan menuju kantin sekolah. Dan para guru yang tadi mengajar di kelas mereka masing-masing juga segera beranjak dari kelas itu dan menuju kantor. Suasana yang awalnya hening, akhirnya kembali bising. Apalagi suasana di depan kelas XI.IPA2. Ya, itu adalah kelasnya Reval dan Syafira.

"Eh Val, lo mau ikut kita ke kantin, nggak?" tanya Yoga, teman sebangkunya Reval.

"Pangeranku!!" Baru saja Reval ingin menjawab pertanyaan dari Yoga, namun sudah dihentikan oleh suara siswi-siswi yang ada di luar sana.

"Astaghfirullah, cobaan apalagi ini?" desahnya lagi, sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Berbeda dengan Syafira dan Keisya yang malah merasa bingung dengan apa yang terjadi sekarang.

"Pangeranku! Tuan Putrimu ada di sini." ujar salah satu siswi yang ada di ambang pintu itu. Dia terus saja mendesak untuk masuk, namun salah satu siswi di kelas itu berusaha untuk mencegat mereka semua yang ada di luar kelas XI.IPA2.

"Iiihhh ... lo apa-apaan, sih? Minggir deh, jangan ngalangin gue!" bentak siswi itu, yang tak lain bernama Alya.

"Eh, seharusnya itu, kalian yang minggir dari sini, bukan gue. Bikin rusuh aja kalian!" ujar siswi yang mencegat semua siswi yang ada di luar kelasnya itu, namanya adalah Renata.

"Eh, jangan mentang-mentang lo Wakil Osis, jadi lo bisa semena-menanya aja sama kami, Ren." ujar seorang siswi yang juga berusaha untuk menerobos memasuki kelas itu. Namanya adalah Giska.

"Ya, benar itu!" sorak mereka semua kepada Renata. Renata yang mendengar hal itupun langsung merasa jengah dan tak tahan. Dan akhirnya, Renata pun melepaskan cegatannya dan memilih untuk pergi dari kelas itu, dengan menerobos mereka semua yang tengah memenuhi pelantaran depan kelas XI.IPA2.

"Eitttsss ... kalian mau ke mana?" ujar salah satu siswi yang masih berada di dalam kelas XI.IPA2 itu, namanya tak lain adalah Fina. Para siswi yang tadi awalnya ingin masuk ke dalam kelas itu, seketika menjadi berhenti, karena perkataan dari Fina tersebut.

Syafira || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang