Jangan pernah menjadi senja yang selalu hadir hanya untuk sementara waktu saja.
.oOo.
Waktu pun berlalu begitu cepat. Dan hari ini adalah hari ketiga setelah Syafira melakukan operasi pada matanya. Dan kata dokter sekaranglah saatnya mencoba untuk membuka perban pada mata Syafira dan melihat hasil dari operasi tiga hari yang lalu.
Maka dari itu, seperti kata dokter, bahwa hari ini adalah hari di mana pengecekkan hasil operasinya. Oleh karena itu, sekarang Sang Dokter pun tengah melepaskan perban yang berada di matanya Syafira tersebut, dengan salah satu suster yang telah bersiap dengan keperluan alat untuk membuka perban tersebut. Syafira yang kini tengah duduk di atas brankarnya itu hanya bisa diam sambil berdzikir sebanyak-banyaknya. Jujur saja, Syafira sedikit merasa was-was sekarang. Dia takut, jika operasi ini tidak akan berhasil dan malah membahayakan dirinya sendiri. Dan pada akhirnya, gulungan perban pada matanya itu pun telah terlepas sepenuhnya.
"Baiklah, sekarang coba dibuka secara perlahan-lahan matanya, Dek!" perintah dokter itu dengan begitu ramahnya.
Sebelum membuka matanya, Syafira pun membaca basmalah terlebih dahulu dan begitu juga dengan Hafidz yang sejak tadi berada di samping Sang Adik. "Bismillaahirrahmaanirrahiim ...." Setelah itu, barulah Syafira mulai membuka matanya secara perlahan-lahan.
Mulanya pandangan Syafira terlihat kabur, namun setelah mengerjap-ngerjapkannya beberapa kali, akhirnya pandangan Syafira pun mulai terlihat jelas. Sehingga, membuat senyuman di pipinya langsung mengembang begitu saja. Dan Hafidz yang melihat Sang Adik langsung tersenyum dengan tatapan lurus ke depan pun langsung merasa bingung dan dengan spontan dia pun langsung memegang pundak Sang Adik.
Syafira pun menatap Hafidz sambil tersenyum, membuat Hafidz langsung menitikkan air matanya. "Alhamdulillah Yaa Allah ...." lirihnya begitu senang. Dan langsung saja dia pun menarik Syafira ke dalam pelukannya.
"Selamat Dek, sekarang penglihatannya sudah membaik seperti semula." ucap Sang Dokter tersenyum ramah.
"Terima kasih banyak Dok, karena sudah membantu operasi mata saya." timpal Syafira yang melepaskan dirinya dari pelukan Sang Kakak.
"Iya Dek, sama-sama. Oh iya, nanti malam kalau kondisi Adek baik-baik aja, kemungkinan besar besok pagi Adek udah bisa pulang." jelas dokter itu yang semakin membuat Syafira merasa senang.
"Baik Dok, sekali lagi terima kasih banyak, Dok." ujar Hafidz yang langsung berjabat tangan dengan Sang Dokter.
"Iya Mas, sama-sama. Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu, Assalamu'alaikum ...." pamit dokter itu, yang setelah itu langsung meninggalkan ruang rawat Syafira dan diikuti oleh Sang Suster tadi di belakangnya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh ...."
...
"Reval," panggil Alex kepada Sang Putra yang tengah duduk di atas brankarnya.
"Hmm ... iya, Yah?" Reval pun mengalihkan pandangannya dari ponselnya dan menatap Sang Ayah yang baru saja datang.
"Apa benar, kamu mau balik ke asrama?" tanya Alex setelah berada di depan Sang Putra.
"Hmmm ... iya, Yah. Lagian, sekarangkan gadis itu sudah mendapatkan donor mata, bukan? Dan pasti sekarang gadis itu telah bisa melihat kembali." jelas Reval dengan memaksakan senyumannya.
"Ya, memang. Tapi, apa kamu yakin? Kenapa tidak dilanjutkan untuk sekolah di SMA Sanubari aja? Sayang Val, sekarang kamu sudah kelas XII." timpal Alex menatap putranya dengan sendu.
"Hmmm ... Insya Allah, Reval yakin, Yah. Dan soal alasan, bukankah ayah menyuruh Reval untuk menjaga dan mengawasi gadis itu di saat dia buta, bukan? Dan sekarang dia sudah bisa melihat, Yah. Berarti tugas Reval sudah selesai dan sekarang nggak ada gunanya lagi, kalau Reval tetap berada di sana." jelas Reval lagi.
"Tapi-"
"Nggak Val, kamu nggak boleh pergi dari SMA Sanubari." Ucapan Alex pun langsung terhenti oleh ucapan seseorang yang tak lain adalah Kayla. Kayla pun langsung memasuki ruangan rawat Reval bersama dengan ketiga pemuda di belakangnya, yang tak lain adalah Yoga, Ekal, dan Vino.
"Ka-kalian?" ucap Reval yang langsung tergagap.
"Iya Val, lo nggak boleh ninggalin Syafira kaya gitu, aja. Gue jamin dia pasti tidak akan baik-baik aja setelah kepergian lo nanti." ujar Yoga dengan antusiasnya yang kini telah berada di hadapan Reval.
"Gue jamin perkataan lo itu salah Ga, sebab karena kehadiran guelah dia akan menjadi semakin terluka." ujar Reval sambil menatap Yoga dengan tajam.
"Huhh ... mungkin selama ini lo nggak pernah tahu Val, bahwa Quela adalah orang yang sangat suka membully Syafira." jelas Kayla yang seketika langsung membuat Reval terkejut.
"Lo-lo serius?" tanyanya merasa tidak percaya.
"Iya, Val. Dan bahkan, gue sendiri pernah menyaksikan Quela yang mencaci Syafira dengan begitu pedihnya." Bukan Kayla yang menjawab, namun Vino lah.
Jujur, kini Reval benar-benar merasa bingung. Apakah jalannya untuk kembali ke asrama ini sudah benar? Namun, jika ini benar, apakah Syafira akan menjadi baik-baik saja nantinya?
"Yaa Allah, berikanlah hambamu ini petunjuk-Mu." ucapnya di dalam hati.
"Iya, Val. Lo nggak boleh main ninggalin kita semua seperti ini, apalagi lo ninggalin Syafira yang jelas-jelas sangat membutuhkan kehadiran lo." timpal Vino yang juga ikut membuka suaranya.
"Iya, Val. Gue setuju banget dengan Vino." kata Yoga berharap.
"Gue juga," ucap Ekal yang juga ikut-ikutan.
"Dan sampai lo pergi, maka kami nggak akan pernah menganggap lo ada lagi."
Jleb.
Perkataan Yoga kali ini, benar-benar membuat Reval merasa bingung. Apakah dia harus mengutamakan janjinya atau harus mengutamakan mereka semua, terlebih lagi Sang Pujaan Hatinya saat ini.
"Ma-maaf Ga, gu-gue sudah memiliki janji dengan seseorang dan sekarang gue harus memenuhi janji gue." ujar Reval dengan begitu hati-hatinya.
"Ja-jadi, l-lo akan tetap pergi, Val?" tanya Kayla tidak percaya.
"I-iya Kay, tolong sampaikan maaf gue pada sahabat lo. Karena gue nggak bisa tetap berada di sampingnya dan gue berharap, semoga dia selalu terlindungi dari mara bahaya. Dan gue juga berharap, semoga kalian bisa menggantikan posisi gue untuk terus menjaganya. Sekali lagi gue minta maaf." jelas Reval yang benar-benar membuat keempat remaja itu merasa kecewa dengan keputusan Reval ini.
"Jujur, gue kecewa dengan keputusan lo, Val." timpal Kayla, sebelum akhirnya Kayla pun pergi dari sana dengan air matanya yang mungkin sebentar lagi akan keluar dari pelupuk matanya.
"Gue juga, Val."
"Sama, Val."
"Dan gue juga."
Dan akhirnya ketiga pemuda yang tak lain adalah Yoga, Vino, dan Ekal pun juga ikut keluar dari ruangan itu. Dan menyusul Kayla yang sudah menangis di kursi tunggu depan ruangan rawat Reval.
"Hiksss ... maafin aku Fir, aku belum bisa memenuhi tugasku sebagai sahabat kamu, hiksss ...." ujarnya di sela-sela tangisannya.
"Udah Kay, lo nggak usah nangis lagi dan yang terpenting lo udah berusaha untuk membujuk Reval, walaupun tidak berhasil." ujar Yoga menenangkan Kayla yang benar-benar merasa bersalah.
"Tapi, Ga ...."
"Iya, gue tau perasaan lo sekarang ini bagaimana. Tapi, lo nggak boleh kaya gini. Kalau Syafira berada di sini, dia pasti akan ikut sedih ngeliat lo yang seperti ini sekarang. Dan lebih baik, sekarang lo hapus air mata lo itu dan jangan menangis lagi. Sayang air matanya kalau di buang terus." jelas Yoga lagi.
"Makasih Ga," timpal Kayla yang langsung menghapus air matanya, meskipun diakhiri dengan mengusap kasar wajah cantiknya itu.
"Yaudah, kalau gitu lebih baik kita pulang sekarang, aja. Lagian besok kita udah mulai sekolah, jadi hari ini lebih baik kita persiapkan diri untuk besok saja." jelas Yoga yang langsung dituruti oleh semuanya. Dan pada akhirnya, mereka berempat pun langsung meninggalkan tempat itu dan pergi pulang ke rumah masing-masing.
--TBC--
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafira || End
Teen Fiction[FiksiRemaja-Spiritual] Kisah seorang gadis yang harus menerima kenyataan bahwa dia buta di tengah kehilangan sosok kedua orang tuanya sendiri. Syafira harus belajar mandiri dengan kehidupan yang akan menyulitkannya ini. Tapi, siapa kira, jika Allah...