Pernyataan

284 22 0
                                    

Aku tidak pernah tahu, rasa apa ini. Tapi, aku selalu merasa jika kau adalah takdirku.

_______

~Syafira Putri Syafi'i~

.oOo.


"Baiklah Syafira, semua soal sudah kamu jawab, jadi ujian kamu hari ini telah selesai dan kamu boleh pulang sekarang." jelas guru itu.

"Baik Buk, terima kasih sebelumnya, Buk." ujar Syafira yang tak pernah luput dari senyumannya.

"Iya Nak, sama-sama."

"Yaudah, kalau gitu Syafira duluan ya, Buk. Assalamu'alaikum ...." pamit Syafira sambil mencium punggung tangan guru itu yang dia raba-raba sebelumnya.

"Eh, iya Nak, hati-hati. Wa'alaikumussalam ...."

Setelah itu, Syafira pun langsung keluar dari ruangan guru. Baru saja dua langkah Syafira berjalan keluar dari sana, namun tiba-tiba tangannya sudah di cekal oleh seseorang. Sehingga, membuat Syafira terkejut dan memberhentikan langkahnya. Syafira bisa merasakan kalau ini adalah cekalan seorang cowok, bukan cewek. Karena telapak tangannya yang terasa kasar dan juga cekalan itu terasa sangat kuat dan erat.

"Siapa kamu?" tanya Syafira sambil berusaha melepaskan cekalan tangan itu.

"Ikut gue!!" Bukannya menjawab, namun Reval malah membawa Syafira pergi dari sana.

Syafira sangat kenal dengan suara itu, tapi kenapa Reval tiba-tiba menariknya? Sedangkan, di hari-hari sebelum Reval tidak pernah mengacuhkan kehadiran Syafira. Tapi, apa ini? Kenapa kini dia malah menarik Syafira dengan paksa? Ya, Reval memang menarik Syafira dengan paksa, sebab sejak tadi Syafira sudah berusaha untuk melepaskan cekalan Reval pada pergelangan tangannya. Namun, karena tenaga Reval yang lebih kuat dari tenaganya Syafira, mangkanya cekalan itu tidak bisa terlepas sejak tadi.

"Aku tahu itu kamu, Val. Aku mohon lepasin tangan aku dulu!" pinta Syafira dengan nada lirihnya. Rasa sakit pada pergelangan tangannya pun mulai dirasakan oleh Syafira, namun rasa sakit itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang diberikan Reval pada hatinya. Sehingga, Syafira tidak begitu menghiraukan rasa sakit itu.

"Val aku mohon, lepasin!" pinta Syafira sekali lagi. Namun, masih sama dengan sebelumnya, Reval sama sekali tidak menghiraukan permintaan Syafira. Dan Syafira tidak mau kalah, dia terus saja mencoba untuk melepaskan cekalan itu, sampai pada akhirnya Syafira pun berhasil melepaskan cekalan tersebut, ketika telah sampai di parkiran.

Syafira pun merasa sedikit lega dengan hal itu. Lalu, karena rasa sakit di pergelangan tangannya, Syafira pun memutar-mutarkan pergelangan tangannya ke arah kiri dan kanan, agar rasa sakit itu berkurang. Reval yang baru saja membalikkan badannya dan melihat Syafira yang akan dipukul oleh seseorang, langsung memeluk wanita itu secara tiba-tiba, membuat Syafira spontan terkejut.

Untunglah sebelum orang itu sampai memukuli Syafira, Reval sudah terlebih dahulu menahan balok kayu yang akan mengenai kepala Syafira. Reval pun menatap pria itu dengan tajam.

"Hhhh ... lo tenang aja Bro, ini masih awal dan lo liat aja akhirnya bakalan kaya gimana." ujar Rendra yang menatap Reval dengan meremehkan.

"Banci lo!" ungkap Reval dengan begitu marahnya. Sedangkan Syafira, dia sudah berusaha melepaskan pelukan Reval tersebut, tanpa mempedulikan apa yang sedang terjadi saat ini.

"Serah lo, yang jelas gue nggak pernah suka lihat lo yang bersekolah di sini. Karena cuma gara-gara kehadiran lo, semua cewek jadi berpaling dari gue ke elo. Lo liat aja, gue nggak akan pernah main-main dengan ancaman gue, lu ingat itu!" ujar Rendra sebelum pergi dan melemparkan balok kayu itu kepada Reval. Namun, untunglah Reval bisa langsung menghindari balok itu dari dirinya dan Syafira yang masih berada di dalam pelukannya.

Plakkk!!

Satu tamparan keras pun melayang begitu saja di wajahnya Reval, saat Reval melepaskan pelukannya itu. Reval sudah tahu, bahwa inilah yang akan terjadi pada akhirnya. Namun, apaboleh buat, Reval tidak ingin nyawa Syafira dalam bahaya hanya karena dirinya yang dibenci.

"Maaf ...." lirih Reval.

"Hiksss ... ternyata saya sudah salah menilai kamu selama ini Val, saya pikir kamu itu adalah cowok baik-baik, tapi kenyataannya nggak. Saya kecewa sama kamu Val, saya kecewa, hikss ...." ujar Syafira yang sudah meneteskan air matanya.

"Sya gue mohon, jangan nangis di depan gue!" pinta Reval dengan begitu lirihnya.

"Kenapa? Reval nggak suka? Iya? Tapi, kenapa kamu masih tetap membuat aku sedih, ha? Kenapa?" tanya Syafira yang masih menangis. Reval benar-benar tidak tahu harus menjawab apa, sebab dia pun merasa bingung dengan dirinya sendiri yang tidak pernah tahan melihat tangisan wanita, akan tetapi dialah yang paling sering membuat wanita meneteskan air matanya.

"Jawab, Val! Kenapa?" bentak Syafira. Ini adalah kali pertamanya Syafira berbicara dengan nada tinggi dan membentak. Karena sebelumnya Syafira selalu berbicara lemah-lembut kepada orang-orang.

Reval pun merasa terkejut saat mendengar bentakan itu, membuat dia langsung menatap Syafira tidak percaya, karena selama ini yang Reval tahu adalah, bahwa Syafira adalah sosok gadis yang lemah-lembut dan bahkan dia adalah gadis yang lemah.

"Jawab aku, Val!" pinta Syafira lagi, namun dengan melemahkan nada suaranya yang terasa tercekat.

"Maaf Sya, gue nggak bisa jawab. Sekali lagi gue minta maaf, karena gue udah buat lo menangis, tapi gue mohon jangan pernah nangis di depan gue, karena gue nggak pernah suka lihat air mata menetes dari mata seorang wanita. Gue harap lo bisa ngertiin gue, Sya. Gue tau lo marah sama gue, tapi gue ngelakuin itu dengan alasan gue nggak mau terjadi sesuatu yang nggak diinginkan samo lo. Ya, mungkin gue udah lancang nyentuh lo, gue minta maaf Sya, gue cuma nggak mau terjadi sesuatu sama lo, karena diri gue. Oke lo marah sama gue, gue terima, tapi lo jangan nangis, Sya. Gue mohon!" pinta Reval dengan begitu memohonnya.

Syafira tidak pernah mengira, jika Reval akan bersikap seperti ini padanya sekarang, berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang mana dia sama sekali tidak mengganggap kehadiran Syafira. Syafira pun berhenti menangis, dengan kasarnya gadis itu menghapus air matanya.

"Berikan aku jawaban atas semua kebingunganku selama ini!" pinta Syafira dengan dinginnya.

"Maaf Sya, gue nggak bisa. Dan gue yakin, lo pasti bakalan tau sendiri kenyataan itu nantinya." ujar Reval dengan menundukan wajahnya.

"Kenapa?" tanya Syafira dengan dinginnya.

"Karena ini adalah privasi gue."

"Baiklah, kalau gitu jauhi saya!" pinta Syafira.

Deg.

"Ma-maksud kamu, Sya?" tanya Reval gugup.

"Jangan pernah lagi menganggapku ada seperti hari sebelumnya. Anggap saja aku seperti penganggu dalam hidupmu." Reval pun terkejut mendengar hal itu, dia tidak pernah mengira, jikalau Syafira akan berkata seperti itu padanya.

"Tapi kenapa, Sya?"

"Hatiku sudah terluka, aku sudah kecewa dengan kamu, Val." jawab Syafira yang mana matanya sudah mulai berkaca-kaca.

"Terluka? Hati? Ma-maksud kamu?"

--TBC--

Syafira || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang