Aku hanya ingin melindungimu, tapi kau malah membuatku semakin mengkhawatir.
.oOo.
Hari pun berlalu. Dan hari ini adalah hari terakhir siswa dan siswi SMA Sanubari melaksanakan ujian kenaikan kelas.
Seperti awal pertama ujian, Syafira melaksanakan ujiannya di ruang guru. Dan di sinilah dia sekarang, di ruang guru sambil fokus menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh guru yang bersangkutan. Sampai pada akhirnya, Syafira pun telah menyelesaikan soal terakhirnya.
Atas izin dari guru di hapannya, Syafira pun meninggalkan kantor, setelah mencium punggung tangan guru tersebut. Tongkat yang berperan sebagai alat bantu perabaannya di saat berjalan pun dipukul-pukulkan ke lantai, sehingga memberikan suara pada lantai tersebut. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti, di saat bau farfum seseorang yang sangat dia kenali memasuki indra penciumannya.
"Reval?"
"Ikut gue!" perintah Reval dengan dinginnya.
"Ke mana?" tanya Syafira yang tak kalah dinginnya. Karena pasalnya Syafira sama sekali belum berbaikan dengan Reval, akan tetapi mereka masih sering melakukan komunikasi, meskipun saling menggunakan nada yang sama-sama dingin, maupun datar.
"Jangan banyak tanya," ketus Reval.
"Yaudah, saya nggak mau." putus Syafira dengan santainya.
"Iihhh ... kaya bocah banget lo," ejek Reval, yang langsung menarik pergelangan tangan Syafira. Sehingga, membuat Syafira langsung merasa terkejut.
"Eeh ... lepasin, jangan pegang-pegang tangan saya." ujar Syafira, yang berusaha melepaskan genggaman tangan Reval pada pergelangan tangannya.
"Lo berisik amat sih," gerutu Reval yang langsung menghentikan langkahnya.
"Mangkanya, lepasin tangan saya." bentak Syafira.
"Nggak, kalau gue lepasin, lo pasti bakalan langsung kabur dan nggak mau ikut gue." tolak Reval.
"Iihhhh ... lepasin!!" pinta Syafira dengan berteriak, sambil berusaha melepaskan cekalan pada pergelangan tangannya.
"Nggak," jawab Reval santai dan kembali menarik tangan Syafira menuju suatu tempat, yaitu taman sekolah. Selama di perjalanan menuju taman, Syafira terus saja berusaha melepaskan genggaman tangan Reval, namun usahanya itu hanya sia-sia saja, sebab tenaga Reval yang lebih besar dari pada tenaga dirinya.
Sampai pada akhirnya, mereka pun telah tiba di taman tersebut. Di sana sudah ada Kayla, Yoga, Vino, dan Ekal yang tengah berdiri di hadapan kedua remaja itu. Tak lupa, di tangan Kayla kini ada sebuah kue ulang tahun yang begitu indah, namun tanpa lilin.
"Suprise!!!" teriak mereka berempat kecuali Reval, karena Reval langsung melepaskan genggamannya dan menutup telinganya dengan rapat-rapat. Berbeda dengan Syafira yang malah tersenyum dan bahkan, dia langsung menutup mulutnya tak percaya.
"Barakallahu fii umrik, Fir ...." ucap Kayla sambil memeluk Syafira. Dan kue yang berada di tangannya tadi, dia berikan kepada Yoga terlebih dahulu, yang tengah berdiri di sampingnya.
"Makasih, Kay," timpal Syafira membalas pelukan Kayla.
"HBD Fir," ucap Vino.
"Hehehe makasih Vin,"
"Wihhhh ... dah makin tua aja lo ya, Fir." canda Ekal yang diakhiri dengan kekehan.
"Hahaha ... iya, Kal." timpal Syafira terkekeh.
"Selamat ya Ra, sekarang umur lo udah 17 tahun." ucap Yoga.
"Iya, makasih banyak ya, untuk kejutannya ini." timpal Syafira.
"Nggak Fir, lo harus berterima kasih sama si Reval, soalnya dia yang punya ide ini, bukan kami." ungkap Yoga. Mendengar perkataan Yoga, seketika membuat Syafira memasang wajah dinginnya.
"Yaudah, sama aja, walaupun aku terima kasihnya sama kalian." timpal Syafira dengan datarnya. Begitu juga dengan Reval yang menatap Syafira dengan dingin.
"Apa susahnya, bilang makasih doang ke gue?" ujar Reval membatin. Dan tentu saja, perkataan batin itu bisa di dengar oleh Syafira.
"Suka-suka hati saya, lah." ujar Syafira membatin, namun itu tidak bisa di dengar oleh Reval.
"Oh iya Fir, ini kami ada kue brownis ulang tahun buat kamu," ujar Kayla sambil memberikan kue itu kepada Syafira.
"Wah, makasih ya." ujar Syafira menerima kue itu dengan senyuman manisnya.
"Masya Allah ... Ga, senyumannya manis benar." ungkap Ekal berbisik kepada Yoga.
Plakk!
Satu jitakan pun berhasil mendarat di kepala pria itu dan pelakunya adalah Reval.
"Eh, sakit bangsul, lo ngapain sih main jitak-jitak anak orang, aja?" gerutu Ekal sambil mengusap-usap kepalanya.
"Taulah," ujar Reval yang langsung pergi dari sana dan meninggalkan kelima siswa dan siswi itu.
"Eeehh ... tu bocah mau ke mana, kok main pergi-pergi gitu aja?" tanya Vino dengan bingung.
"Kejar, yuk!" ujar Ekal merasa tidak enak.
"Yaudah, ayo!" setuju Vino dan Yoga. Dan setelah itu mereka bertiga pun langsung meninggalkan kedua gadis itu di situ, berdua saja.
Tanpa mereka sadari, bahwa ada seseorang yang tengah tersenyum sumringah di balik pohon besar yang ada di sana.
"Hahaha ... sekaranglah waktunya Val, gue tahu lo itu sebenarnya suka sama cewek alim itu, bukan?" lirih siswa itu, yang tak lain adalah Rendra. Rendra yang memakai sweeter bertopi pun langsung memakai topi sweeternya, lalu mengeluarkan pisau yang ada di dalam saku celananya.
Rendra pun mulai mendekati kedua gadis itu, yang tak lain adalah Syafira dan Kayla, yang berniat ingin meninggalkan taman itu. Rendra pun berjalan di belakang kedua gadis itu dan ...
Deg.
Syafira pun berhenti dari langkahnya tadi, membuat Kayla merasa bingung. Berbeda dengan Rendra yang langsung melewati mereka berdua dengan pisau yang sudah di lumur darah di tangannya, dan langsung dia sembunyikan di dalam jaketnya.
"Kenapa Fir?" tanya Kayla bingung.
Syafira pun meraba pinggangnya yang sudah terasa basah. Dan di saat tangannya merasakan sebuah cairan kental, Syafira pun langsung terkejut, dan tubuhnya pun mulai terasa melemas, sehingga membuat Syafira langsung terjatuh di tanah.
"Syafira!" teriak Kayla terkejut ketika mendapati Syafira yang tak sadarkan diri secara tiba-tiba. Kayla pun mencoba membangunkan Syafira, namun sayangnya Syafira tidak membuka matanya. Sampai pada akhirnya, pandangan Kayla jatuh pada tangan Syafira yang berdarah. Seketika, Kayla pun dibuat menjadi semakin khawatir akan keadaan Syafira. Kayla tak tahu, kenapa Syafira bisa berdarah seperti ini.
Kayla menatap sekelilingnya, mencari orang-orang yang mungkin bisa membantunya, namun sayangnya Kayla sama sekali tidak melihat seorang pun di sana. Dan terlintaslah nama seseorang dipikiran Kayla, langsung saja Kayla mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.
"Ga, lo masih di dekat sinikan?" tanya Kayla tanpa membaca salam terlebih dahulu.
"Wa'alaikumussalam, iya kenapa Dedek Emes, tumben nggak baca salam dulu, dan tumbenan nelfon, padahal tadi baru aja ketemu?" ujar Yoga terkekeh di akhir perkataannya.
"Gue serius Ga, gue minta lo cepatan ke sini, di mana pun lo berada sekarang, gue tunggu lo, cepatan!!!" suruh Kayla begitu khawatir, dan langsung saja dia memutuskan sambungan telepon tanpa membaca salam.
Kayla pun terus mencoba membangunkan Syafira dengan mengusap-usap telapak tangan Syafira, namun sayangnya Syafira tak kunjung juga membuka matanya, melainkan Syafira masih saja belum sadarkan diri. Kayla benar-benar merasa khawatir dengan Syafira sekarang ini, dia tak tahu harus berbuat apalagi.
"Yaa Allah hamba mohon, berikan hamba petunjuk-Mu Yaa Allah ...."
--TBC--
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafira || End
Teen Fiction[FiksiRemaja-Spiritual] Kisah seorang gadis yang harus menerima kenyataan bahwa dia buta di tengah kehilangan sosok kedua orang tuanya sendiri. Syafira harus belajar mandiri dengan kehidupan yang akan menyulitkannya ini. Tapi, siapa kira, jika Allah...