Karena Doamu

258 23 0
                                    

Tak pernah terbayangkan, bahwa hadirmu akan membuatku selalu merasa rindu.

.oOo.

Hari telah berlalu, dan kini tibalah waktunya Syafira akan pergi ke Bandung. Dengan wajah yang terlihat begitu sendu Syafira pun mendudukan dirinya di kursi roda dengan bantuan dari Sang Kakak dan seorang suster. Hanya ada perasaan tidak enak dan tidak rela di dalam hatinya, ketika dia harus pergi tanpa bertemu dengan Reval terlebih dahulu.

"Reval, aku pamit, maaf jika aku harus pergi tanpa bertemu dengan kamu dulu." ujar Syafira di dalam hatinya.

Tidak lama kemudian, pintu ruangan rawat Syafira pun terbuka, menampilkan Alex dan Riska yang tengah berada di ambang pintu. Riska pun langsung menghampiri Syafira dan memeluk Syafira dengan penuh kehangatan.

"Selamat ya Sayang, akhirnya hari ini kamu akan melakukan operasi mata juga." ujar Riska setelah melepaskan pelukannya.

"Makasih, Bunda." timpal Syafira yang kini telah menampilkan senyumannya.

"Iya Nak, jaga dirimu baik-baik di sana, ya." ujar Riska yang kembali memeluk Syafira dengan begitu hangatnya.

"Iya Bunda, Bunda juga, ya."

"Iya Sayang,"

"Yaudah Tante, Om, Hafidz dan Syafira berangkat dulu, ya. Assalamu'alaikum ...." pamit Hafidz yang sudah bersiap akan mendorong kursi roda Syafira.

"Iya, Nak Hafidz, hati-hati ya, jaga Syafira baik-baik di sana ya, Wa'alaikumussalam." ujar Alex sambil tersenyum.

"Iya Om, Insya Allah."

"Yaudah Bunda, Ayah, Syafira pamit, Assalamu'alaikum ...." pamit Syafira sambil mencoba untuk mencium punggung tangan Riska dan Alex.

"Wa'alaikumussalam ...." timpal mereka berdua sambil menyodorkan tangan mereka kepada Syafira.

Lalu, setelah itu, Hafidz pun langsung mendorong kursi roda Syafira meninggalkan ruangan itu dan diikuti oleh suster, yang tadi sempat membantu Syafira untuk duduk di kursi roda, dengan membawa tas yang berisikan pakaian Syafira di dalamnya. Dan ya, setelah meninggalkan ruangan itu, Syafira kembali terlihat murung.

"Adek nggak usah sedih ya, 'kan setelah operasi kita akan kembali ke sini, lagi." ujar Hafidz menenangkan Sang Adik. Syafira yang mendengar itupun langsung menampilkan lengkungan manis pada bibirnya.

"Iya Bang," balas Syafira sambil tersenyum. Dan Hafidz pun terus saja mendorong kursi roda Syafira, sampai pada akhirnya mereka pun tiba di parkiran rumah sakit, di mana mobilnya tengah terparkir sekarang ini.

Hafidz pun langsung memberhentikan aktivitasnya mendorong kursi roda Sang Adik, lalu menggendong Syafira dan membawa Syafira masuk ke dalam mobilnya. Bukan tanpa sebab Hafidz berlaku seperti ini pada Syafira, Hafidz hanya ingin adiknya baik-baik saja, walaupun ini terlihat begitu berlebihan, mungkin.

Setelah membawa Sang Adik masuk ke dalam mobilnya, Hafidz pun langsung mengambil alih tas yang berada di genggaman suster tadi.

"Terima kasih, Sus." ujarnya sambil mengambil alih tas itu.

"Iya Tuan, sama-sama." timpal suster itu dengan sopannya, lalu berlalu dari sana, setelah dia pun berpamitan kepada Hafidz.

Hafidz pun langsung memasukkan tas yang berisi pakaian Sang Adik ke dalam bagasi mobilnya. Dan setelah itu, barulah dia juga ikut masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya, meninggalkan kawasan rumah sakit itu.

Selama perjalanan, tak ada sedikit pun perbincangan yang tercipta antara kakak beradik itu. Hafidz yang sibuk dengan kemudinya dan Syafira yang sibuk dengan pikirannya.

Syafira || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang