Ancaman

285 21 0
                                    

Selain perasaan takut aku juga mengagumimu, calon bidadariku.
_______


~Reval Setia Darma~

.oOo.

Hari-hari kembali berlalu. Semuanya berubah seiring berjalannya waktu, sampai pada akhirnya, tibalah waktu ujian kenaikan kelas bagi seluruh siswa dan siswi SMA Sanubari. Jangan pernah bertanya, bagaimana hubungan Syafira dengan Reval, sebab itu akan sangat menyakitkan bagi Syafira.

Sudah satu bulan Reval begitu menghindari kedatangan Syafira. Terlebih-lebih lagi setelah kejadian waktu itu. Reval mengundurkan dirinya untuk ikut bergabung dalam tim Syafira. Dan hal ini terus saja membuat Syafira bingung, sehingga Syafira selalu bertanya hal yang sama kepada Reval, mengenai alasan mengapa dia mengundurkan diri untuk bergabung. Namun, Reval sama sekali tidak pernah mau memberikan alasannya kepada Syafira. Melainkan, setiap Syafira menghampirinya, Reval pasti akan selalu menjauhinya tanpa alasan.

Di hari pertama ujian ini, Syafira tidak bisa ikut ujian di dalam kelas, sama seperti teman-temannya. Melainkan, dia hanya bisa mengikuti ujian di ruang guru. Sebab, penglihatan Syafira yang akan membuat Syafira tidak bisa mengikuti ujian nantinya. Mangkanya, Syafira ujian di ruang guru, agar salah satu guru bisa membantu Syafira untuk membacakan soal ujian kepada Syafira.

Senyuman yang manis tak pernah luntur dari wajahnya itu. Meskipun rasa gugup menghampirinya. Membuat orang-orang banyak mengatainya. Namun, Syafira sama sekali tidak mempedulikan semua perkataan orang-orang itu. Syafira pun terus berjalan melewati semua orang yang menatapnya dengan aneh, sampai pada akhirnya, Syafira tiba di ruangan guru.

Dengan membaca bismillah, lalu salam, Syafira pun melangkah secara perlahan-lahan, sampai pada saat seorang guru menegur dirinya.

"Wa'alaikumussalam, eh Nak Syafira sudah datang?" ujar guru itu menghampiri Syafira.

"Eh Ibuk, iya Buk, Syafira takut telat nantinya." timpal Syafira dengan menampilkan senyuman manisnya. Meskipun matanya buta, namun hal itu tidak menjadi pengurangan untuk kecantikan dan keanggunan yang dimiliki oleh gadis ini.

"Yaudah, kamu duduk dulu ya, nanti setelah bel berbunyi baru kita mulai ujiannya." ujar guru itu sambil menuntun Syafira ke arah kursi tamu kantor.

"Iya Buk, terima kasih."

...

Di lain sisi. Mobil mewah yang penuh karisma itupun memasuki pelantaran sekolah. Membuat para siswi menjerit histeris seperti biasanya. Dengan tas yang disampirkan di pundak, kaca mata yang bertengger di hidung, dan tidak lupa dengan topi yang dia kenakan di atas kelapanya, membuat penampilannya kali ini begitu mempesona.

"Val!!" teriak Vino yang tengah duduk di pos satpam.

Reval pun menatap ketiga sahabatnya itu dari balik kaca mata hitamnya. Lalu, mengangkat tangannya ke udara, sebagai pertanda respon dari panggilan tersebut. Reval pun mulai melangkahkan kakinya menuju ketiga pemuda itu. Namun, tidak lama kemudian langkah Reval terhenti, tatkala mendengar suara wanita yang selama ini telah mengusik hidupnya. Dia tak lain adalah Quela.

Quela berlari menghampiri Reval sambil membawa sebuah cokelat di tangannya. Dia sama sekali tidak mempedulikan semua perkataan dari orang-orang yang melihatnya, sebab yang paling utama bagi Quela selama ini adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan hati pemuda itu. Bukan karena perasaan cinta, namun karena ingin membuktikan kepada Rendra bahwa Reval memanglah miliknya.

Tanpa mempedulikan gadis itu berlari ke arahnya, Reval pun melanjutkan langkahnya menuju sahabatnya. Orang-orang yang melihat itupun merasa sedikit bahagia, sebab selama ini mereka memang tidak menyukai Quela yang bersama dengan Reval.

"Val, tunggu dulu, gue mau kasih lo sesuatu." ujar gadis itu yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Reval. Dengan ngos-ngosan Quela pun terus mencoba mensejajarkan langkahnya dengan langkah Reval yang besar.

"Iiihhh ... Val, berhenti dulu kenapa? Gue capek, nih." keluh Quela.

"Yang nyuruh lo ngikutin gue, siapa?" tanya balik Reval yang menghentikan langkahnya sejenak.

"Nah, gitu dong." ujar Quela yang merasa lega saat Reval sudah menghentikan langkahnya.

"Lo mau apa, ha? Nggak jelas apa yang udah gue bilangin kemarin?" tanya Reval dengan dinginnya.

"Iiihhh ... sehari aja lo nggak dingin sama gue, napa?" ujar Quela tak suka.

"Omongan lo nggak bermutu banget, buang-buang waktu aja lo, minggir!" bentak Reval yang langsung mendorong tubuh Quela, sehingga membuat gadis itu terjatuh.

"Reval!!!" teriak Quela tak suka, namun Reval sama sekali tidak mempedulikannya.

Bughhh!

Satu pukulan pun melayang begitu saja pada wajah Reval, membuat semua orang langsung menjerit terkejut. Begitu juga dengan Reval yang menjadi korban dari pukulan tersebut. Yoga, Vino, dan Ekal yang juga menyaksikan hal itupun langsung berlari ke arah sahabatnya itu.

Reval pun memegang sudut bibirnya yang sedikit berdarah. Dengan sedikit meringis, pemuda itupun melirik orang yang telah lancang memukulnya secara tiba-tiba. Rendra, ya dialah pelakunya. Dengan mata dan telinga yang memerah, Rendra menatap Reval dengan penuh amarah.

"Apa maksud lo mukul gue, ha?" tanya Reval dengan membentak.

"Bukan lo yang seharusnya bertanya, tapi gue. Apa maksud lo ngasarin Quela, ha?" tanya Rendra balik yang tidak kalah membentak.

"Ck, oh ... jadi gara-gara cewek genit itu, lo mukul gue sembarangan, iya?" ujar Reval tersenyum meremehkan.

"Sekali lagi lo berani-berani manggil dia kaya gitu, habis lo sama gue. Lo liatin aja, gue nggak akan pernah membiarkan hidup lo menjadi tenang di sini. Gue pasti akan selalu gangguin orang yang mendekati lo, termasuk gadis itu." ancam Rendra.

"B*ngs*t lo," ujar Yoga yang baru saja sampai di sana. Dengan gerakan yang cepat Yoga pun melayangkan tangannya ke arah Rendra. Namun, sebelum tangan itu mengenai wajah Rendra, Reval sudah terlebih dahulu menahan tangan Yoga. Membuat Yoga merasa heran dengan Reval.

"Maaf Ga, ini urusan gue, biar gue aja yang urus." ujar Reval lembut sambil menurunkan tangan Yoga secara perlahan-lahan. Lalu, setelah itu, Reval pun kembali menatap Rendra dengan tajam.

"Ck, lo ngancam gue?" tanya Reval meremehkan.

"Iya, dan itu gue pastiin bakalan terjadi sepulang sekolah nanti, lo liat aja nanti." timpal Rendra tersenyum angkuh dan setelah itu, dia pun pergi meninggalkan Reval yang tengah memendam amarahnya.

Reval pun membalikkan badannya, dan menatap Quela yang tengah tersenyum sungging ke arahnya, dengan tajam. Dengan perasaan yang berkecamuk dan kesal, Reval pun pergi dari sana menuju kelasnya, tanpa menghiraukan ketiga para sahabatnya.

"Val, lo jangan kebawa emosi!" peringat Ekal yang mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Reval.

"Iya Val, lo harus tenangin diri lo, apalagi kita akan ujian, gue takutnya lo nggak bisa jawab soal ujian nantinya." timpal Yoga yang juga mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Yoga.

"Val, jangan kencang-kencang jalannya, gue lelah, nih." ungkap Vino yang menampilkan wajah lelahnya.

"Diam lo!!" bentak Ekal dan Yoga serentak sambil menatap Vino dengan tajam. Vino yang dibentak pun hanya bisa menggerutu sendiri.

"Padahalkan, gue cuma mau mencairkan suasana, tapi malah gue yang dibentak, ck." gerutunya, namun masih tetap bisa didengar oleh ketiga orang yang berada di depannya itu.

--TBC--

Syafira || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang