Kadang harapan tak selalu terjadi dan yang terpenting adalah usahanya terlebih dahuku.
.oOo.
Hari pun kembali berlalu. Lama keberadaan Syafira di kota asalnya sudah seminggu dengan hari ini. Dan semenjak seminggu inilah dia belum juga masuk sekolah, padahal sudah seminggu para murid SMA Sanubari kembali masuk sekolah dengan tahun ajaran baru.
Namun, hal itu tidak berlaku pada Syafira di hari ini. Sebab, sekarang gadis yang cantik itu telah siap dan terlihat rapi dengan seragam sekolahnya yang terlihat sopan dan sedikit Syar'i. Di hadapan cermin itu, Syafira pun menerbitkan senyumannya. Dia benar-benar merasa bahagia sekali hari ini. Ntah, apa yang membuat dirinya bisa terlihat begitu bahagianya sekarang. Dan sampai pada akhirnya, Hafidz pun masuk ke dalam kamarnya.
"Eh, kamu jadi sekolah, Dek?" tanya Hafidz yang terkejut melihat Sang Adik yang sudah terlihat begitu rapi.
"Wa'alaikumussalam ...." ujar Syafira sambil memasang wajah malasnya menatap Sang Kakak. Melihat ini, seketika langsung membuat Hafidz terkekeh geli. Jujur, sudah lama Hafidz tidak melihat ekspresi Sang Adik yang seperti sekarang ini.
"Hehehe iya, maaf. Assalamu'alaikum Ara," ujar Hafidz yang spontan mengusap-usap lembut kepala Sang Adik. Syafira yang diperlakukan seperti ini pun langsung tersenyum manis.
"Wa'alaikumussalam Abang ... nah, gitu dong, 'kan sopan. Hehehe ...." ujar Syafira yang diakhiri dengan kekehan kecil darinya. Hafidz pun tersenyum melihat Sang Adik yang sudah seperti Syafira yang dulu. Seakan-akan sekarang dia merasa, bahwa kejadian empat bulan yang lalu itu tidak pernah terjadi sama sekali. Hafidz berharap, semoga Syafira akan terus seperti ini lagi, tanpa ada tatapan sendu sedikit pun.
"Adek, Abang merindukan kamu yang selalu seperti ini. Abang berharap semoga kamu terus tetap seperti ini dan nggak pernah terlihat sedih lagi." ujar Hafidz di dalam hatinya. Dan ya, seperti biasanya Syafira pun mendengar perkataan Hafidz tersebut dengan sangat baik sekali. Dan lagi-lagi, senyuman yang manis itupun kembali terbit dari bibir ranumnya tersebut.
"Insya Allah, Bang. Semoga, apa yang Ara harapkan hari ini bisa terwujud dan semoga harapan Syafira dan Abang tidak akan menghasilkan kekecewaan nantinya, aamiin ...." balasnya di dalam hati, yang tak pernah berhenti tersenyum kepada Sang Kakak.
"Hei," ujar Hafidz mengejutkan Syafira yang termenung saja menatapnya. Mendapatkan jelentikan tangan di depan wajahnya, seketika membuat Syafira langsung tersadar dari lamunannya. Seolah-olah, dirinya baru saja terkena hipnotis seseorang. Namun, kenyataannya bukanlah seperti itu.
"Yaudah, gimana mau berangkat sekarang atau nggak jadi sekolahnya?" tanya Hafidz yang langsung membuat Syafira menampilkan ekspresi menggemaskannya.
"Iiihhh ... Abang!!" rengeknya dengan manja.
Melihat tingkah Sang Adik yang benar-benar menggemaskan ini, seketika langsung membuat Hafidz menarik pipi Sang Adik yang terlihat begitu cubynya. "Iihhhh ... gemesin banget sih, Dek." ujarnya yang masih menarik pipi Sang Adik.
Plak!
"Awww ... sakit atuh, Dek." ujar Hafidz yang langsung mengusap-usap punggung tangannya yang barusan saja terkena pukul oleh Syafira. Syafira yang disalahkan pun hanya menatap Sang Kakak dengan datar.
"Siapa suruh Abang tarik-tarik pipi, Ara? Sakit tau," ujar Syafira dengan kesal dan langsung meninggalkan Sang Kakak sendirian di dalam kamarnya. Namun, sebelum itu, Syafira menyambar tasnya yang ada di kursi belajarnya dulu dan setelah itu barulah dia keluar dari kamar itu.
"Yah, ngambek lagi." ujar Hafidz yang menghembuskan nafasnya dengan kasar.
...
"Adek, udah dong jangan ngambekan kaya gini lagi." bujuk Hafidz yang sejak tadi sudah bersusah payah membujuk Sang Adik. Namun, sayangnya dia adalah Syafira. Dan Syafira tidak akan pernah membiarkan Hafidz dimaafkan dengan begitu mudahnya.
"Dek, yoklah jangan marah kaya gini sama Abang." bujuk Hafidz lagi yang terus fokus menyetir. Namun, sesekali pandangannya mengarah kepada Sang Adik yang terlihat begitu marahnya.
Jujur saja, sebenarnya Syafira tidak benar-benar marah kepada Hafidz. Namun, Syafira benar-benar merasa rindu untuk mengerjai Sang Kakak hari ini. "Maaf kak, hari ini Ara ingin buat kakak kesal dulu, hehehe ...." ujarnya di dalam hati dan terus saja mendiamkan semua perkataan Sang Kakak yang terus saja membujuknya.
Dan sampai pada akhirnya, mobil Hafidz pun telah sampai di depan pintu gerbang SMA Sanubari. Namun, Syafira masih saja tidak mempedulikan Sang Kakak yang terus saja membujuknya.
"Syafira sekolah dulu, Assalamu'alaikum ...." pamitnya yang langsung menyambar punggung tangan Sang Kakak dan menciumnya dengan cepat. Lalu, Syafira pun langsung keluar dari mobil Sang Kakak, tanpa mempedulikan panggilan dari Sang Kakak yang ada di dalam mobil tadi.
Syafira pun terus berjalan memasuki wilayah kelas itu dan menuju lantai dua di mana kelas XII berada. Dan oh iya, soal kelas Syafira sekarang, tadi malam dia sudah diberitahu oleh Kayla, bahwa Syafira kembali satu kelas dengan dirinya dan mereka berdua ditempatkan di kelas XII.IPA1.
Dengan senyuman yang tidak pernah luntur sedikit pun, Syafira terus berjalan menaiki anak tangga itu menuju lantai dua. Sampai-sampai Syafira tidak menyadari ada Quela yang tengah berada di hadapannya dan menghadang jalan Syafira.
"Syafira!" Hampir saja Syafira akan menabrak Quela, jika saja Kayla tidak langsung mengagetkan Syafira dari belakang. Syafira pun langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menghadap Kayla yang tengah menuju dirinya, tanpa menyadari keberadaan Quela di hapannya atau lebih tepatnya di belakangnya sekarang ini.
"Alhamdulillah, akhirnya kamu kembali lagi, Fir." ujar Kayla, ketika telah berada di hadapan Syafira. Syafira pun kembali mengembangkan senyumannya menatap sahabatnya itu.
"Ternyata, selama empat bulan ini, Kayla sama sekali tidak berubah," pikirnya di dalam hati.
"Iya Kay, Alhamdulillah ...." timpalnya.
"Ck, penganggu aja, lo." decih Quela dengan menghentakan kakinya kepada anak tangga dan setelah itu, dia pun langsung pergi, dengan sangat kesalnya kepada kedua gadis itu. Syafira yang baru saja menyadari kehadiran Quela di depannya, seketika langsung merasa bingung. Sedangkan, Kayla yang memang sudah tahu apa yang akan terjadi sebelumnya, sekarang pun hanya bisa terkekeh kecil menatap kekesalan pada diri Quela tersebut.
"Itu Quela, bukan?" tanya Syafira yang sedikit merasa lupa dengan wajah-wajah siswa dan siswi SMA Sanubari.
"Iya, dia Quela, Fir. Yaudah, kalau gitu kita langsung masuk kelas aja, yuk! Soalnya sebentar lagi bel mau berbunyi." ajak Kayla yang tak lupa dengan senyuman ramahnya.
"Yaudah, ayo!" setuju Syafira. Dan akhirnya kedua remaja cewek itupun langsung melanjutkan langkah mereka untuk menaiki anak tangga. Dan setelah mereka tiba di depan kelas XII.IPA1, langsung saja mereka berdua itu memasuki kelas yang sudah terlihat sedikit ramai dan hanya ada beberapa kursi dan meja kosong di kelas ini sekarang.
"Assalamu'alaikum ...." lirih Kayla dan Syafira memasuki kelas. Spontan, semua mata pun langsung tertuju kepada Syafira, sehingga membuat Syafira merasa malu sendiri.
Kringggg ... kringgg ...!!
Karena mendengar bel berbunyi, Kayla dan Syafira pun langsung bergegas menuju tempat duduk mereka yang mana mereka masih satu meja, namun beda kursi, tanpa mempedulikan tatapan semua orang yang tertuju pada dirinya.
--TBC--
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafira || End
Ficção Adolescente[FiksiRemaja-Spiritual] Kisah seorang gadis yang harus menerima kenyataan bahwa dia buta di tengah kehilangan sosok kedua orang tuanya sendiri. Syafira harus belajar mandiri dengan kehidupan yang akan menyulitkannya ini. Tapi, siapa kira, jika Allah...