Membenci itu tak semudah mencintai. Karena cinta akan selalu mampu mengalahkan benci dengan berbagai cara.
.oOo.
"Hatiku sudah terluka, aku sudah kecewa dengan kamu, Val." jawab Syafira, yang mana matanya sudah mulai berkaca-kaca lagi.
"Terluka? Hati? Ma-maksud kamu?" Reval semakin menjadi bingung sekarang.
"Ya, dulu aku pernah membencimu, karena gara-gara keluargamulah aku seperti ini. Namun, seiring berjalannya waktu, perasaan benci itu berubah menjadi sebuah rasa yang tidak pernah aku mengerti. Dan pada hari itu, kau membuatku menjadi kembali terluka dengan sikapmu. Dan sampai pada hari ini ...."
"Aku sangat membencimu, Reval Setia Darma!!" teriak Syafira yang kembali mengeluarkan air matanya.
Deg.
Seolah-olah waktu terasa berhenti, tatkala kata-kata itu keluar. Angin yang awalnya tenang, malah berhembus kencang, membuat suasana di pelantaran parkiran ini menjadi mencengkramkan. Orang-orang yang tengah berlalu lalang di sana langsung berhenti dan menyaksikan semua yang tengah terjadi di sana.
"Ka-kamu ...." lirih Reval tak percaya.
"Sudah, itu semua sudah tidak penting, semoga kamu bisa pergi dan melupakan kehadiranku untuk selama-lamanya, Val. Terima kasih sudah hadir, walaupun hanya sebentar dan memberikan luka. Assalamu'alaikum ...." ujar Syafira yang pada akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana.
"Tunggu Sya!" suruh Reval yang membuat langkah Syafira berhenti. Reval pun menghampiri Syafira dan berdiri di hadapan Syafira.
"Maaf Sya, gue nggak akan pernah bisa pergi dari hidup lo. Apalagi melupakan lo, sebab gue memiliki tugas untuk selalu menjaga lo, sampai pada waktunya." ujar Reval yang menatap Syafira dengan sendu.
"Tidak, saya tidak membutuhkan seseorang untuk menjaga saya, karena saya bisa menjaga diri saya sendiri." ujar Syafira dengan dinginnya.
"Terserah lo, tapi sampai kapanpun gue akan selalu berada di samping lo, Syafira Putri Syafi'i." ujar Reval dengan menekankan nada suaranya pada saat menyebut nama Syafira.
"Saya tidak peduli," ujar Syafira, yang seketika langsung pergi meninggalkan Reval dan semua orang yang tengah menatapnya bingung.
"Sya, gue tau gue salah. Dan gue pasti akan memperbaiki semuanya lagi, agar lo nggak membenci gue lagi." Mungkin, karena belum terlalu jauh dari Reval, Syafira pun bisa mendengar suara hati Reval itu.
"Aku akan lihat, sampai kapan kau akan berada di sampingku." ujar Syafira membatin.
Setelah itu, Syafira pun berjalan menuju halte sekolah. Di sana dia hanya seorang diri, sebab sama sekali tidak ada orang di sini, selain orang-orang berkendaraan yang tengah berlalu lalang di sini. Syafira tidak tahu, kenapa kakaknya belum juga menjemput. Padahal, ini sudah lewat dari jam Syafira minta jemput.
Drtttt ...
Ponsel yang tengah ada di dalam saku roknya pun bergetar. Syafira yang merasakan getaran itu langsung meronggoh ponselnya dengan meraba-raba. Kalian pasti bertanya-tanya bagaimana bisa Syafira akan mengangkat telepon itu. Ya, jawabannya sangat simpel sekali, itu adalah karunia Allah dan itu adalah rahmat bagi Syafira. Meski matanya kehilangan penglihatan, namun daya ingat di mana posisi panel angkat telepon itu tak pernah hilang dari pikiran Syafira.
"Assalamu'alaikum, Dek."
"Wa'alaikumussalam, Abang ada di mana? Kenapa belum jemput Ara?" tanya Syafira langsung.
"Maaf Dek, mungkin Abang agak telat jemput kamu hari ini. Tapi, kalau Adek mau, Adek bisa bareng dengan teman Adek, aja."
"Nggak usah Bang, nanti Adek barengan sama Abang, aja. Adek bakalan nungguin Abang di sini." tutur Syafira.
"Tapi Dek, sekarang sekolah kamu pasti udah sepikan? Abang nggak mau terjadi sesuatu sama kamu."
"Insya Allah, Adek bisa jaga diri Bang, yaudah Abang kerja aja dulu, biar Adek tunggu di sini dulu." jelas Syafira.
"Yaudah, Adek jaga diri baik-baik ya, kalau ada apa-apa langsung telepon Abang atau minta bantuan sama orang lain, oke." titah Hafidz dari seberang telepon sana.
"Asyiaapp kapten." seru Syafira dengan antusiasnya.
"Assalamu'alaikum ...."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh ...." Tak lama kemudian sambungan telepon pun terputus dan tinggallah suara lalu-lalang kendaraan di depan matanya.
Untuk melepaskan kesunyiannya, Syafira pun bersenandung kecil sambil mengayun-ayunkan kakinya. Syafira menyanyikan sebuah shalawat untuk Baginda Nabi Muhammad Salallahu'alaihiwassalam dengan begitu merdunya.
Sampai-sampai Syafira tidak sadar, bahwa ada seorang siswa yang tengah berjalan ke arahnya dengan tersenyum sumringah. Sampai pada akhirnya, Syafira mendengar sesuatu yang membuatnya sangat ketakutan.
"Liat Val, sekarang gue udah ada di depan gadis, lo. Lo liat aja, beberapa detik lagi lo bakalan mendapatkan video yang nggak pernah lo bayangin selama ini." ujar Rendra membatin. Ya, siswa itu adalah Rendra.
"Aaaaaa ...." pekik Syafira ketakutan, namun sebelum itu, Rendra terlebih dahulu membekap mulut Syafira dengan sapu tangan yang telah diberi bius sebelumnya. Sehingga, membuat Syafira yang sebelumnya masih sadarkan diri, akhirnya kehilangan kesadarannya tersebut.
Dengan gerakan yang cepat Rendra pun menggendong tubuh Syafira dan ingin membawa pergi Syafira dari sana. Namun, baru saja Rendra akan melangkah dan ...
Bugh!
Tiba-tiba ada seseorang yang memukul pundaknya dengan sebuah balok. Dengan cepatnya Reval pun mengambil alih tubuh Syafira yang hampir saja akan terjatuh dari gendongan Rendra. Dengan segera Reval membawa tubuh Syafira yang tak sadarkan diri ke dalam mobilnya yang tidak jauh dari sana.
Lalu, setelah itu, Reval pun kembali menatap Rendra dengan tajam. Rendra hanya menatap Reval dengan benci, sambil memegangi pundaknya yang terasa sakit karena pukulan yang telah diberikan oleh Reval tadi.
"Sekali lagi lo akan membuat gadis itu terluka, lo liat aja!! Badan lo nggak akan terlihat sehat lagi untuk selama-lamanya." ujar Reval dengan marah. Dan setelah itu, Reval pun langsung menaiki mobilnya dan melajukan mobilnya pulang ke rumahnya. Ya, kali ini Reval akan membawa Syafira pulang ke rumahnya, agar Syafira bisa dijaga oleh bundanya. Dan nyawa Syafira tidak terancam lagi, jika berlama-lama di sini. Dan soal kakaknya, Reval akan meminta Reno untuk menjelaskan semuanya kepada Hafidz, agar tidak ada kesalah pahaman di sini.
"Sya, maafin gue sekali lagi, karena gue udah membiarkan lo sendirian dan udah membawa lo tanpa seizin dari lo ataupun kakak lo. Tapi, gue janji Sya, gue bakalan jelasin semuanya sama kakak lo, biar kakak lo nggak salah paham sama gue, dan lo juga nggak membuat kakak lo kecewa." ujar Reval membatin, namun untuk kali ini perkataan batin itu tidak bisa di dengar oleh Syafira, sebab Syafira yang sama sekali tidak sadarkan diri.
Reval pun menambah kecepatan mobilnya, supaya dia lebih cepat sampai di rumah. Perasaannya kini benar-benar tidak karuan, antara khawatir dan takut, Reval pun terus melajukan mobilnya. Untung saja saat ini keadaan kota tidak begitu ramai, sehingga lebih memudahkan Reval untuk mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Selang beberapa menit, akhirnya Reval sampai juga di rumahnya. Dengan cepat, Reval pun keluar dari mobil dan membawa tubuh Syafira keluar dari mobilnya dengan menggendong tubuh gadis itu.
Riska yang baru saja dari dapur, langsung terkejut di saat melihat Reval yang tengah menggendong tubuh Syafira yang tidak sadarkan diri itu. Dengan perasaan khawatir, Riska pun menghampiri Reval.
"Ini Syafira kenapa, Val?" tanya Riska khawatir. Sehingga, membuat kakaknya Reval, yaitu Kanya langsung datang terburu-buru dari dapur.
"Ada apa, Val? Loh, ini Syafira, bukan?" tanya Kanya bingung.
"Bun, Kak, tanyanya nanti aja ya, Reval mau bawa Syafira ke kamar dulu, bunda bantuin Reval, ya." ujar Reval yang langsung menaiki anak tangga dan membawa Syafira menuju kamarnya dan diikuti oleh kedua wanita itu, yaitu Sang Bunda dan Sang Kakak.
--TBC--
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafira || End
Teen Fiction[FiksiRemaja-Spiritual] Kisah seorang gadis yang harus menerima kenyataan bahwa dia buta di tengah kehilangan sosok kedua orang tuanya sendiri. Syafira harus belajar mandiri dengan kehidupan yang akan menyulitkannya ini. Tapi, siapa kira, jika Allah...