Tangisan Pilu

915 46 0
                                    

"Semua yang terjadi memanglah bukan keinginan, namun semuanya yang terbaik untuk kita pasti sudah di tentukan oleh Sang Khalik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semua yang terjadi memanglah bukan keinginan, namun semuanya yang terbaik untuk kita pasti sudah di tentukan oleh Sang Khalik."

.oOo.

Di ruangan yang serba berwarna putih inilah, Syafira dan kakaknya tengah berada. Sedangkan, Reval dan orang tuanya tengah mengurus administrasi Syafira. Alex benar-benar merasa bersalah atas kejadian ini, maka dari itu, dia ingin bertanggung jawab atas kejadian ini.

"Bang, ummy dan abi mana?" tanya Syafira yang memang sudah mulai lancar saat berbicara, karena masker oksigen yang tadi, sudah terlepas dari hidungnya. Namun, walaupun Syafira sudah bisa berbicara lancar, dia masih tetap lesu di saat berbicara.

Ingin sekali Hafidz menjawab pertanyaan Sang Adik, namun Hafidz benar-benar tidak kuat untuk menyatakannya. Sehingga, membuat Syafira merasa bingung dengan kakaknya, mungkin jika Syafira bisa melihat bagaimana ekspresi kakaknya sekarang, Syafira pasti akan langsung mengerti akan apa yang terjadi sebenarnya.

"Bang, jawab Adek, Bang!" pinta Syafira dengan nada yang masih lesu. "Baiklah, Abang akan jawab, tapi Adek harus janji sama Abang, kalau Adek nggak boleh sedih." ujar Hafidz yang diawali dengan helanaan napas pasrah. "Abang ... apa maksud Abang ...?" terkejut Syafira yang mulai mengeluarkan cairan bening dari matanya yang hanya dapat menatap lurus ke depan.

"Adek, jangan sedih, nanti ummy dan abi juga sedih kalau liat Adek kaya' gini." ujar Hafidz yang mencoba menahan tangisannya. Hafidz tidak kuat, jika harus melihat sosok adik yang sangat rapuh di saat seperti ini. Syafira merupakan salah satu kelemahannya setelah Sang Ummy, karena hanya Syafira satu-satunya adik yang harus dia jaga.

"I-ini nggak mungkin Bang, hikss ... tadi sebelum pergi kami masih bercanda ria, hiksss ... tapi kenapa sekarang ummy dan abi ninggalin Ara?" isak Syafira yang sangat membuat Hafidz merasakan sakit yang luar biasa pada hatinya, apalagi di saat melihat air mata itu.

"Adek, ingat pesan ummy dan abi dulukan? Ummy dan abi pernah bilang sama kita dulu, kalau umur nggak ada yang pernah tahu, dan kepergian ummy dan abi juga nggak ada yang bisa menghalangi ataupun menahannya. Udah, Adek jangan nangis lagi, Abang nggak kuat kalau liat Adek seperti ini terus." ujar Hafidz yang masih berusaha untuk tetap tenang.

"Hiksss ... Bang, Ara takut, Ara nggak mau kehilangan ummy dan abi ... hiksss ... cukup penglihatan Ara aja yang hilang, Bang ... hiksss ...." isak Syafira lagi dengan begitu pilunya.

"Abang tahu, Dek. Mungkin, ini nggak mudah untuk kamu, tapi ingat Dek, Allah selalu bersama kita dan Abang janji, Abang akan selalu jagain kamu, Dek." jelas Hafidz.

"Hiksss ... Adek udah buta, Bang. Adek udah nggak bisa liat lagi, semuanya sudah hancur, Bang. Percuma Adek masih hidup sekarang, hiksss ... Adek nggak yakin, kalau Adek masih bisa hidup di dunia yang begitu kejam ini, Adek nggak yakin Bang, hiksss ...." racau Syafira dengan tangan yang terus memukuli brankarnya.

Syafira || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang