Prolog

993 88 9
                                    

Hii! Ini dia cerita romance bisa dibilang dewasa-muda yang aku janjiin waktu itu.

Seperti halnya Surrogate Wife, cerita ini termasuk mature content.

Ini baru prolognya, selamat membaca dan semoga suka! :)

-----

Bukan salahnya kan kalau memiliki wajah tampan, badan yang seksi, pekerjaan yang bagus, dan senyum menawan?

"Kamu bohong, kamu pasti selingkuh kan?"

"Nggak, Sayang. Sumpah."

Satu.

"Dasar buaya. Cowok kayak lo, pasti buaya."

Dua.

"Kita putus ya, aku nggak bisa percaya sama laki-laki macem kamu."

"Laki-laki macem aku? Emang aku kenapa?"

Tiga.

"Kamu selingkuh? Kok kamu tega?"

"Alah, lo juga pasti banyak cewek di luar sana. Nggak cuma gue kan, nggak usah munafik."

Empat.

"Jadi sekarang kamu mau putus aja? Kita nggak bisa ngomongin ini baik-baik? Aku sayang kamu. Please."

"Sori, Ren. Aku nggak nyaman karena kamu pasti dengan gampangnya milih dan pindah ke perempuan lain yang lebih cantik dari aku suatu hari nanti."

Lima.

Rendra sudah tidak bisa mengingat lebih banyak dari itu lagi. Semua wanita yang ia kencani selama ini selalu berakhir meninggalkannya hanya karena dia dianggap sebagai playboy. Hubungannya tidak ada yang pernah berakhir baik.

Ketika dia sudah ingin serius kepada satu perempuan, mendadak perempuan itu selalu meninggalkannya dengan alasan tidak percaya padanya.

Dia serius. Rendra selalu serius. Dia memang akan terlihat seperti buaya kalau sedang merayu. Lalu, apa dia harus berhenti memuji kekasihnya hanya karena dia terlihat seperti buaya saat sedang melakukannya?

"Gue benci punya wajah fakboi."

Jonathan, sahabatnya, hanya tertawa mendengar kalimat Rendra.

Umurnya sudah 29 tahun, dia berencana akan menikah di usia ke-30. Mendekor ulang rumah pemberian orangtuanya bersama sang Istri. Membangun rumah tangga. Memiliki anak-anak yang lucu. Dia bahkan sangat menyukai anak kecil.

Tapi kekasihnya selalu meninggalkannya. Apa bisa ia mencapai targetnya?

"Cewek-cewek pada ninggalin lo karena lo punya wajah fakboi, padahal lo aslinya goodboi, apes banget lo, Ren," ejek Jonathan.

Rendra menatap layar komputernya yang sudah mati beberapa saat lalu. Saat ini memang sudah jam pulang kantor, tetapi Rendra masih enggan meninggalkan kursi kerjanya. Di kubikelnya kini hanya ada Jonathan yang menemaninya.

"Gimana kalau lo jadi fakboi beneran aja?" usul Jonathan asal. "Biasanya justru cewek baik-baik demen sama yang jahat. Pada saat itu, lo bisa balik jadi good man kalau udah dapetin cewek itu."

Tangan Rendra masih memegang tetikus dan menggeser-gesernya asal. Dia menatap pantulan wajah tampannya di layar komputer yang gelap.

"Lo bener," kata Rendra akhirnya. "Gue bakal jadi fakboy beneran aja. Gue capek dipermainin terus."

Jonathan malah tertawa lagi. "Lo yakin?"

"Ya. Gue nggak mau jadi cowok baik lagi."

Lalu, setelah sumpah asal itu, Rendra bertemu dengan Elmira.

------

Lanjut nggak nih?

Moment of JuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang