See Hyyy genggg:) Welkom to my story:)
Jangan lupa vote and komen:) karna vote dan komen itu gratis~"Selamat membaca"
.
.
.
Secara perlahan-lahan kedua kelopak mata Delia terbuka, pengilihatan yang samar-samar ia mencoba untuk mengedipkan Kelopak mata indah miliknya secara berkali-kali, dan setelah itu penglihatan Delia lumayan membaik.Delia berpaling melirik sosok pria yg tengah tertidur pulas dengan posisi terduduk, dan kepala yang di sandarkan di ranjang yang sama, tempat Dirinya terbaring lemah.
"Dev-van?"Cicit Delia yang hampir tak terdengar.
"ahhrgghh"lanjutnya sembari memijiti kepalanya yang terasa pusing."Liaa? Lo udh sadar? Gimana? apa nya yang sakit? bentar gue panggilin dokter"Tanya Devan beruntun.
Devan beranjak bangkit dengan terburu-buru, Sedangkan Disisi lain, terlihat Naomi yang tengah berlayar di pulau mimpi.
Tak lama kemudian, pintu ruangan yang Delia tempati bergeser, menandakan seseorang akan masuk, terlihat ada Devan yang berjalan di susul oleh dokter Ria, Dokter khusus di keluarga ALEXDER.
"gimana Dok?"tanya Devan
"Keadaan nya masih dalam tahap pemulihan, tubuh Delia masih terlalu lemah jadi, saya harap obat yang saya berikan di konsumsi secara rutin untuk mempercepat masa pemulihan, Dan satu lagi, Delia mempunyai fisik yang kuat, ia dapat sadar sebelum waktu komanya 24 jam, padahal luka tusukkan yang begitu dalam bisa membuat siapa saja, koma berbulan-bulan bahkan mengakibatkan kematian." jelas dokter Ria.
"hm... baguslah."ucap Devan
"Baiklah kalau begitu, saya permisi"ucap Dokter Ria, dan segera meninggalkan ruangan tempat Delia dirawat.
"Maafin gue Liaa, andai aja malam itu gue ngga ngebiarin lu jalan sendiri pasti lo nggak akan kaya gini, lo ngga bakalan sampe di keroyokin sama preman jalanan, ini salah gue, maafin gue Lia."ucap Devan
Delia nampak hanya bisa merespon melalui tatap mata, menunjukan tatapan iba kepada Devan.
"Liaa....." panggi naomi, ia segera bangkit dari sofa yang semalaman ia tiduri.
"gimana kondisi Delia? "tanya Naomi"Kondisinya udah lumayan membaik, tapi belum di bolehin buat balik" sahut Devan
"Yaudah kalo gitu, bentar yaa gue balik dulu biat ngambil baju sama daleman buat Delia"pamit Naomi
"ohiyaa"Sahut Devan singkat, sambil menatap punggung Naomi berlalu.
Kini pandangan Devan beralih menatap nalar Delia yang tengah terbaring lemah.
"Bentar dulu, gue beliin bubur buat lo sarapan"ucap Devan
"Ohiya, bentar lagi mama ke sini, gue keluar dulu, bentar doang kok" lanjut Devan.Delia mengangguk, sembari menampakkan iris mata yang anggun.
.
.
.
.
"Paa?" panggil Fionna"hm?"Alex beralih menatap Fionna yang tengah berjalan memasuki ruangan kerja miliknya.
"Kira-kira mama mau bawain Calon mantu, apa yah?" Tanya Fionna
"umm... makanan?" ucap Alex memberi saran.
"ngga ah, ngga spesial" tolak Fionna
"kalau buah?" tanya Alex
"makanan itu mah"Ucap Fionna
"kalau emas?"tanya Alex
"nga ah, jelek"tolak Fionna lagi
"truss? mau bawain apa?"tanya Alex
"terserah! tapi jangan buah, makanan apa lagi emas"ucap Fionna
"bawain Cincin kawin ajah Maa" Ucap Alex
"nahh itu cocok"Ucap Fionna
___
30 menit telah berlalu, Delia kini mencoba merubah posisi tubuhya yang sedari tadi terbaring lemah untuk bersandar pada sandaran brankar.Ceklek.....
Delia yang sedari tadi sibuk memperhatikan jari jemarinya yang pucat, langsung menoleh kearah pintu menampilkan seorang gadis yang baru saja memasuki ruangan tempat dirinya dirawat.
"Hai, gimana kabar lo?" Tanya Arra berbasa-basi.
Ya, gadis yang memasuki ruangan tersebut adalah Arra, gadis yang selalu mengejar Devan.
"Gak usah basa-basi, apa tujuan lo kesini?" Tanya Delia sinis.
"Yah, gue kira lo udah mati, ups maaf mulut anjing soalnya," Arra terkekeh sendiri karena ucapannya.
"Ck, gak mulut gak orangnya, sama aja sama-sama anjing, eh ups maaf mulut suci gue kepeleset kulit pisang." Delia menahan tawa ketika melihat wajah Arra yang sudah merah padam.
"Lo tuh yah," detik berikutnya Arra langsung menarik selang infus Delia, membuat Delia memekik tertahan karena rasa nyeri ditangannya.
"Akh, sakit dasar biadab," lirih Delia.
"Biadab? Lo lebih biadab, seenaknya rebut Devan dari gue!" teriak Arra murka.
"Gue gak rebut Devan, dia sendiri yang ngedeketin gue," bentak Delia.
Namun, perlakuan Arra membuat Delia shok, Arra mendorong kasar Delia hingga terhantam brankar. Delia mencoba bangkit, namun tubuhnya sangatlah sakit.
Arra menarik kasar Delia, membuat Delia menjadi semakin pusing, ia tak bisa melawan karena tubuhnya belum pulih total. Ia hanya bisa pasrah saat Arra menampar pipinya berkali-kali.
Arra melihat pisau buah diatas nakas, ia meraih pisau itu lalu berniat menancapkan pisau tersebut dipunggung Delia, namun sebuah suara membuatnya menghentikan perbuatannya.
Dia Devan dan ibunya.
.
.
.
sekiannnn
.
.
.See you next part:) jangan lupa vote and komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELAWA [SLOW UP]
Mystery / ThrillerFOLLOW SEBELUM BACA! #1 DENGKI [24/10/20] #1 PEMUJA SETAN [24/10/20] #3 DENGAN [24/10/20] #4 BERDARAH [24/10/20] #5 PERKENALAN [24/10/20] #8 PEMBANTAIAN [24/10/20] Siapa sangka seorang gadis yatim piatu berparas cantik nan anggun yang begitu menggod...