Part 13=>TEROR

74 20 7
                                    

Hallo sahabat:)
.
.
.
Selamat membaca
.
.
.

"Arraa!!!!" Teriak Devan yang berjalan berdampingan bersama Fionna.

"De-Dev-Devan?!" Ucap Arra terbata-bata.

"Arra!! Apa yang kamu lakuin?!"Tanya Fionna.

"Tan-Tante A-aku"Sahut Arra terbata-bata.

"Apa-apaan sih lo!? Hah!?"Bentak Devan. Menarik kasar lengan Arra, membuat jarak dengan Delia.

"i-ini semua bukan yang kaya lo pikirin" Ucap Arra mengelak, sembari menjatuhkan pisau yang sedari tadi di genggaminya.

"Keluar dari sini sekarang juga!!"Usir Fionna sembari menunjuk pintu keluar.

"Ta-tapi Tant-" Ucap Arra.

"Satpamm!" Teriak Fionna. Memotong ucapan Arra.

"Gue nggak nyangka lo bakalan kaya gini Raa, gue kecewa, mending lo Tinggalin ruangan ini sekarang juga" Ucap Devan.

"G-Gue"

"Pergi!"Bentak Devan Sembari menyeret Arra ke arah pintu.

"Gue kaya gini karna lo juga Devan!"Ucap Arra. Menghempas cengkraman Devan.

"Lo kaya gini karna Harta!" Ucap Devan, menutup pintu.

.
.
.
"Hidup mu akan segera berakhir Deliaa"

"Dirimu telah membuka pintu neraka."

"manusia yang mencoba melawan kaum kami, hanya akan menjadi santapan kami"

"Darah mu begitu menggoda~hhsh"

"jangan berharap untuk menang dalam lingkaran Keterkutukan"

"HAHAHA"

"Bergabunglah dengan leluhur mu nak, Hahaha"

"Kematian akan segera menjemputmu"

Bisikan yang penuh arti, memenuhi pendengaran Delia, yang kini tengah berada di dalam ruangan yang kumuh nan menjijikan, dimana tulang belulang manusia berserakan, di lengkapi dengan belatung-belatung yang memenuhi ruangan tersebut, bau anyir yang sangat-sangat menusuk, memenuhi indra penciuman,dan indra pendengaran yang di penuhi denganan bisikan kematian.

Delia terpaku, dirinya kini di penuhi dengan pertanyaan, melihat dirinya dikelilingi oleh mahluk-mahluk dengan bentuk fisik yang tak karuan, bermata satu, berkepala tiga di lengkapi 4 tanduk masing-masing di atas kepala, namun berbadan setengah Ular di lengkapi dengan sisik dan Lidah panjang yang menjulur kebawa di sertai pula dengan air liur.

Delia melirik kearah mahluk-mahluk menjijikan lainnya, mereka nampak memperhatikan Delia dengan sorot mata yang menyeramkan.

"HAHAHAHAHHAHAH" Mahluk-mahluk tersebut tertawa puas, ketika melihat Delia yang kini telah habis, perlahan-lahan tubuhnya dimakan cacing, nan belatung berukuran yang tak bisa di katakan kecil.

.
.
"Ti-tid-tid-akkkk........"
Teriak Delia, kini tubuhnya bergetar, dengan keringat yang bercucuran, bibirnya keluh, wajahnya menjadi pucat pasih.

"A-apa lagi kali ini!?" Batin Delia.

Takkk...

Takkk..

Takk...

Delia melirik ke sumber suara, yang berasal dari arah jendela kaca yang tertutupi gorden, ia bergegas turun dari brankar, dan melepas jarum impus yang masih menempel dengan rapi sehingga menyebabkan tangan Delia, mengeluarkan Darah segar miliknya, Delia masih tak perduli, tatapannya masih saja fokus ke arah gorden.

kkkkrreeekkkk...
Delia meraih gorden dan menampakkan Gagak yang tak utuh. mencoba menerobos masuk lewat jendela kaca, dengan cara terus mendobrak sampai, kepala Gagak tersebut patah, dan mengeluarkan darah segar yang membekas di kaca.

"Liaaa" Panggil Devan.

Delia segera berbalik arah, menyaksikan Devan yang tengah berdiri di ambang pintu, Delia berusaha untuk tidak memperlihatkan apa yang tengah ia saksikan, namun Saat Delia berbalik untuk menutup gorden, Semua nampak kembali semula, tak ada gagak dan Darah yang menempeli jendela.

.
.
.
.

"Bagaimana keadaan Delia?"Tanya Fionna,  yang kini telah berada diruang kerja Dokter Ria.

"Kondisi Delia, sudah membaik dan sudah di bolehkan untuk pulang, tapi obat nya harus di konsumsi untuk menambah stamina nya." Tutur Dokter Ria.

"Baik lah kalau begitu, pastikan dia akan baik-baik saja dan satu hal lagi, berikan keamanan khusus, tepat diluar ruangan yang kini Delia tempati" Ucap Fionna.

"Baik." Sahut Dokter Ria.

"Saya akan membawa Delia pulang sore ini juga, sediakan segala keperluan medis yang Delia butuhkan"Pintah Fionna.

"Saya akan mengurusnya sebaik mungkin"Ucap Dokter Ria.

"Baiklah kalau begitu, saya akan kembali sore ini"Ucap Fionna

Di balas anggukan oleh Dokter Ria.
Fionna bergegas meninggalkan ruang kerja Dokter Ria, dan menelfon seseorang di tengah-tengah perjalanannya menuju ke ruang rawat Delia.

"Halo?"

"iya, nyonya?"

"Siapakan kamar semewah dan sebagus mungkin, segera hubungi Dekorator, selesaikan pekerjaan kalian, dalam urung waktu 3 jam dimulai dari sekarang." Ucap Fionna.

"Baik Nyonya"

Tutt...

.
.
.
Sekiaaannn
.
.
.
See you next part:* jangan lupa vote and komen><
Byby:)

DELAWA [SLOW UP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang