BAB 4 - Kakak Baru

20.2K 3K 256
                                    

Budayakan Vote dan Follow sebelum membaca (♡˙︶˙♡)

******

"Kenapa berakhir seperti ini..? "

Ariel tidak bisa merutuki dirinya sendiri. Ini sudah tiga hari sejak kunjungannya dengan keluarga kerajaan perihal membahas pertunangannya. Sejak awal Ariel sudah menduga jika orangtuanya tidak akan membatalkan pertunangan dengan mudah, sama halnya dengan Raja Loiuse.

Tidak masalah. Ariel bisa memikirkan cara lain agar pertunangan batal seiring Alardo bertemu protagonis wanita dan kemudian menggagalkan pertunangan mereka. Lagipula Alardo sama sekali tidak menyukainya sedikitpun.

Tapi, justru yang terjadi diluar nalar. Ariel tidak tahu ini pertanda petaka atau nasib baik. Yang pasti, jawaban Alardo saat ditanya ingin membatalkan pertunangan atau tidak, adalah..

"Tidak."

Ariel tersambar petir ditempat.

Sama halnya seperti dirinya, Raja Louise juga sempat terkejut mendengar jawaban anaknya. Ariel tergugu saat laki-laki tujuh tahun itu berjalan mendekatinya, mengulurkan tangan kanannya dan mencium telapak tangan Ariel.

Sekali lagi, baik Ariel maupun orangtua mereka sama-sama tersambar kilat berkuatan tinggi.

"Alardo tidak setuju pertunangan ini dibatalkan. Anda juga setuju pertunangan ini terus berlanjutkan?" Alardo memiringkan kepala tersenyum penuh makna. "Ariel."

GILA YA?!

Ariel hampir menangis. Kakinya sudah gemetar-gemetar melihat senyum Alardo yang nampak misterius. Berapapun usia Alardo, lelaki itu tetap cowok iblis berwajah malaikat. Ariel terperangkap!

Harus bagaimana dirinya sekarang?

Dan, selama tiga hari itu, Ariel mengurung dikamar tanpa keluar seincipun. Dia sedang berpikir keras. Jika Alardo tidak berniat menggagalkan pertunangan, lalu apa yang pemuda itu inginkan? Pembalasan dendam lebih awal? Hei! Ariel baru tujuh tahun dan masih imut-imutnya begini.

"Argh, aku tidak tau harus bagaimana." Ariel memukul-mukul ranjangnya. Gadis berpiyama biru itu menghembuskan nafas berat, menatap lampu kamarnya yang benderang. "Alardo brengsek itu, apa yang sebenarnya dia mau? Aku bisa gila jika seperti ini terus."

"Ariel, sayang!"

Ariel menoleh kearah pintu. Berguling kesamping menyahut panggilan ibunya dari dalam kamar. "Ada apa, Ma?"

Suara pintu terdengar terbuka. Ariel menoleh, berguling ke kanan memeluk gulingnya. Mama menggeleng kecil. "Ayo turun. Kita kedatangan tamu."

Ariel mengangkat alis menerka-nerka. Bukan Alardo kan?!

"Siapa, Ma?"

"Calon kakak baru kamu."

"Hah?!" Terkejut, gadis itu sontak terduduk kaku. Melihat Mamanya tak percaya, wanita itu justru mengulas senyum tipis. "Turun yuk, kita kenalan."

Bagus.

Bendera kematiannya yang kedua telah berkibar.

Tinggal menunggu waktu dimana-

"Nyonya! Nyonya!"

Ariel menoleh kearah pintu mendengar teriakan pelayan mansion yang memanggil Mamanya panik. Wajahnya pucat dengan nafas memburu saat sampai dikamar Ariel.

Ariel mengangkat alis.

"Cia, kenapa kamu berlari seperti itu? Apa terjadi sesuatu-"

"Gawat, Nyonya!"

Who Made Me a Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang