Cuma mau ingetin, novel Who Made Me a Villain sudah tersedia di Shopee ya. Jangan lupa belii😍
^_^
"Kak Ken, sudah tidur belum?"
Kepala gadis itu muncul dibalik pintu. Iris bulatnya berkeliaran, terhenti pada laki-laki yang duduk di atas ranjang, membaca sebuah buku.
Kenneth menoleh kearah pintu. Melengkungkan senyuman melihat sosok Ariel mengunjungi kamarnya. "Ariel. Ada apa? Kau memerlukan sesuatu?"
Ariel menggeleng kecil. Gadis itu memperhatikan Kenneth yang turun dari ranjang, menghampiri dengan piyama tidur abu muda yang menambah kesan ketampanannya. Memang tidak salah Kenneth Walcott menjadi protagonis pria.
"Mama memintaku melihat Kakak karena takut Kak Ken melakukan hal berbahaya lagi." Ariel melangkah lebih dekat, gadis itu berkacak pinggang garang. "dengar ya, melakukan hal berbahaya itu tidak menyelesaikan apapun. Jangan lakukan lagi. Mengerti, Kak Ken?"
"Mengerti." Kenneth mengangguk sekali.
Ariel tersenyum puas. Irisnya kembali berkeliaran memperhatikan isi kamar Kenneth. Matanya terpaku sesaat melihat kotak besar berisi kumpulan buku.
Oh, benar juga. Kenneth Walcott adalah pria pintar yang menguasai banyak bahasa. Awal perkenalannya dengan Isabella juga karena sebuah buku. Kenneth yang pendiam kadang memperlakukan Isabella seperti rivalnya saat belajar, dan di lain kesempatan Kenneth menganggap Isabella adalah gadis yang dia sukai.
Tempat pertemuan Kenneth dan Isabella adalah perpustakaan akademi. Ariel ingat bagaimana awalnya Kenneth yang pendiam dan tertutup menjadi sangat terbuka hanya kepada Isabella. Memang aura protagonis wanita itu luar biasa terang.
Dan di novel, Ariel yang selalu iri dengan kebaikan Isabella selalu mencari cara agar Kenneth membenci Isabella dengan cara menghasutnya. Meski Kenneth sama sekali tidak percaya dengan yang Ariel jahat katakan.
Tentu saja. Isabella Calista adalah perpaduan dewi dan malaikat.
Isabella tidak hanya sempurna dalam penampilan, tapi juga pengetahuan dan kebaikan. Ariel mengangguk setuju jika Isabella dinobatkan sebagai protagonis wanita paling baik hati sedunia. Dan berbeda dengan Isabella, Ariel hanyalah antagonis kejam sepanjang sejarah.Dari keempat protagonis pria, Kenneth Walcott mungkin yang paling menderita. Dua bulan lalu, Kenneth kehilangan orangtuanya. Membuatnya berpindah tempat untuk hidup. Tinggal di kediaman Marshwan justru semakin menekan mentalnya, bahkan Kenneth tak segan melukai fisiknya sebagai pelampiasan. Karena itu pertemuannya dengan Isabella baginya adalah anugerah.
Ariel tau rasanya tidak memiliki orangtua. Dibanding dirinya, Kenneth sedikit beruntung pernah merasakan rasanya kehangatan meski hanya sebentar.
Tapi tetap saja, kehilangan seseorang yang paling berarti dalam hidupmu akan selalu membekas.
"..riel,"
Kehilangan seseorang sama seperti kehilangan penopang hidup. Membekas dan menimbulkan ketakutan, hingga akhirnya menutup diri.
Ariel sangat mengerti rasanya, karena dia juga pernah kehi-
"Ariel!"
Eh?
Irisnya mengerjap tersadar. Ariel linglung sesaat melihat raut cemas Kenneth. "Kenapa?"
Alis Kenneth saling bertaut. Cowok itu menggeleng setengah hati, memperhatikan Ariel yang menyentuh kepalanya, tersenyum tipis. "Aku tadi melamun ya? Maafkan aku. Apa Kak Ken mencemaskanku?"
Kenneth terdiam sebentar, kepalanya mengangguk kecil dengan pipi merona. "Maaf aku mengguncangmu sangat kuat, aku hanya khawatir." Iris laki-laki itu berpendar imut. "Ariel, apa kamu sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Made Me a Villain
Fantasía[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SUDAH TERBIT] Ariel Marshwan. Antagonis wanita dalam novel percintaan berjudul Love Revolusion yang berujung menjemput ajal karena dosa-dosanya. Dosanya yang pertama, mengganggu protagoni...