BAB 11 - Teman Protagonis Wanita

15.5K 2.4K 132
                                    

"Silahkan di nikmati, tamu terhormat sekalian~"

Ariel tak kunjung berkedip. Gadis bergaun hijau selutut itu menatap kue-kue menggiurkan yang tertata cantik diatas meja bundar. Irisnya mengerjap gemerlap, tidak sabar melahap satu-persatu makanan yang tersedia.

Ternyata menghadiri tea time bukan hal yang merugikan.

"Ariel, pelan-pelan. Kue nya tidak akan lari kemana-mana." Kenneth menggeleng tersenyum, memperhatikan pipi bulat Ariel yang semakin bulat.

"Aku penasaran apa pipimu akan meledak karena makanan?" Nathael, yang duduk disisi kirinya menusuk-nusuk pipi gadis itu, Ariel mendelik. Mengatakan 'jangan sentuh pipiku' dengan bahasa mata. Mulutnya terlalu penuh untuk bicara.

Nathael menjauhkan jarinya, bukan karena delikan Ariel, melainkan sorot jijik yang Kenneth lemparkan padanya. Dia mendengkus geli, memilih menoleh kearah sang adik kembar yang duduk disampingnya.

Natasha termangu melihat Ariel yang menikmati kue-kuenya, sekaan dunianya hanya untuk makan dan makan. "Cara makan Ariel lucu sekali." Natasha tersenyum manis. "seperti anak anjing."

Tertohok.

Ariel gemetaran. Dia menjauhkan piring berisi dessert coklat, menatap Kenneth dengan mata berkaca-kaca. "Aku makan seperti anak anjing?"

"Kenapa reaksimu seperti itu? Anak anjing kan lucu." Xhavier menopang dagunya dengan kedua tangan. Pemuda beraura agung itu melengkungkan senyumnya. "Ya kan?"

"Aku tidak berpikir cara makannya seperti anak anjing." Kali ini Alardo membuka mulut. Pangeran yang sejak tadi diam itu, menatap Ariel dalam. Membuat Ariel meneguk ludah sesaat. "cara makan tunanganku seperti anak kucing."

Apa bedanya?!

"Anak anjing kok."

"Anak kucing."

Kenapa mereka malah meributkan hal tidak berguna seperti ini?!

Ariel mengulum senyum, gadis itu tertawa pelan. Meleburkan keributan kecil yang berlangsung. Mereka menatap Ariel tak berkedip, gadis itu melengkungkan senyum manis. "Kalian ini lucu sekali ya."

Lucu kalau sudah besar tidak berniat menghabisiku setelah bertemu protagonis wanita.

Hembusan angin menenangkan riak diantara mereka. Masing-masing dari mereka merasakan getarannya. Seperti menemukan air ditengah tandusnya gurun. Alardo mengeratkan kepalan tangannya, alasan dirinya ikut tea time Count Seville adalah karena Ariel.

Jika Ariel tidak ikut, Alardo tidak mungkin bersedia menginjakkan kaki di tempat penuh para penjilat. Benar. Hanya untuk Ariel, Alardo akan melakukan apapun.

"Ngomong-ngomong," Ariel menolehkan kepala kearah kanan, menatap objek didepan sana jenaka. "yang memakai gaun merah itu, siapa?"

"Ng? Bukankah itu Nona Rosemary Cossette." Xhavier menjawab. Kedua matanya memperhatikan gerak-gerik sempurna gadis bergaun merah yang sedang memainkan karakternya. Sama seperti Xhavier sebelum bertemu Ariel.

Gadis bergaun biru selutut itu bersandar pada kursi. Untuk mentalnya yang sudah berusia 24 tahun digabung dengan kehidupan sebelumnya, menghadiri tea time dengan anak sesama umur tujuh tahun ternyata tidak semenyenangkan yang Ariel pernah baca didalam buku fiksi.

Beberapa bahkan hanya mendekati untuk keuntungan pribadi, bukan murni untuk berteman.

Ariel menyipit kala melihat Rosemary Cossette tertawa-tawa dihadapan tamu-tamu undangan. Dia mengulas senyum culas dibibirnya seperti racun berbisa. Rosemary Cossette. Dia adalah gadis berambisi seperti Ayahnya, mendekati banyak orang demi keuntungan yang diraihnya.

Who Made Me a Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang