Alardo Castiello.
Pangeran tunggal kerajaan Castiello. Putra mahkota yang tampan, cerdas dan pandai bermain pedang. Sejak kecil, Alardo di didik untuk menjadi pribadi yang kuat, dididikan yang diberikan Ayahnya cukup berat sampai membebani tubuhnya yang masih kecil.
Setiap kelelahan setelah berlatih pedang, Alardo akan mencari ibunya, tidur dipangkuannya dan dimantrai dengan kata-kata lembut, "tidak apa-apa" atau "Alardo anak baik" sampai dirinya tertidur. Itu cara Alardo bertahan.
Hanya sang Ratu yang bisa menenangkannya. Karena itu, saat ibunya meninggal karena penyakit, Alardo kehilangan penopangnya. Dia menjadi sosok yang berbeda. Senyumnya menghilang, rasa sayangnya sirna.
Alardo menjadi kejam. Kepada pengawal, pelayan, penghuni istana menjadi pelampiasannya sejak kematian sang Ratu.
Lalu, Ariel datang. Gadis manja yang selalu menginginkan apapun menjadi miliknya. Alardo membencinya sejak pertamakali bertemu.
Semakin membencinya setelah pengajuan pertunangan dengan gadis itu. Alardo tidak bisa menolak. Sang Ayah adalah pemegang kendali semuanya.
Itu sebabnya, Alardo hanya memupuk kebenciannya pada Ariel sampai dirinya memegang kendali dan membalas gadis itu. Ariel.. akan membayar semuanya.
Tapi, kenapa-
"Pangeran mau kue?"
Alardo memandang gadis mungil didepannya. Sudah sepuluh menit mereka duduk ditaman istana, dua penjaga menemani dibelakang. Alardo memicing, menggeleng samar. "Tidak."
Tiba-tiba mengajukan pertunangan kemudian menolaknya, memangnya Ariel pikir, Alardo adalah mainan?
"O-oke." Ariel mengangguk kikuk. Kedua tangannya saling menggenggam berkeringat. Setelah kalimat yang dirinya lontarkan, Raja Louise menyuruhnya untuk keluar bersama Alardo. Merundingkan perkataannya. Tapi Ariel justru bisa mati perlahan jika hanya duduk berdua dengan Alardo. Bagaimana pun, Alardo yang menghukumnya dan memenjarakannya.
"Tadi itu apa?"
"Eh?" Ariel berkedip. Tersenyum canggung dan menggaruk pipi bulatnya. "Aku pikir Pangeran tidak mau bertunangan, jadi, aku hanya.. mengatakannya."
"Dan kau pikir, Ayah akan menyetujuinya?" Alardo berdiri. Ariel meneguk ludah saat lelaki itu memicing padanya, tajam. "Apa yang kau rencakan?"
Lo pikir apa yang direncanain anak tujuh tahun yang tau hidupnya ditangan cowok iblis kayak lo?!
"Tidak.. ada." Arie mengalihkan pandangan. Dia nyaris panas dingin hanya saling bertatapan dengan Alardo.
"Pembohong." Ariel semakin menciut kala Alardo melemparkan tatapan intens. "kau yang mengajukan permintaan pertunangan, dan sekarang kau ingin membatalkan nya? Kau pikir aku bodoh? Kau pikir aku mainan?!"
Ariel tertegun. Baru pertama kali melihat raut menyedihkan Alardo saat mengatakannya. Benar juga. Alardo bukan boneka, dia manusia yang kebetulan menjadi kejam karena masa lalunya. Alardo juga punya hak.
"Kamu bisa menolaknya."
Alardo menyorotnya.
Ariel membuka mulutnya. "Pangeran bisa mengatakan 'tidak' jika tak suka, bisa katakan 'ya' jika suka. Apakah itu sulit?"
Terdiam, Alardo merunduk. Menatap ujunh sepatunya dengan raut suram. "Ayah adalah Raja, aku tidak punya hak untuk menolak."
"Lalu apa bedanya Pangeran dengan boneka? " Ariel berkedut. Saat ini yang menjadi lawan bicaranya bukan Alardo si kejam, tapi Alardo si pangeram kelam. Anak kecil 7 tahun seusinya yang butuh perhatian.
Alardo kesulitan menjawab.
Ariel menarik nafas. Gadis itu berdiri. Berjalan beberapa langkah mendekat dan berdiri dihadapan Alardo yang tercenung.
"Pangeran Alardo."
Alardo mengangkat kepala pelan-pelan. Ariel mengangkat tangannya, mengusap pelipis Alardo lembut.
Alardo tertegun. Rasa hangatnya mengalir seperti terakhir kali dirinya berada dipangkuan sang ibu.
Alardo
Bayangan ibunya datang.
Apa kamu..
"Apa anda.." Ariel tersenyum sayu. Mengelus pelipis Alardo lembut.
"Kesepian?"
Eh?
"Apa yang kamu lakukan?!" Alardo menyentak tangan Ariel keras. Iris kelamnya membulat terkejut kemudian saat tersadar dengan apa yang dirinya lakukan. Seruannya sempat membuat Ariel terkejut, gadis itu menghembuskan nafas sekali mencoba tenang.
"Maafkan saya."
Alardo mengernyit. Bukan itu maksudnya. Sentuhan tadi mirip ibunya, Alardo hanya terlanjur senang sampai terkejut sendiri dengan reaksinya.
Alardo menutupi pipi dengan sebelah tangan. "Aku yang seharusnya meminta maaf."
"Ya?" Ariel mendongak kebingungan.
"Maaf.. karena telah bertingkah kasar padamu. Awalnya kupikir kamu orangnya menyebalkan. Tapi kurasa, saat ini.." Alardo melirik pelan-pelan. Bibirnya mendadak kelu ketika suaranya terbuka parau. "kamu cukup menyenangkan."
Ariel berkedip memperhatikan.
"Ini pertama kalinya seseorang bertanya apa aku kesepian. Selama ini.. menjadi kuat itu susah, Ayah juga sering menuntutku agar terlihat tegar. Jadi.. terimakasih." Ariel tercenung melihat senyum tulus pangeran dingin didepannya. Rasanya lepas, seperti tidak ada belenggu yang membelitnya. "Ariel."
W. O. W
Ariel nyaris membuka mulut mengatakan itu. Tidak salah Alardo menjadi protagonis pria utama, dia tampan dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Jadi, gadis itu menanggapinya dengan menganggukkan kepala. Tersenyum manis. "Sama-sama, Alard."
"Alard?" Alardo membeo.
Ariel sontak menutup mulut. Dia kelepasan. Alard adalah panggil ibunya dan tentu saja protagonis wanita. Ariel mengintip pelan melihat wajah Alardo yang rumit menunduk kearahnya. Bagus. Alardo tidak mungkin suka nama panggilannya di sebut oleh antagonis wanita.
Mampus.
"Ma-maksud saya Pa-pangeran Alar-" Alardo mengangkat kepala, raut wajahnya kaku. Ariel semakin menciut. "-do."
Ariel cegukan. Alardo mengejap, tertawa terpingkal melihat mimik wajah Ariel yang mirip kelinci kecil.
"Anda tertawa?" Ariel sedikit terpana melihat tawa laki-laki itu.
Alardo mengulum senyum, mengusap ujung matanya yang sedikit berair. "Maaf, aku tidak kuat melihat wajahmu. Kau seperti kelinci yang sebentar lagi disembelih. Sangat-"
"Tampan."
"Eh? "
"Anda sangat tampan saat tertawa." Ariel mengulas senyum manis. Alardo tertegun ketika semilir angin menerbangkan anak rambut gadis itu, membuatnya terlihat seperti bunga yang tetap berdiri dimusim kemarau. "Pangeran harus sering tertawa saat bahagia, saya yakin mendiang Ratu juga akan senang melihat anda bahagia."
"Benarkah?"
"Ya." Ariel mengangguk lugu. "saya memang tidak tau seperti apa penderitaan anda, tapi saya tau rasanya ditinggalkan. Jika anda merasa kesepian, anda boleh saja menangis, tapi pastikan setelah anda menangis.." Jari kecil Ariel menarik sudut bibir Alardo pelan. Gadis mungil itu tersenyum manis. "-anda harus tersenyum."
Iris kelam Alardo bersinar. Untuk pertama kalinya, Alardo seakan melihat kilauan cahaya yang dirinya rindukan. Laki-laki itu tak berkedip melihat Ariel.
Alardo memutuskan.
Dirinya tidak akan melepaskan gadis itu.
***
Pesan kalian untuk :)
ARIEL
ALARDO
AKU
See Next Chapter<3
I Luv Yu All
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Made Me a Villain
Fantasy[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SUDAH TERBIT] Ariel Marshwan. Antagonis wanita dalam novel percintaan berjudul Love Revolusion yang berujung menjemput ajal karena dosa-dosanya. Dosanya yang pertama, mengganggu protagoni...