BAB 18 - Menang atau Kalah

10.5K 1.6K 370
                                    

Yuk kasih tau siapa karakter favorit kamu? 😉

***

Gadis bersurai keperakan itu berdiri bertopang di atas wastafel toilet. Sedikit terdapat lingkar hitam dibawah matanya, dirinya membasuh cepat wajahnya dengan air mengalir. Lagi-lagi menghela nafas dan memijit pelipisnya.

Satu hari berlalu seperti kedipan jari. Hari penentuan, alias Test akan dimulai beberapa jam lagi. Untuk Ariel, ini juga merupakan hari 'menang atau kalah' yang mempertaruhkan dirinya.

"Tidak masalah jika aku masuk Rank C. Tapi apa sebenarnya satu permintaan Jason?" Gadis itu bercermin, menatap pantulan dirinya beberapa lama sebelum menepuk kedua pipinya. "optimis, Ariel. Setidaknya berusaha semaksimal mungkin."

"Ya, optimis. Lalu, jika gagal, apa yang akan terjadi?"

Ariel berjengkit kaget. Gadis itu melihat kearah cermin, tepatnya pada Evelyn yang berdiri dibelakangnya dengan kedua tangan terlipat. Cepat-cepat Ariel berbalik, menatap horor. "Kau masuk darimana?!"

"Pintu."

"Bagaimana bisa kau masuk dari pintu tapi tidak terdengar suara apapun?!"

"Sepertinya Ariel terlalu serius berbicara sendiri sampai tidak mendengar kami masuk, ya."
Ariel menoleh sekali lagi, kali ini kearah Natasha yang berdiri disampingnya, memamerkan senyum bermakna yang mendadak membuat Ariel meremang. Dia tertawa kaku.

"Ada apa dengan aura kalian? Kenapa rasanya.. sedikit menyeramkan?"

"Entahlah~ mungkin karena seseorang yang dengan bodohnya mempertaruhkan sesuatu tanpa memikirkan penyebabnya?" Evelyn berkilat-kilat. Gadis itu maju menepuk pundak Ariel, dirinya kontan meneguk ludah. "kau tidak akan kalah kan, Jiel?"

"Aku.."

"Hm-hm?"

"-akan berusaha."

"Tch!"

Apa Evelyn dan Natasha baru saja berdecih bersamaan?!

Evelyn menjauhkan tangannya, gadis itu menatap Natasha serius. Mereka sama-sama berunding. "Sepertinya kita harus menjalankan rencana itu."

"Hu-um. Aku juga ragu Ariel mendapat Rank B. Saat masih kecil, dia hampir tidak pernah menggunakan sihir. Bahkan Ariel baru mengetahui kemampuan sihirnya saat berusia 10 tahun."

"Bi-bisa kalian berhenti..?"

"Sudah kuduga, Ariel tidak pandai menggunakan mana sihirnya. Jika seperti ini terus, bisa-bisa Ariel kalah dan Gilbert menang telak."

"Um, kalian.. test-nya akan dimulai sebentar lagi."

"Kalau begitu kita akan menjalankan sihir ilusi. Dengan begitu Profesor dan murid lain akan melihat mana Ariel yang cukup besar, dan memasukkan kedalam-"

"Oke, cukup!" Ariel menghela nafas gusar menatap Evelyn dan Natasha bergantian. Gadis itu memberenggut, mengernyit tidak suka. "Ada apa dengan kalian? Merencanakan sesuatu yang bermaksud curang? Bukankah itu konyol?"

"Dan rencana konyol itu akan menyelamatmu." Evelyn mendengkus lirih. "bagaimana jika kau kalah dan permintaan Gilbert termasuk aneh? Dia bisa saja berbuat tidak senonoh kan?"

Ariel menggeleng, gadis itu menepuk pundak temannya mengukir senyum simpul. "Itu tidak akan terjadi, Eve. Kalian hanya cukup .. percaya padaku. Oke?" Dia menatap Natasha, temannya itu menghela nafas, mengangguk meski setengah tidak yakin.

"Aku percaya padamu, Jiel."

Ariel menyunggingkan senyum. "Evelyn?"

Evelyn menghela nafas, gadis itu berdecak dengan senyum setengah paksa. "Baiklah-baiklah, kami percaya padamu. Jadi, jangan sampai kau membiarkan Gilbert menang, janji?"

Who Made Me a Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang