Natasha Dielle.
Kata orang hidupnya sempurna. Dia memiliki orangtua yang penyayang, mereka perhatian dan selalu menuruti keinginan Natasha. Mereka termasuk keluarga berada dengan status sosial tinggi.
Natasha merasa hidupnya sempurna.
Tapi, tidak pada satu hal.
"Apa? Kenapa melihatku seperti itu?"
Usianya baru lima tahun saat pertamakali berbicara pada kakak kembarnya. Gadis mungil itu menggeleng. "Tidak apa-apa."
Seperti itulah interaksi mereka berdua. Meski keduanya kembar, bukan berarti kedua orangtua mereka memperlakukan dengan sama. Timbal balik yang diciptakan membuat Nathael ingin menang sendiri, menjadikan perangai kasar dan egois. Orangtuanya memanjakan cowok itu seperti karena dia satu-satunya penerus keluarga Dielle.
Natasha tau itu salahnya, dan dirinya tidak dapat melakukan apapun untuk memperbaikinya. Meski demikian, jauh dilubuk hatinya, Natasha ingin dekat selayaknya adik-kakak yang normal tanpa jarak.
Di ulang tahun nya yang ke tujuh. Harapan Natasha terkabul, dia mendengar sendiri pernyataan Nathael mengenai dirinya berkat pembicaraan laki-laki itu dengan tamu mereka, Ariel. Natasha bersyukur kakak kembarnya tidak membencinya, tapi kenapa.. tatapan yang diberikan Nathael masih sama bencinya?
"Apa aku egois?"
"Tidak. Kakakmu saja yang bodoh." Terkejut, Natasha melihat kearah pintu yang terbuka, gadis itu nyaris berjengkit kaget melihat sosok gadis yang berdiri terengah-engah kelelahan. "N-nona Ariel?"
"Hanya Ariel."
"Kenapa anda ada disini?" Ariel menghempaskan dirinya disamping Natasha, gadis itu memejamkan matanya menetralkan keletihannya. Irisnya terbuka saat keringatnya dihapus oleh Natasha menggunakan sapu tangan.
Imut banget sih!
"Natasha baik ya."
"Eh?"
Natasha berkedip tidak paham. Ariel meliriknya sebentar, tersenyum kecil. "Jadi ini tempat persembunyian kamu. Bagus juga." Matanya bergulir melihat penjuru ruangan. Rumah pohon.
Setelah nyaris mencari diseluruh penjuru mansion Dielle, untungnya mereka menemukan jejak kaki mengarah ke rumah pohon. Ariel salut bagaimana Natasha bisa naik menggunakan tangga tanpa mengotori gaunnya, pro sekali.
"Ini adalah tempat favoritku." Natasha berbicara pelan. "saat aku sedih.. ataupun bahagia aku selalu datang kesini."
"Begitu ya. Aku jadi ingin punya tempat favorit juga." Ariel berdiri, gadis itu melihat-lihat lemari kecil yang terpajang boneka kelinci lucu. Cocok sih untuk anak seimut Natasha. "Ini punya kamu?"
Natasha mengangguk. Kedua tangannya berpaut. "Mama membelikannya sepasang dengan milik Nael, tapi punya Nael hilang."
"Dan kau masih menyimpannya?"
"Hu-um. Soalnya itu .. berharga bagiku."
Natasha, jadi adik gue yuk! Ariel mencoba untuk tidak meneriakkan kata itu. Padahal Natasha selalu menjaga barang berharganya dengan Nathael baik-baik, tapi memang dasar cowok egois itu. Tidak hanya menyusahkan Ariel dimasa depan, dia juga sangat menyusahkan kembarannya.
"Kamu nggak benci Nael? Dia selalu .. buat kamu kesusahan kan." Ariel kembali duduk. Dia menoleh pada Natasha yang terdiam lama.
"Aku nggak benci Nael."
Heh~
"Tapi Nael yang benci aku."
Bukan. Cowok itu yang terlalu egois.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Made Me a Villain
Fantasy[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SUDAH TERBIT] Ariel Marshwan. Antagonis wanita dalam novel percintaan berjudul Love Revolusion yang berujung menjemput ajal karena dosa-dosanya. Dosanya yang pertama, mengganggu protagoni...