Sebelum baca yuk kasih tau siapa karakter laki-laki favorit kalian:)
****
"Profesor Vincent, tolong dengarkan saya. Gadis itu memiliki bakat alami, bakat istimewa. Tidak sembarangan orang memiliki hak istimewa seperti dalam dirinya, Profesor." Kaki Profesor Sweeney melangkah mengikuti pria setengah baya yang berjalan memasuki ruangannya. Test Ophelia selesai sepuluh menit lalu, wanita dengan pakaian biru muda yang merupakan Profesor paling muda di akademi itu tidak berhenti mengekor.
Profesor Vincent berhenti, pria itu berbalik. Menatap lawan bicaranya dan menghembuskan nafas. "Profesor Sweeney, anda pasti mengerti. Sudah peraturannya murid terpilih sebagai warna cahaya yang keluar dari dalam cawan. Seterang apapun, bahkan setinggi pilar, cahaya ungu berarti Merpati. Dan Nona Marshwan terpilih sebagai Rank C, Profesor."
"Tapi, Profesor Vincent.." Profesor Sweeney menghela nafas. Wanita itu melirik kearah 'anak emas' sang kepala sekolah yang berdiri disampingnya. Dia menyorot serius. "Tuan Gilbert, anda juga berpikir hal yang sama seperti saya kan? Anda adalah murid Rank S yang memiliki mana sihir yang besar. Anda juga berpikir seharusnya Nona Marshwan terpilih sebagai Rank S, kan?"
Bibir Jason mengatup. Dirinya tidak tau harus mengatakan apa. Jason akan mengangguk setuju jika cahaya mana sihir gadis itu membungkam dirinya dan murid lain. Meski cahaya-nya ungu, Jason tidak bodoh untuk tau ada 'sesuatu' dalam diri gadis itu. "Saya rasa.. pilihan cawan adalah yang terbaik untuk Nona Marshwan, Profesor Sweeney."
"Ta-tapi.."
"Profesor Sweeney." Profesor Vincent memanggil, Alice Sweeney terdiam. "saya tahu anda sangat menyayangkan hal ini, tapi kita tidak bisa semudah itu mengubah pilihan cawan yang sudah ditetapkan. Kami akan membicarakan hal ini bersama pengajar lain, Profesor. Saya harap anda ingin menunggu dengan tenang."
Bahu Profesor Sweeney menurun. "Saya mengerti, Profesor. Saya akan pergi sekarang juga. Terimakasih atas waktu anda."
Wanita bersurai coklat itu meninggalkan ruangan. Jason menatap punggung wanita itu yang semakin menjauh. Dia melirik sosok disampingnya sedikit ragu untuk bertanya.
"Aku tau apa yang ada dipikiranmu, Jason." Jason mendongak, matanya saling bersirobok beberapa saat dengan manik penuh makna Profesor Vincent.
Pemuda itu membuka bibir. "Apa alasan anda tidak memasukkan Ariel Marshwan ke Rank S, Profesor?"
"Tidak ada."
"Tidak ada?"
Profesor Vincent mengangguk. Pria itu berjalan kearah jendela ruangannya, Jason mengikuti langkah kaki pria itu, berdiri disampingnya ketika mata pria itu tertuju pada sesuatu diluar jendela.
"Apa anda tau mengapa Andromeda Siere, pendiri Ophelia menggunakan keempat peliharannya sebagai lambang keempat Rank dan pelindung Ophelia?"
Jason melirik pelan. "Sebagai rasa hormatnya?"
"Sebagai bentuk sayangnya." Profesor Vincent tersenyum lembut. "Ariel dikelilingi oleh orang-orang yang senantiasa disisinya. Mereka ibarat keempat pelindung Ophelia yang setia pada seseorang yang mereka kasihi. Tapi tugas mereka hanya mendampingi, sementara tugas yang 'didampingi' lebih rumit." Mata pria itu kembali tertuju lurus padanya. Profesor Vincent menepuk pundaknya dengan pandangan bermakna. "Cahaya atau kegelapan, pilihan mana yang akan si 'didampingi' pilih."
Kira-kira hal seperti itu yang Jason dengar dari Profesor Vincent.
Iris Jason melirik, telinganya jelas tidak tuli untuk mendengar dumelan yang keluar dari bibir gadis yang bersamanya sejak sepuluh menit lalu. Ariel yang mengepel lantai usang kembali geram mengingat perkataan cukup meyakinkan Jason saat mengatakan, 'Permintaanku tidak merugikan siapapun. Terutama anda, Nona Marshwan.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Made Me a Villain
Fantasy[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SUDAH TERBIT] Ariel Marshwan. Antagonis wanita dalam novel percintaan berjudul Love Revolusion yang berujung menjemput ajal karena dosa-dosanya. Dosanya yang pertama, mengganggu protagoni...