Sebelum baca, yuk mention kota asal kalian:)
**
Suasana ruangan bernuansa coklat itu cukup hening. Meja-meja berdampingan, membentuk kelompok murid-murid baru tahun pertama sementara Profesor Lockhart- yang memberi pelajaran pertama seputar sejarah berdirinya Akademi Ophelia, didepan kelas dan menjadi pusat perhatian mereka.
Tidak semua sebenarnya.
Gadis bersurai keperakan itu menopang dagu, melirik jendela yang bersampingan dengan tempat duduknya- mulai merasa bosan. Dikehidupan sebelumnya, maupun saat ini, sekolah tetap saja membosankan.
Ditengah lamunannya, sekilas bayangan Isabella muncul. Ketika gadis itu berdiri dengan pakaian basah, rambutnya lepek dan tatapan kosong yang mengharapkan bantuan. Meski bibirnya terlalu kelu atau bahkan takut untuk mengatakannya. Ariel berkedut. Protagonis wanita itu sepertinya selalu diganggu sejak pertamakali menginjakkan kaki. Walau Ariel tidak lagi menjadi antagonis, masih ada Rosemary Cossette dan beberapa temannnya.
Terdiam. Iris Ariel menunduk tertuju pada objek yang berjalan di taman Ophelia. Seorang pemuda berseragam rapi dengan surai hitam berkilaunya yang diterpa sinar matahari. Ariel mengerutkan kening saat langkah kaki pemuda itu berhenti, kedua manik hitamnya mendongak kearahnya. Bersinggungan dengan netra birunya beberapa saat.
Dirinya jelas melihat, bahwa pemuda itu-- Jasonic Gilbert menyeringai padanya. Lelaki itu menunjuk dengan matanya untuk mengisyaratkan Ariel menoleh kebelakang.
Gadis itu mengernyit tidak mengerti. Pelan, dia menoleh, meringis dalam hati ketika melihat Profesor Lockhart berdiri dihadapannya, menatapnya dengan satu alis terangkat,
"Sepertinya pelajaran saya tidak terlalu berguna untuk anda yang mendapatkan peringkat satu di ujian masuk, benar?"
Ariel cepat-cepat berdiri. Dia menggeleng beberapa kali, meringis. "Tidak begitu, Profesor. Maafkan saya."
"Saya tidak membutuhkan maaf anda, Nona Marshwan."
Ariel menggigit bibir. Menyadari seluruh tatapan kelas tertuju padanya, bahkan beberapa menghunusnya. Dirinya menunduk, melirik diam-diam kearah jendela dan tidak menemukan keberadaan Jason disana. Pemuda itu lenyap.
Ariel bisa mendengar Profesor Lockhart menghela nafas. Dia memijit pelipis pelan. "Jangan karena kau memiliki kepintaran diatas rata-rata, kau menjadi besar kepala bahkan mengabaikan pelajaran yang diberikan Profesor-mu di depan kelas. Apa kau mengerti, Nona Marshwan?"
"Ya, Prof-"
BRAK
Ariel menoleh, dirinya-- bahkan seluruh atensi murid termasuk Profesor Lockhart menoleh ke sumber suara. Pintu kelas terbuka, seorang gadis dengan seragam setengah kering berdiri diambang pintu. Rambutnya terlihat basah. Kehadirannya sontak membuat seluruh kelas berbisik tentangnya. Bukan sesuatu yang baik.
Isabella Calista menjadi pusat perhatian. Gadis itu menunduk, melihat kedua sepatunya yang masih terasa tidak nyaman dan sedikit basah. Padahal dirinya sudah berusaha keras agar tepat waktu datang ke kelas dan menghindari para perundung. Meski justru yang terjadi adalah Rosemary Cossette dan antek-anteknnya menyiramnya dengan air dan membuatnya basah kuyup sehingga Isabella membutuhkan waktu lama untuk mengeringkan seragamnya.
"Saya rasa anda harus cukup disiplin dalam memahami waktu, Nona Calista."
Isabella semakin menunduk. "Maafkan saya, Profesor."
"Berapa banyak saya mendengar kata maaf hari ini." Profesor Lockhart melirik Ariel, gadis itu melarikan pandang. Pria itu menghembuskan nafas panjang, melihat tetesan air dari seragam Isabella. "dan sepertinya keterlambatanmu hari ini memiliki alasan benar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Made Me a Villain
Fantasy[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SUDAH TERBIT] Ariel Marshwan. Antagonis wanita dalam novel percintaan berjudul Love Revolusion yang berujung menjemput ajal karena dosa-dosanya. Dosanya yang pertama, mengganggu protagoni...