Apakah tawaran Pak Farid sangat menguntungkan atau justru gila? Lima siswa mengabaikan hal itu dan menerimanya, merawat seorang bayi agar Excellent batal dibubarkan.
Excellent merupakan program favorit sekolah berisi lima siswa berprestasi unggulan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semalam, Sadi baru kembali ke apartemen ketika cukup larut. Ketika semua telah tertidur, termasuk Baby Ece.
Banyak hal yang perlu disiapkan, seperti paspor, visa, mata uang internasional. Barang-barang seperti itu telah siap. Pasalnya, Sadi juga pernah mengikuti program pertukaran pelajar bernama Youth Determined, ke Australia, tahun lalu.
Tahun ini, Sadi tak ingin membuang kesempatan untuk pergi ke tempat yang lebih jauh, Finlandia. Melalui program yang sama.
Kemudahan Sadi dipilih dari sekian pendaftar dari penjuru nusantara, karena keberadaannya di Excellent. Pengurus Youth Determined tak memiliki relasi sebaik itu dengan SMA Jagadhita, tetapi Excellent telah lama dianggap sebagai program unggulan sehingga mereka tak ragu memilih Sadina Asyeramila.
Ditambah, terdapat beberapa pelayanan istimewa dari SMA Jagadhita untuk Excellent, khususnya Sadi, seperti dibuatkan surat rekomendasi dan proposal dana. Sehingga, Sadi bisa memaksimalkan waktu untuk mempersiapkan syarat minimal skor toefl, kemampuan bahasa asing, dan kecerdasan guna memahami kurikulum di negara kunjungan.
Mengenakan seragam usai mandi pagi, terasa menyegarkan. Namun, berbeda bagi Sadi kali ini. Foto berbalut bingkai di atas meja kecil menarik perhatian, juga menyedot segudang emosi meluap.
Sepasang suami-istri, putra, dan putri kecilnya tampak bahagia. Sayang, perasaan serupa tak bisa menyalur ke Sadi. Bila ingin bertemu, dia harus pergi ke tanah lapang luas, menghampiri dua batu nisan. Sementara satu yang lain, Sadi benci untuk mengingat adanya orang seperti itu di dunia.
Sadi tak akan menunjukkan raut selain ketus di depan umum. Ketika sendirian, tiada lagi alasan menyembunyikan hal itu. Mata berkaca-kaca, sekilas terkesan lebih indah nan bercahaya, tetapi juga menyayat hati.
Tangan menggenggam erat. Sadi mengalihkan pandangan dan mengambil napas banyak-banyak. Tak ingin air mata menerobos lebih jauh lagi.
Ponsel berdering. Sebelum menerima panggilan masuk, Sadi lebih dulu menstabilkan emosi. Memastikan suaranya tak akan terdengar serak.
"Sadi, apa kabar?" Wanita paruh baya terdengar berbicara dari balik sambungan.
"Bunda, Sadi baik-baik aja." Senyum tipis menggembang di bibir Sadi. Senang sekaligus miris mengetahui dirinya memiliki orang baru yang bisa diseru dengan panggilan semacam itu.
"Belum ada rencana kembali ke panti? Adik-adik bilang merindukanmu."
Sadi tertawa kecil. "Kemungkinan setelah lima bulan, baru bisa kembali. Sadi ikut Excellent lagi di semester empat. Bunda tahu, kan, kami gak boleh meninggalkan area sekolah semudah itu."
"Kamu anak pintar, ya, Sadi. Bunda, pengurus panti lainnya, dan saudara-saudari bakal mendukung apa pun yang kamu inginkan."
Sadi tersenyum, senang mendengarnya. "Mungkin kalo ada kesempatan. Sebelum berangkat ke Finlandia, Sadi mau mampir bentar ke panti."