Apakah tawaran Pak Farid sangat menguntungkan atau justru gila? Lima siswa mengabaikan hal itu dan menerimanya, merawat seorang bayi agar Excellent batal dibubarkan.
Excellent merupakan program favorit sekolah berisi lima siswa berprestasi unggulan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yaya tak memberi jeda antara bel pulang dan aksinya berlari dari kelas. Tiada tujuan selain Apartemen Excellent. Mencari pelaku yang membuat senyum terus mengembang lebar sejak sekian menit.
"Baby Ece!" Melihat si mungil menangis di pangkuan Atra, Yaya langsung mengambil alih. Melempar-lempar bayi ke atas. Tawa kencangnya memicu ekspresi serupa pada gadis kecil itu.
Dirasa cukup tenang, Yaya menggendongnya di depan dada. "Baby Ece masih rewel tadi?"
"Yap, sampai sebelum lu datang." Atra membuang muka, tampak berat hati mengakui dirinya kalah dengan Yaya dalam hal menghibur bayi. "Lagian, kalo gak salah denger, kemarin lu nyerahin Baby Ece ke gue." Rautnya berubah total, ditambah senyum miring.
Yaya berdehem. Menjauh dari Atra dengan dalih mengajak Baby Ece melihat ke luar jendela.
"Ya." Melihat rekannya tak kunjung merespons, Atra tak berhenti. "Yaya!"
"Gini," Yaya akhirnya kembali menatap Atra, "jujur, gue terlalu kebawa emosi kemarin. Gak suka aja kalo Ayah marah-marah. Jadi ... gue mau ngerawat Baby Ece asal gak mengganggu kelas bimbingan."
"Kecuali di saat darurat," Atra menambahi. "Setuju?"
Yaya berpikir keras, kemudian menghembuskan napas berat dan mengangguk. Hendak bicara, tetapi perhatian dicuri oleh Baby Ece yang mulai merengek. Tanggap, dia melempar-lempar ke udara sambil tertawa lagi.
"Kalo lu bisa bikin Baby Ece ketawa dengan mudah," Atra memandang mereka penuh analisis, "kenapa kemarin ngeluh gak bisa ngatasin Baby Ece?"
"Bayi gak selamanya diam cuma dengan digodain aja." Yaya mendadak berbalik, menatap Atra kesal. "Gimana kalo dia nangis kencang, sedangkan bikin susu formula gak sebentar? Belum lagi gantiin popok?"
Atra mengangguk paham, dia sendiri tahu seberapa repotnya hal itu. Tak ada yang bisa diucapkan lagi.
"Tapi bisa dibilang gue emang hampir gak pernah bikin cewek nangis, termasuk Baby Ece." Yaya mendadak bergaya penuh percaya diri. Seolah dialah satu-satunya lelaki baik nan rendah hati di muka bumi.
Atra tertawa remeh. Memutar bola mata malas.
"Iya, kan, Baby Ece?" Yaya mengangkat Baby Ece sedikit lebih tinggi. Menempelkan wajah dengan pipi super tembamnya. Kemudian membuat-buat efek suara khas mengecup yang berlebihan.
Hati penuh bunga-bunga Yaya terbalik setengah lingkaran dibandingkan Baby Ece. Lihat saja, tangisan kencang seketika pecah.
Atra memekik. "Apanya yang hampir gak pernah bikin cewek nangis?"
***
Semenjak pertama kali menginjakkan kaki di SMA Jagadhita, Raven Louie Edwardo secara signifikan merebut posisi siswa populer lain—termasuk Den dan senior-senior—serta dalam waktu singkat menjadi cowok most wanted sekolah.