Apakah tawaran Pak Farid sangat menguntungkan atau justru gila? Lima siswa mengabaikan hal itu dan menerimanya, merawat seorang bayi agar Excellent batal dibubarkan.
Excellent merupakan program favorit sekolah berisi lima siswa berprestasi unggulan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Atra menyandar kursi. Kurang bisa berkonsentrasi pada penjelasan guru. Pasalnya, dia terpikir peristiwa tadi pagi.
Atra berniat menjaga Baby Ece untuk sekian kalinya hari ini. Perawatan pagi gadis mungil itu sudah lengkap. Mandi, pakaian bersih nan wangi, memakai minyak tubuh, minyak rambut, bedak, dan parfum. Juga susu botol yang baru saja dibuat, akan segera diberikan.
"Biar gue aja, At." Yaya hendak mengambil alih Baby Ece dari gendongan Atra, tetapi pemuda itu menghalau.
"Gak apa-apa." Atra tampak santai.
Yaya sekali lagi berusaha meraih si bayi, tetapi masih nihil. "Kenapa? Kita bisa gantian, 'kan?"
"Gue gak masalah kok jagain Baby Ece hari ini. Lu masuk kelas bimbingan aja." Atra mengeratkan pegangan pada si mungil yang kadang kala terkekeh sendiri.
Yaya terdiam sejenak. Membuang muka cemberut. Kemudian perhatiannya beralih ke Baby Ece. Memegang jemari mungilnya, menggerak-gerakkan ke kanan-kiri. Spontan tawa renyah menggemaskannya menggelegar.
Yaya tersenyum tipis, merasa terhibur. Sementara Atra menatapnya penuh curiga. "Gak usah nyari pembelaan."
Tatapan bergeser ke Atra lagi. "Bukan gitu .... Lagian lu udah sering bolos, 'kan? Ada baiknya buruan hadir di kelas sebelum jumlah absensi lu dipertanyakan." Tak kunjung mendapat respons, Yaya kembali berceloteh, "Kalo lu gak mau ya udah."
Usia membalikkan badan, Yaya beranjak menuju pintu. Seketika, Baby Ece mengocah seakan-akan protes akan kepergian pemuda itu. Tanpa henti, kian kencang, perlahan-lahan berubah menjadi seperti rengekan.
Bocah itu baru terdiam saat Yaya berbalik lagi guna menatapnya, tak lupa dengan senyum manis. Cekikik lucu si kecil terdengar lagi, dia menggeser pandangan ke Atra. "Baby Ece yang memutuskan."
"Jangan lupa izin ke Pak Haris, biar gak jadi masalah."
Atra terpaksa menyetujui permintaan Yaya. Selain karena Baby Ece, kalimat pemuda itu terkait absensi ada benarnya juga. Terlebih, dia butuh istirahat dari kepenatan merawat si bocah guna menjaga performa agar dapat memimpin Excellent dengan baik.
Itu berarti, tak salah dia berada di kelas saat ini. Namun, peristiwa tadi pagi tetap berputar di kepala. Atra terpikir tentang Yaya. Bukan berarti meragukan pengetahuan pemuda itu di bidang fisika, melainkan sebagai calon perwakilan SMA Jagadhita dalam OSN—terlebih merangkap anggota Excellent—tak seharusnya terlalu sering meninggalkan kelas bimbingan.
"Sebenarnya gak banyak yang perlu disiapkan Yaya terkait prestasinya ...," Atra bergumam, tak bohong ada kekhawatiran dalam hati, "tapi kalo sampai ada kemunduran perkembangan, gak lucu dong." Hal itu memang belum bisa dikatakan terjadi saat ini, tetapi ada baiknya dia berjaga-jaga.
"Ihatra Jagadhita."
Tamu tak diundang memasuki ruangan kelas, seketika lamunan Atra buyar. Dia duduk tegak. "Bapak Kepala Sekolah?"