Universitas Tercinta (4) #Anyas

25 2 0
                                    

Kampus Tercinta

"Pengumuman: seluruh Angkatan 2019 berkumpul di gedung Aula Universitas Tercinta pukul 10.00 pagi"

"Anyas? woy, liat jalan jangan liat hp!" ujar Rangga.

"Eh Mangga busuk..." ujarku

"Ada pengumuman apa? kayaknya serius banget" tanya Rangga.

"Makanya buka tu wa. Kebiasaan banget kalau gak ada yang chat duluan, gak bakal buka wa." ujarku ketus

"Iya iya iya, masih pagi pagi udah marah. Cepat tua loh!" ujar Rangga sambil menarik rambutku, sehingga membuatku makin kesal dan mengejarnya.

"Ih jangan lari lo!" teriakku sambil mengejar Rangga

---

Seluruh mahasiswa angkatan 2019 sudah berkumpul di Aula Universitas Tercinta. Sambil menunggu dosen dari bagian kemahasiswaan, tentu saja ruangan Aula ini menjadi sangat ribut dengan bisikkan-bisikkan kecil dari setiap mahasiswa, bahkan yang tidak segan-segan sekelompok orang yang ada di pojokkan sebelah kanan paling depan tertawa terbahak-bahak, sehingga membuat keributan di aula ini semakin bertambah.

"Anyas, lo kenal gak sama tu cewek gila yang gue maksud?" tanya Rangga padaku

"Yang jaga toko roti itu ya?" tanyaku balik

"Iya betul, ternyata dia mahasiswa di sini juga loh, sekelas sama gue." ujar Rangga dengan penuh semangat

"Oh." jawabku judes

"Kok Oh aja sih?" tanya Rangga

"Gue gak denger, di sini berisik banget..." ujarku.

Tidak tahu kenapa ketika Rangga menceritakan tentang cewek gila itu membuat hatiku tiba-tiba rasanya sakit sekali. Saat ini aku teringat dengan kalimat cewek cantik penjaga toko roti enak, yang ternyata adalah cewek gila yang dimaksudkan oleh sahabatku.

"kamu sesayang itu ya sahabatnya" ujar cewek cantik penjaga toko roti enak alias cewek gila di mata sahabatku. Meskipun aku tahu Rangga sangat membenci cewek itu, tapi bisa saja kana pa yang aku katakan padanya mengenai hati-hati jatuh cinta karena terlalu benci itu menjadi kenyataan. Spontan aku memukul kepalaku sendiri yang berpikiran aneh-aneh, aku gak mungkin tergelincir dalam jurang cinta itu, gak mungkin dan gak mungkin.

"He lo ngapain pukul kepala gitu? lo gila ya?" aku terkejut ketika Rangga tiba-tiba memegang tanganku.

"Oh gpp" ujarku

"Selamat pagi anak-anak Angkatan 2019..." tiba-tiba ada yang berbicara di depan aula menggunakan pengeras suara. Tentu saja dengan spontan semua keributan yang ada di aula kini berubah menjadi hening, dan membalas ucapan selamat pagi dari dosen kemahasiswaan "Selamat pagi bu" tanpa ada aba-aba, semuanya serentak.

"Oke, tujuan ibu mengumpulkan kalian di sini adalah kita akan mengadakan acara wisata selama tiga hari ke Bali. Ini adalah program kampus untuk setiap angkatan yang lulus masa percobaan selama satu tahun. Jadi selamat untuk angkatan 2019, karena kalian bisa melewati masa percobaan satu tahun" ujar ibu Mona semangat

"Yeayyyy" spontan satu angkatan berteriak kesenangan, karena ada acara wisata selama tiga hari ke Bali.

"Dan acara akan dilaksanakan minggu depan, kita akan berangkat menggunakan bus 5 bus sekolah, karena kita akan menempuh perjalanan darat selama kurang lebih 3 hari. Silahkan mempersiapkan diri, jangan ada yang sakit, kalaupun ada yang punya penyakit tertentu tolong menyediakan obatnya masing-masing, dan selamat pagi. Silahkan melanjutkan aktifitasnya..." ujar bu Mona.

Setelah bu Mona pergi meninggalkan ruangan Aula, kamipun bergegas untuk keluar dari aula menuju ke kelas masing-masing. Tentunya dengan keadaan hati yang berseri-seri. Siapa sih yang tidak senang, pergi wisata ke Bali tanpa mengeluarkan biaya perjalanan, tinggal bawa diri sama barang-barang aja.

"Lo ada kuliah gak?" tanya Rangga, "Iya ada, dikit lagi mau mulai kuliahnya." jawabku

"Eh Rangga, lo hebat ya? kemarin sama si Bunga, sekarang sama si Anyas. Lo milih yang mana sih?" tiba-tiba terdengar suara dari belakang kami. Spontan aku dan Rangga melihat ke arah belakang, "Eh lo Cong, ngapain ngomong kek gitu? emang si Bunga itu siapa?" tanya Rangga.

"Yaelah pura-pura gak tahu lagi, kenapa? lo takut ya ketahuan sama Anyas? hahahaha, makanya kalau pengen punya cewek banyak, jangan yang sekampus gini dong" ujar seorang cowok yang dipanggil Cong sama Rangga

"Jaga ya mulut lo!" bentak Rangga sambil menarik kerah bajunya si Cong, spontan aku menahan Rangga, "Rang, rangga, jangan...Lepasin kerah bajunya sekarang." ujarku pada Rangga yang melepaskan kerah baju si Cong dengan perlahan sambil melihatku.

"Takut juga ya lo sama Anyas? hahaha" si Cong masih saja mengundang kemarahan Rangga dan pergi begitu saja. "Udah jangan emosi lagi kek gini, ingat loh kita lagi di tempat rantau, jangan bikin ulah kek tadi lagi ya?" ujarku pada Rangga sambil mengelus pundaknya.

"Iya maafin gue ya?" ujar Rangga sambil memegang tangan dan menatap mataku. Tiba-tiba jantungku berdebar tidak menentu, "apa-apaan ini? kok gue deg deg an gini sihhh!" ujarku dalam hati.

"Anyas? oy?" Rangga berusaha memecahkan lamunanku. "Eh iya gpp kok, yaudah aku ke kelas dulu ya? eh maksudnya gue ke kelas dulu, bye..." aku tidak tahan lagi dengan wajahku yang memanas, bisa saja saat ini wajahku sudah sangat merah, sehingga aku lebih memilih untuk lari dari hadapannya.

Sepanjang koridor kampus aku berlari sambil memegang wajahku yang masih panas, sekali kali aku melihat tanganku yang dipegang Rangga ketika dia meminta maaf mengenai ulahnya tadi karena si Cong yang memancing emosinya.

"Gila, gue gak mungkin jatuh cinta sama sahabat gue sendiri, argh............"

DARI AKU YANG TAK DICINTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang