Happy ReadingSepertinya Gito pandai merayu Mira agar mau refreshing ke Bar & Lounge di bilangan Jaksel. Setelah menikmati manis - manis penuh kalori, tenang, dan cool. Saatnya membakar kalori di floor dengan menikmati crowd dan sajian musik pilihan dari DJ terkenal. Dan menukar kalori dengan kehangatan alkohol.
Karena Gito begitu antusias, Mira jadi terbawa suasana. Dari luar saja sudah terasa sayup - sayup dentuman musik dan kelap kelip cahaya lampu dari luar pintu masuk. Banyak pasangan muda yang ber-sat night ria ke sana. Sepertinya memang menyenangkan menurut Mira. Aura anak mudanya begitu kencang ketika memasuki lobby. Hentakan musik makin kencang ketika kaki melangkah di area lounge.
Dentuman musik itu memang menghipnotis siapapun agar terus bergoyang selama di dalam. Dinginnya suhu udara lounge wajib ditebus dengan penawar aneka minuman alkohol yang menghangatkan badan. Banyak cewek - cewek yang berpakaian minim, bahkan cenderung hanya bra dan celana super pendek. Namun panasnya alkohol telah menjalar dalam darah dan membuat tubuh mereka hangat dan goyangan non stop di floor, tidak mereka rasakan dinginnya aliran udara di sana.
Mira yang bertank top ria dan short tennis skirt, rupanya masih ragu - ragu menenggak cocktail cosmopolitan-nya. Gito sudah tak sabar turun ke floor, ia menunggu reaksi Mira. Namun tubuhnya terus saja mengikuti irama dan alunan lagu yang bass-nya begitu menghentak dada.
"Turun yok!!" ajak Gito.
Mira mengangguk.
Mereka meliuk - liuk menari membayangi irama lagu yang berdentum keras. Begitu bergejolak di dada. Keseksian Mira tak disangka Gito, gadis itu amat fasih bergoyang, malah terkesan erotis dengan pakaian dan tariannya yang liar. Gito bisa melihat diantara keremangan lampu, kedua bongkahan bulat dan belahannya. Serta gundukan perut Mira dan hiasan pusar bulatnya. Gito turn on memandanginya.
Ia coba meraih pinggul Mira, tak ada reaksi. Mira sudah hanyut dalam lagu. Gito mendekatkan tubuhnya dan memberanikan diri memeluk sampai dadanya bisa merasakan kekenyalan bongkahan kenyal dada Mira. Mereka bergerak ke segala arah bersama seolah sudah sepaham jalan pikiran mereka akan arah lagu ini.
Tangan Gito dibiarkan Mira memeluk punggungnya. Kepala Mira mendongak dan bergerak ke kanan dan ke kiri. DJ itu piawai memainkan crowd agar terus bergoyang dan bergerak. Bahkan ketika crowd menjura, Mira pun menjulurkan kedua tangan di atas. Gito jelas melihat ketiak Mira yang mulus dan putih. Ingin sekali rasanya bibir Gito terbenam di sana. Ia juga bisa merasakan aroma wangi parfum Mira yang semerbak di sekitar lehernya.
Mereka kembali ke meja, menenggak alkohol. Mira memesan kembali cosmopolitan, Gito memesan favoritnya Mojito. Tak ingin musik menunggu, mereka turun lagi ke floor. Gito memeluk pinggul ramping Mira, tubuh mereka saling menempel. Jarak kedua wajah mereka sebatas ruas jari. Bau alkohol menyeruak tak mereka pedulikan. Kedua kening mereka sudah menyatu. Dalam keadaan tipsy, mereka saling memuji.
"Lo cantik banget, Mir! I love you!"
"Lo juga, Git, ganteng!"
Gito ingin melumat bibir merekah dihadapannya, namun tiba - tiba crowd berubah. Mira melepaskan pelukan dan melompat bersama yang lain seiring DJ menginterupsi mereka yang sedang mencoba french kiss dengan musik yang makin menggila. Semua melompat, berteriak, dan berputar. Gito mengikuti saja, memeluk Mira dari belakang. Sesekali memberanikan diri mengecup leher Mira karena gemas. Mira tersenyum dan menggeliat, alkohol sedikit mengganggu kesadarannya.
Kali ini Gito tak mau melewatkan kesempatan lagi. Ia seperti mendapat angin tadi, maka ia manfaatkan sebaik - baiknya. Saat Mira menghadap dirinya, tangan Gito cepat mengunci tubuh Mira dengan merangkul punggung dan merapatkan tubuhnya, satu gerakan cepat Gito melumat bibir Mira, perempuan itu menyambutnya mesra. Gito merasakan hembusan deru nafas hangat Mira di wajahnya. Dipegangnya kepala belakang Mira sebagai kuncian agar bibir Mira tetap melekat. Lidahnya dengan mudah menerobos dan menari di dalam rongga mulut Mira. Hanya Gito yang mendengar erangan dan desahan kencang Mira.
Tangan Gito kini lebih leluasa dan makin menggerayangi tubuh Mira. Tentu Mira merasakan rangsangan seksual saat tangan Gito mulai meraba bongkahan kenyal di dadanya, tak ada penolakan dari Mira. Ia menerima begitu saja perlakuan Gito. Bahkan ketika Mira mengerang keenakan sembari terus bergoyang, kepalanya mendongak. Gito melesakkan ciuman di leher, belakang telinga dengan cepat.
Alkohol telah membutakan perasaan Mira, ia tak malu lagi. Toh ia lihat banyak yang melakukan hal yang sama di floor. Tubuh Mira bergetar dan menggelinjang merasakan rangsangan hebat dari tangan liar Gito menjamah bagian diantara kedua pangkal pahanya dan bibirnya yang meninggalkan jejak merah di lehernya. Tak ada niatan Mira menghentikan percumbuan itu. Karena ia sendiri merasakan desir sensualitas yang menjalar tubuhnya.
Beberapa gelas cocktail sudah mereka tenggak di meja, waiter sudah diminta mengantarkan bill. Susah payah Gito mengambil kartu kredit dari dalam dompetnya. Ia mabuk berat. Mira masih setengah sadar dan bisa berpikir, bagaimana caranya pulang jika Gito mabuk berat? Ia sendiri tak bisa menyetir, kalaupun bisa ia juga mabuk. Fatal akibatnya nanti. Dan benar saja, Gito ambruk di sofa tempat mereka duduk. Mira menggoyangkan tubuh Gito, tak bergeming. Gito sudah melayang ke alam mimpi yang indah.
Susah payah Mira melangkah menuju toilet. Matanya samar - samar menembus keremangan bar mencari pintu berlogo wanita. Di dalam sebuah bilik, ia muntahkan semua isi perutnya. Termasuk bergelas - gelas cocktail yang baru saja ia minum. Ironis. Mahal dibeli, dimuntahkan begitu saja. Pakaiannya sedikit terciprat dari muntahannya, tak ia pedulikan. Kesadarannya terlalu lemah membersihkan itu. Mira jatuh terduduk di dalam bilik, ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. Badrun.
°°°
"Aku pergi sebentar ya?" ujar Badrun sembari memakai jaket kebesaran warna hijau.
"Kemana, Drun?"
"Mira minta dijemput di bar."
"Bar? Jam segini?" Chika melirik jam dinding. Pukul 01.20 "Tapi kamu lagi masuk angin?"
"Gapapa, aku udah baikan kok. Berkat kerokan." Badrun mengecup kening Chika. "Kamu baik - baik ya. Agak jauh tempatnya."
Chika mengangguk. "Hati - hati di jalan ya, Drun."
"Iya," Badrun merespon dengan senyumannya.
Setelah memastikan membawa helm cadangan dan jaket, motornya melaju perlahan. Perjalanan cukup jauh, setengah jam perjalanan ditempuh Badrun dengan kecepatan tinggi. Ia tidak ingin terlambat. Tak dipedulikannya dinginnya angin malam menembus jaket ojolnya. Rasa menggigil tubuhnya kembali kambuh, ia abaikan.
Suasana di Bar and Lounge cukup ramai, Badrun berdiri agak jauh dari pintu masuk karena cukup bising suara dentuman musik yang terdengar keluar. Ia barusan tak bisa masuk, ngga punya cukup uang untuk membayar first drink charge. Ia memutuskan menelepon Mira dari luar.
"Mir, ini Badrun."
"Ka-kamu di-mana?" suara Mira terdengar tidak jelas dan seperti gumaman. Ia sedang tipsy.
"Di luar. Aku ngga bisa masuk."
"Ma-suk aja, Drun..."
"Anu...ngga punya uang." Poor Badrun.
Klik. Telepon diputus Mira.
Sepuluh menit kemudian Mira dipapah security keluar dari Bar. Badrun lekas menghampiri dan mengambil alih Mira. Di parkiran, Mira sempat jackpot lagi. Sebelum Badrun kemudian memakaikan helm half face dan jaket ke Mira agar tidak kedinginan, mengingat pakaian Mira yang banyak bukaan mengundang angin untuk masuk.
Memboncengi orang yang sedang mabuk tentu merepotkan dan membahayakan. Terjatuh misalnya. Karena posisi berdiri dan duduk sudah sulit menjaga keseimbangan. Badrun lalu mengikat tubuh Mira dan dirinya menggunakan ponco kuat - kuat di atas motor. Setidaknya jika badan Mira miring, ia juga merasakan hal itu dan bisa segera menepi.
Sepanjang jalan Mira beberapa kali muntah, mengenai pakaian Badrun dan Mira sendiri. Tak Badrun pedulikan, ia hanya berhenti saat Mira kesulitan menyeimbangkan tubuhnya. Perjalanannya menjadi lebih lama dari pas berangkat karena persoalan itu. Yang ada dipikirannya bisa pulang dengan selamat.
°°°
Tbc
Klik vote
NEXT PART :
Dari belakang Badrun bisa merasakan bibir gadis itu menjalari lehernya mesra. Badrun tak kuasa menahan geli dengan sedikit menggeliat. Kecupan - kecupan Chika semakin ganas dan ia bisa merasakan hembusan nafas Chika yang memburu.
![](https://img.wattpad.com/cover/243010975-288-k791587.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Badung 2 [END]
Fiksi PenggemarCerita bersambung dengan bahasa yang ringan tentang Chika, Vivi, Mira, dan lain - lain. Semoga suka 😊