20 - Minggu Ceria

1.2K 87 2
                                    

Mumpung member JKT48 masih eksis,
sisa mood menulis masih ada
vote yang sepi
jadi author akan
selesaikan ff BB2 dalam minggu ini
mau di vote ya silahkan
ngga ya terserah
hari ini publish tiga part sekaligus

Terima kasih sudah membaca

Salam

Happy Reading

"Hachiim..."

"Yah Badrun bersin," keluh Mira.

"Kelamaan mandi tadi, Kak. Masuk angin," timpal Chika. Mengambil sapu tangan dan membubuhkan minyak kayu putih. Ia berikan ke Badrun agar dihirup biar flu nya mereda.

"Haaach–"

Chika memencet hidung Badrun gemas. Ekspresi wajah Badrun yang menahan bersin membuatnya tertawa. Pria itu lalu menghela nafas panjang dari wangi minyak kayu putih di saputangan. Kemudian membuang nafas lewat mulut karena hidungnya sedikit tersumbat.

"Kamu tiduran aja, Drun. Aku sama Chika masak sup buat kita," ujar Mira, memegang kening Badrun. Mengecek suhu tubuhnya dengan punggung tangan. Normal. Flu biasa karena kelamaan mandi.

Badrun mengangguk lemah tanpa memperhatikan mereka. Matanya terpejam bersandar di tembok di atas kasur tipis sembari menarik nafas yang agak tersengal. Mira dan Chika beranjak ke dapur hendak memasak sup sayuran. Mira sudah belanja berbagai keperluan masakan mereka setelah memandikan Badrun tadi pagi.

"Kak Mira?" Chika menyapa Mira yang sedang mencuci sayuran. Ia sendiri melihat saja karena tak pandai memasaknya.

"Apa, Chik?"

"Kalau dipikir, kita bukan kayak pacar Badrun ya?" Chika tersenyum. Memandangi wajah cantik Mira yang anggun.

"Terus apa?" Mira menoleh usai mencuci wortel dan kentang.

"Istri. Cuma belum sah aja," jawab Chika singkat, terkekeh. Wajar ia mempunyai pemikiran seperti itu.

Mira ikut tertawa mendengarnya. Cara bicara Chika yang serius menyebabkannya. "Kamu ada - ada aja. Tapi ada benernya sih."

"Ya kan?" Chika menjelaskan, sikap Badrun begitu sabar selama ia tinggal. Memberinya uang, pakaian, perhatian, sikap Badrun yang menurutnya ideal dan langka. Tidak pernah Chika melihatnya marah, mengeluh, atau menyerah. Apapun dilakukan Badrun agar Chika mendapatkan yang terbaik. "Kak Mira mau janji sesuatu sama Chika?"

"Janji apa dulu?" Mira menghentikan mencuci sayuran. Ia menghadap Chika. Wajah Chika terlihat serius. Jemari Mira menyentuh dan  menaikkan dagu Chika yang menunduk. "Chika?"

"Aku, cepat atau lambat pasti ketahuan ada di sini. Kalau misal kita pisah, Kak Mira janji ya nikahin Badrun?" Wajah Chika memelas. Seolah meminta janji itu harus ditepati Mira. Sorot matanya yang mulai berkaca - kaca menyiratkan hal itu. Mira belum merespon permintaan Chika. "Dan andai, entah kapan. Kita bisa ketemu lagi, dalam keadaan apapun. Aku boleh jadi istri kedua Badrun ya?" Chika terisak.

Saat itu juga Mira mendekap erat tubuh Chika yang lunglai karena haru. Chika menangis pelan di pelukan Mira agar tidak terdengar Badrun. "Ya Tuhaaan, Chika. Kenapa kamu mikirnya sampai sejauh itu?" Mira menepuk dan mengusap lembut punggung Chika. Ia juga membelai puncak kepala Chika sampai ke bagian belakang kepala. Diciuminya kening Chika, ia sedikit jinjit karena Chika lebih tinggi dari Mira.

"Aku sayang Badrun, Kak. Sayang banget. Aku janji bakal setia sama Badrun. Chika janji akan kembali untuk Kak Mira, Badrun."

Mira merenggangkan dekapannya, menyentuh pipi Chika dengan telapak tangannya dan mengusap pelan pelupuk mata Chika dengan ibu jarinya. "Ada banyak hal yang tidak bisa kita duga di masa depan. Apapun itu Kak Mira janji, menunggu Chika." Mira terkekeh kecil. Air matanya pun meleleh. Rasa harunya tak terbendung juga.

Bidadari Badung 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang