25 - This Is The Way

2K 109 47
                                    


Happy Reading


Perubahan tentu menjadi bagian dalam setiap hidup manusia di dunia ini. Perubahan fisik, mental, karir, kebahagiaan, emosi. Ada sebuah quotes, meskipun tidak semua hal dapat diubah, namun tanpa tindakan perubahan, segala sesuatu tidak akan berubah. Dan tidak semua hal yang ada di dunia ini dapat diubah, namun tidak ada yang dapat diubah sampai kita berhasil menghadapinya. Karena bagaimanapun untuk merubah sesuatu butuh pengorbanan yang tidak sedikit, termasuk sabar.

"Tolong yang di dalam truk di keluarin aja semua, ditaro di atas ya?" perintah Pak Ari sambil mengecek daftar barang yang keluar dari truk.

"Iya, Pak. Siap," ujar Badrun tegas. Ia lalu masuk ke dalam truk dan mengangkat kardus bertuliskan LED TV.

Hari itu, kantor kedatangan unit PC baru untuk keperluan kantor dalam rangka upgrade hardware untuk menunjang kinerja pada karyawan. Badrun sebagai supervisor security yang membawahi dua anak buah, bolak balik naik turun ke lantai tiga. Sesekali ia menggoda seorang perempuan yang bekerja di lantai dua. Sontak setiap Badrun "Ssst...." Mendapat teriakan "Cieeeee..." dari penghuni ruangan kerja. Wajah yang digoda langsung berubah merah jambu. Tersipu malu.

Di bawah, Badrun duduk sejenak di bangku bawah pohon dengan keringat bercucuran setelah empat kali naik turun. Ia melepas topi satpamnya dan mengipas - kipas kepalanya. Dilepaskan saru kancing bajunya yang basah karena kegerahan.

"Ffiuuuh...." Matanya menatap sembarang ke arah depan. Berkeliling entah apa yang ia cari. Lalu seorang wanita duduk di sebelahnya. Tangannya memegang sebuah botol minuman ringan dan membuka tutupnya.

"Ini minum..." perintahnya. Badrun mengambil dan menenggak tanpa menyentuh bibir botolnya. Diberikan kembali ke wanita itu.

"Makasih, Mir. Lega." Badrun melepaskan senyum gantengnya yang wanita itu lalu menyenggol lengan Badrun karenanya. Senyumnya Badrun maut. Bikin klepek - klepek Mira sejak dulu.

"Aku boleh tanya?"

"Apa, Mir?"

"Kamu masih berharap Chika kembali?"

"Aku berharap, tapi tidak menunggu. Aku ngga mau kamu menunggu sesuatu yang aku sendiri tidak tau kepastiannya." Badrun melirik sisi wajah Mira yang cantik.

"Aku sayang sama kamu."

"Nikah yuk?" tutur Badrun.

"Ih, ga romantis banget ngajaknya." Mira mencubit kulit lengan Badrun.

"Yang romantisnya malem minggu aja, sekarang aku ngucap dulu."

"Siapa sih yang ngga mau nikah sama kamu?" Mira tersenyum lebar. Bahagia.

Mira melingkarkan tangannya di lengan Badrun dan bersandar di bahu. Badrun mengelus sekilas puncak kepala Mira.

"Woy, Drun!! Pacaran aja lo! Bantuin!"

Mira terkekeh melihat Udin.

Badrun menjempolkan tangannya karena mendapat pelototan dari Udin, anak buahnya yang sedang mengangkat kardus. Ia pun cepat mengecup kening Mira dan menepuk lengan Mira.

"Aku kerja lagi ya?" Sekali lagi, ia mencium puncak rambut Mira. Badrun melepaskan lengan Mira yang menggelayut, ia menghampiri truk dan mengangkut lagi barang - barang dari dalam sana yang seakan tidak selesai - selesai.

Empat tahun adalah waktu yang cukup lama ketika segala sesuatu berubah menjadi lebih baik berkat kesabaran dan ketabahan. Tidak ada perubahan yang cepat akan menghasilkan output yang baik dan sempurna. Perubahan butuh proses pembentukan ke arah yang positif. Satu tahun lebih Mira menunggui Badrun di rumah sakit sampai lelaki itu sembuh total dan tertata kembali kejiwaannya yang sempat terguncang hebat. Memang Badrun tidak bisa melupakan Chika, namun setidaknya Badrun sudah bisa mengikhlaskan dan bersikap makin dewasa dan matang menghadapi setiap permasalahan hidup.

Bidadari Badung 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang