8.1 - Pengakuan

939 99 28
                                    


Happy Reading

Motor Badrun mengarah ke kantor. Urusan kerjaan Mira sudah beres. Badrun masih ada shift sampai jam delapan seperti biasa.

"Mau langsung pulang, Mbak?"

"Ke kantor dulu, Drun. Mau menyerahkan berkas. Habis itu baru anterin saya pulang."

"Siap, Mbak."

"Drun?" Mira menepuk pundak Badrun.

"Kamu punya adik?"

"Ngga punya, Mbak." Badrun sedikit menoleh. Sekadar memberi perhatian pada lawan bicara di belakangnya.

"Yang di rumah kamu itu adik atau sepupu, Drun?" Mira langsung menembak jantung Badrun. Dorr. Andai Badrun melihat tatapan tajam Mira saat mengatakan kalimat pertanyaan itu. Pastilah Badrun tak berani menatapnya. Kena skak mat.

"Anu, Mbak. Sepupu."

"Jujur aja, Drun!"

"Dia udah saya anggap adik sendiri, Mbak." Suara Badrun bergetar.

"Kamu mau beli hape baru?"

"Ooh. Itu tadi saya nanya - nanya aja, Mbak. Iseng sambil nunggu Mbak Mira."

Mira diam. Bukan berarti menerima semua perkataan Badrun. Entah darimana feeling yang didapatkan Mira. Merasa semua perkataan pria didepannya adalah kebohongan atau ada sesuatu yang ditutupi. Dari cara bicara Badrun saja, Mira sudah mengetahui Badrun tidak jujur.

Sesampainya di kantor, tangan Badrun digamit masuk ke dalam sebuah ruangan kecil 2x2 meter, yang biasa dipakai untuk interview karyawan baru. Badrun pun segera tahu ada yang ia salah ucap sepanjang perjalanan. Ia kadang bingung, bagaimana Mira selalu kepo dengan kehidupan pribadinya. Sedangkan Badrun tidak ingin merepotkan siapapun.

"Yang di rumah kamu itu adik atau sepupu?"

Badrun tidak langsung menjawab, ia menjeda beberapa menit. Berpikir. Berbohong rasanya sia - sia. Mira pasti curiga. "Memangnya adik atau sepupu masalahnya di mana, Mbak Mira?"

"Atau jangan - jangan pacar kamu?"

"Saya ngga serendah itu, Mbak Mira." Badrun menatap tajam mata Mira.

Mira berdecak, menyesal kata itu keluar begitu saja, "Maaf, Drun. Saya emosi."

"Apa ada kata - kata saya yang membuat Mbak Mira emosi?"

"Ngga tau, Drun. Maafin saya." Mira menangkupkan wajahnya dengan telapak tangan.

Badrun menunduk lagi. Disempatkan melirik Mira yang masih menutup wajahnya memakai telapak tangannya. "Mbak Mira kenapa?"

Mira menggeleng. "Saya juga bingung, Drun."

"Kalau ada unek - unek, ngomong aja, Mbak. Saya terima."

Mira membisu beberapa menit. "Jangan di kantor, Drun."

"Di mana, Mbak?" tanya Badrun.

"Di rumah saya. Kita ngobrol."

"Shift saya masih sampe jam–"

Mira memotong kalimat Badrun. "–saya mintain izin kamu pulang cepet."

"Iya, Mbak." Badrun manggut. Menurut. Tak kuasa menolak permintaan Mira.

°°°

Badrun berada di ruang tamu rumah Mira. Rumah besar itu terlihat sepi. Interiornya bagus, rapi, dan artistik. Nuansa warna putih dan banyak pajangan di sudut di ruang tamu serta di sebuah lemari pajangan. Tak lama Mira datang membawa dua buah kaleng minuman ringan dan sedotan di atasnya. Gadis itu duduk di sebelah Badrun. Tidak langsung bicara.

Bidadari Badung 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang