Pukul 11:00, aku masih menengelamkan diri di dalam selimut. Mematikan hand phone. Berusaha untuk tidur kembali, merasakan tubuhku yang masi terasa lemas. Meski demamku mulai mereda.
Ku putuskan tidak kerja. Menyerahkan sejumlah pekerjaan pada Rio, kawan sejawat yang juga bekerja di studio milikku.
Cklekk
Cklekk
Ada yang memutar gagang pintu, lalu tersengar suara Rio berteriak dari bawah.
"Masuk aja Rai, biasanya gak di kunci!"
Umpanku mematikan Handphone rupanya berhasil. Aku tersenyum di balik selimut, pura-pura tidur.
Kreak...
Tap
Tap
TapKini langkahnya terdengar semakin dekat menghampiriku.
" Kamu masih sakit Mas?" tanyanya berdiri di samping ranjang. Membuka pelan selimut yang menutupi wajahku.
Menaruh telapak tangannya di kepalaku, berganti ke pipi. Ku pegang tangannya cepat, menariknya.
Srreettt
Hingga tubuhnya terjatuh menimpaku. Kupegang pinggangya, membalikkan posisi. Sehingga ia berada di bawah tubuhku. Kutopang tubuhku, menyanggahnya dengan siku. Rai menatapku terkejut. Aku tersenyum.
"Aku dapat!"
Kudekatkan wajahku, merasakan detak jantungnya yang berpacu cepat. Memiringkan wajahku, masih menatapnya. Ia menutup mata, menolehkan wajah ke sisi kiri. Tangannya berusaha mendorong tubuhku.
"Ah, ini tidak seru!" gumamku dalam hati.
Aku baru saja mendapat penolakan, yang tidak pernah kuterima dari wanita lainnya. Membuatku bangkit dari tempat tidur. Melihat wajah ketakutannya, menanggapinya dengan tertawa.
Ia membuka sebelah matanya, meliriku yang tidak jadi menciumnya.
"Aku bercanda, makannya jangan sembarangan masuk ke kamar laki-laki!" tandasku sambil membuka baju. Bertelanjang dada.
"Eee ... Kamu mau apa?!" ia berdiri, kembali menutupi matanya dengan tangan.
"Mau, kamu ..." lagi, aku mendekatinya memegang tangannya melepaskannya agar tidak menutupi pandangannya. Berjalan maju, semakin maju sehingga ia mundur. Mundur hingga tidak bisa lagi berjalan mundur, terhalang tembok.
Kini ia tidak bisa berkutik, memicingkan matanya melihatku dengan perasaan takut.
"Jangan bercanda Mas!""Siapa yang bercanda, aku serius. Sebentar lagi kan kamu jadi istriku, jadi boleh dong?!"
Rai memerosotkan tubuhnya, berusaha kabur. Namunku tahan.
"Ah hahaha ..." kutampakkan gigi-gigiku, tawaku melebar. "Seseram itukah aku?"
Dubbb Dubbb Dubbb
Rai, memukul dadaku, berkali-kali. Membuatku semakin tertawa geli. Ku ambil handuk yang tergantung. Di atas kepalanya.
"Mau apa?" tanya lagi, pasti berfikir negatif.
"Mau mandi, kenapa mau ikut?!"
"Ish, aku tunggu di luar!"
Rai, keluar dari kamar dengan cepat. Aku menggelengkan kepala, melihat Rai yang salah tingkah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bingkai Surga Untuk Raiha (+21)
RomanceMau tau rasanya kalau punya suami tampan dan banyak di gandrungi perempuan? BINGKAI SURGA UNTUK RAIHA. Cerita yang apik mengisahkan perjuangan Istri menghadapi terjangan ombak dalam rumah tangga. Di tambah sudut pandang cerita yang di ambil dari...