Tertiup Angin

1.7K 102 0
                                    

Ke esokkan harinya  Dimas menemuiku di workshop. Menunggu di ruang kerjaku.  Aku yakin Rai telah memberitahu kabar pertunangan kami semalam,  makannya pagi-pagi sekali dia datang.

“Bener Mas lu mau nikah sama Rai?!”

“Kenapa memangnya?! ” aku duduk di kursi sambil membuka laptop.

“Secepat itu ... , lu gak nikmatin masa pacaran dulu gitu?!!!”

“Pacar gue udah kebanyakan,  cari suasana baru lah Dim! “ jawabku tersenyum simpul.

“ Mas gue tau,  kalau Rai mau nikah udah pasti dia berenti dari entertaiment.  Lu tau artinya itu kan ...  ?!"

“ Gak usah takut,  lu bisa jadi asisten gue. Gak usah khawatir gaji !"

“ Gue  gak ngerti fotografi ... !!!"

“Nanti belajar sama Rio ... !” akhirnya Dimas berhenti bertanya,  “Udah gitu doang?! “ aku melirik Dimas.

“Lu tau Rai harus transfer ke pamannya tiap bulan berapa?" Dimas melanjutkan lagi pertanyaannya.

“Tenang aja gue yang recover semua ... "

“Tapi Mas dia ada Kontrak sama Pak Sam buat proyek besar.”

“  Wanprestasinya berapa?”

“ Itu gede Mas,  makannya Rei masi mikir-mikir untuk batalin proyek itu”

“Berapa lama masa kerjanya?"

“Dua tahun ...  Tapi lu harus tahu, Pak Sam itu sudah lama suka sama Raiha”

Aku berhenti dari kesibukanku,  ku tutup laptop kemudian menatap Dimas.

“Sebetulnya maksud lu dateng ke sini itu untuk apa?!"

Dimas terdiam sejenak,  kulihat ia mulai mengepalkan tangan seolah ada sesuatu yang sulit di utarakan.

“ Rai itu udah gue anggap adik gue sendiri, dan gue tau dia itu telalu naif buat lu.  Gue Cuma takut dia terluka.  Sementara di luar sana masih ada laki-laki yang tulus menunggu dia.  Kalau lu beneran sayang sama Rai seharusnya lu mikirin kebahagiaannya juga”

Aku menyandarkan tubuh di kursi, sambil  memegang dahi.  Memikirkan perkataan Dimas barusan. Kemudian membungkukan badan lagi,  mengaitkan jari-jemari.

“Dim ...,  kalau Rai memang memilih Sammy,  gue akan batalkan rencana pernikahan ini! ” kataku sangat berhati-hati.

Aku mengenal Sammy,  dulu kami pernah sama-sama kuliah di Hartford University.  Orang tua kami pun saling mengenal.  Dia memiliki pribadi yang baik,  nilai yang bagus juga berprestasi. Dia kaya dan mengerti apa yang harus di lakukan dengan kekayaannya.  Dia orang yang bijak dan matang secara pemikiran. Yes ... He’s a nice guy.  Nyaris tak bercela ...  Kecuali satu,  Ia duda beranak dua.  Aku tak tahu apa yang terjadi dalam rumah tangganya  tapi berita yang kudengar istrinya yang menggugat cerai.

Membingungkan, Perasaanku kini bercampur aduk.  Ada senang yang bercampur dengan  rasa kalut,  ada rasa memiliki yang mungkin berujung menyakiti. Aku ingin Rai memahami tapi juga tak ingin melepasnya pergi..  Kemelut pada rasa cemburu yang membakar hati.  Kegusaran yang  hanya bisa terjawab oleh waktu.  Apakah Tuhan menakdirkan Raiha untukku.

***

Jam tujuh pagi, aku mendatangi rumah calon istriku. Membawa sejumlah baju pengantin yang sudah kupilih dari butik ternama.  Kupencet bel pintu.

Ting-tong !!!

Sudahku duga,  pasti bibi yang membuka pintu.  Anak kucing itu mana tahu bangun pagi ... Dia pasti masih terlelap dalam kasurnya. Entah bagaimana gadis seperti itu bisa menawarkan diri untuk menjadi istriku.

Bingkai Surga Untuk Raiha (+21)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang