Keadaan di Toilet semakin ricuh seiring berjalannya waktu, sungguh hal seperti inilah yang Hana benci. Ya, dulu dirinya juga korban dari aksi pembulian disekolahnya, tepatnya saat disekolah dasar. Dirinya dulu hanya anak dari keluarga Miskin yang berjuang untuk mendapatkan nilai terbaik. Karena latar belakang yang buruk dan keadaan ekonomi keluarga, hampir setiap hari Hana selalu diasingkan bahkan guru-guru disekolah juga membencinya.
Disekolah Dasar semuanya berlalu, ia pindah ke Sekolah Menengah berharap dengan lingkungan baru banyak yang mau menjadi temannya. Tetapi itu semua juga berlalu dalam keadaan yang sama. Ia diejek dan disakiti oleh teman-temannya, karena mereka kaya dan pergaulan mereka juga hanya bersama orang-orang berada. Bahkan dirinya hampir dikeluarkan dari Sekolah karena Fitnah salah seorang temannya.
Semuanya itu berlalu disaat dirinya mulai paham dan kuat menghadapi semuanya dengan keadaannya. Ia menjadi gadis pendiam dan susah untuk diajak berbicara. Bahkan ia tak ingin memiliki seorang teman hingga sekarang. Hanya satu, ia rela berkorban untuk siapapun yang memang membutuhkan bantuannya.
Hingga ia sampai didalam bilik kamar mandi langsung menarik siswa yang sudah terduduk dengan keadaan basah kuyub dan kesakitan.
"Yakk kau ! Apa urusanmu ?" tanya ketua geng tersebut yang tidak lain adalah Gyera. Namun tak ditanggapi oleh Hana. Hana sibuk dengan satu orang yang ia ketahui adalah seorang Senior pintar dan mendapat Beasiswa disekolah ini.
"Eonnie pakailah dan segera pergi." ujar Hana sembari memberikan tas yang berisi seragam simpanan miliknya yang ia ambil dari Loker sebelum ke Toilet. Kemudian Siswi tersebut menurut dengan Hana dan berjalan cepat menuju toilet yang kosong.
"KAU !" geram Gyera sembari meremas bahu Hana dan menatap dengan tatapan tajamnya.
"Berani-beraninya kau melakukan ini. Apa kau juga mau menderita sepertinya huh ?" ujar Gyera yang kini mencengkram kuat dagu Hana, namun Hana masih tetap mempertahankan ekpresinya. Ia akan tetap disitu hingga seniornya keluar dari salah satu toilet.
"Dasar gadis Beasiswa ! Sudah jelek tak tahu diri lagi, cih ! Kau anak baru, jangan ikut campur urusan orang lain." marah Gyera sambil melayangkan tangannya hendak menampar Hana, tapi ada seorang yang mencegahnya. Dia Soobin.
Gyera yang melihat bahwa Sahabatnya itu mencegahnya, dirinya langsung bingung. "So-Soobin ? I-ini bukan seperti yang kau lihat." rintih Gyera disaat tangannya diremas kuat oleh Soobin.
Hana yang melihat Seniornya keluar itu langsung mengajaknya keluar dari tempat tersebut, membiarkan mereka mengurus semuanya sendiri. Bahkan Hana tak membalas perlakuan Soobin yang sudah melindunginya.
"Kau. Tak perlu beralasan, aku sudah tahu sifat busukmu itu. Itu sebabnya aku tak ingin menganggapmu sebagai sahabatku." geram Soobin sambil menunjuk wajah Gyera dengan perkataan yang penuh penekanan.
"Dan kalian berhenti mengikuti perintahnya yang tak masuk akal. Jika saja kepala sekolah tahu, maka kalian akan langsung dikeluarkan dari sekolah ini. Camkan itu !“ ancam Soobin pada Gyera. Lalu ia pergi dari bilik Toilet tersebut.
Gyera dan Soobin dulunya adalah sahabat yang cukup dekat sejak mereka berada di SMP. Tapi saat kelulusan, Soobin terpaksa pindah ke Australia untuk membantu mengurus perusahaan milik Ayahnya, karena sang Ayah jatuh sakit. Karena sudah terbiasa dengan kesehariannya di Kantor maka Soobin juga memutuskan untuk tidak bersekolah selama satu tahun, bahkan keempat sahabatnya juga membantunya.
Hingga akhirnya ia kembali ke Sekolah dengan satu kelas bersama adik kelasnya. Sedangkan Gyera yang mengetahui itu langsung menunjukkan wajah senangnya, namun itu semua tak bertahan lama disaat Soobin mulai mengetahui sifat sahabatnya sudah mulai berubah jauh berbanding terbalik dengan sifatnya sebelumnya.
.
.
.
.
.
Kini Hana dan Senior yg tadi sempat ia tokong sedang berada di ruang Perpustakaan. Hana sungguh menjadi teman baik bagi seniornya yang diketahui bernama Nata.
Setelah beberapa waktu bercerita, Hana juga menawarkan bantuan kepada Nata, karena yang ia ketahui bahwa memiliki kehidupan seperti keluarga Nata, sungguh sulit.
Keluarganya memiliki banyak Hutang dengan hanya Ibunya saja yang menanggung beban keluarga, sedangkan Ayahnya sudah tak peduli lagi dengan keluarganya, dengan pekerjaan setiap hari hanya tidur, makan dan bersantai. Bahkan Orangtuanya sering berdebat karena hal sepele, dimana Ibunya yang selalu disalahkan.
"Eonnie, apakah Eomma Eonnie bisa menjahit ?" tanya Hana perlahan, sepertinya ia memiliki jalan keluar.
"Eoh, bisa. Eomma ku bisa mengerjakan apapun, aku bangga padanya." ujar Nata dengan seyuman ramahnya, mengingat banyak pekerjaan yang sering dikerjakan oleh Ibunya demi melunasi hutang-hutang yang dilakukan oleh Ayahnya.
"Eonnie, mungkin kalau ada waktu aku akan membantu Eonnie. Aku pastikan bahwa gajinya akan cukup untuk melunasi semua hutang keluarga Eonnie." ujar Hana yakin.
"Eoh benarkah ? Bukankah kau juga anak Beasiswa yang dari Indonesia itu ?“ tanya Nata tak percaya, ia pikir Hana akan membohonginya saja. Tapi ia tak dapat melihat kebohongan dimata Hana.
Hana yang merasa terpojok itu akhirnya mengalihkan pembicaraan, beruntung Bell masuk kelas sudah berbunyi. "Eonnie, ayo kita kembali ke kelas. Bell sudah berbunyi."
"Oh, baiklah. Terima kasih atas bantuanmu. Besok aku akan mengembalikan seragam milikmu." ujar nya.
"Tak perlu, Eonnie bisa membawanya. Anyeong." jawab Hana lalu pergi ke kelasnya, karena ia tak ingin terlambat sedikitpun untuk masuk kelas. Ia paham bahwa peraturan sekolah Korea sangatlah ketat, dibanding saat dirinya berada di Indonesia.
.
.
.
.
Thanks For Read, Comment and Vote.
Rabu, 14 Oktober 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/239987414-288-k693211.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Girl/ HALLSTATT [SEGERA TERBIT CETAK]
Fanfiction[ END ] otw Terbit Cetak Start : Jumat, 18 September 2020 Finish : Jumat, 08 Januari 2021 Mereka menjulukinya SILENT GIRL orang yang selalu diam didepan mereka, bahkan saat diperlakukan dengan tidak pantas, dirinya hanya diam, hanya satu yang membua...